Mohon tunggu...
Catherin YMT
Catherin YMT Mohon Tunggu... Bankir - Female

An INFP Woman*Chocoholic*Pink Lover*Potterhead*Book Worm* Central Banker - Economic Analyst Email: catherinymt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

6 Tahapan yang Akan Dilalui Setiap Pasangan

22 Juli 2019   16:12 Diperbarui: 22 Juli 2019   16:24 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat dengan dongeng-dongeng yang kita dengar atau baca waktu kecil? Kisah dalam dongeng tersebut biasanya menggambarkan sepasang pangeran dan putri yang jatuh cinta, menikah dan hidup berbahagia selamanya. Seolah-olah tiga tahapan ini adalah sesuatu yang ideal, yang akan kita temui saat kita dewasa. Namun kenyataannya sangatlah jauh berbeda. Faktanya kita seringkali harus mengalami rasa frustasi, pertengkaran, pengkhianatan, cemburu yang seringkali berujung pada krisis dalam hubungan bahkan berakhir dengan perpisahan.

Bila kita mau merangkum, secara umum ada enam tahapan yang akan dilalui oleh setiap pasangan dalam hubungan mereka. Walaupun rentang waktu dalam menjalani tiap tahapannya sangat bervariasi. Beberapa pasangan ada yang harus berkutat di satu tahap selama bertahun-tahun sebelum "naik kelas" ke tahapan berikutnya. Namun ada pula yang menyelesaikan tahapan tersebut dengan lebih cepat.

Tahap pertama: Fase Jatuh Cinta dan Tergila-gila

Orang sering juga menyebutnya dengan fase bulan madu. Pada tahap ini orang akan melihat pasangannya sebagai orang yang sempurna, menarik, dan keinginan tak terbendung untuk selalu menghabiskan waktu bersama. Seluruh perhatian dan pikiran akan tekonsentrasi kepada sang pujaan hati. Kaulah segalanya. Kau membuatku bahagia. Aku milikmu, kau milikku selamanya. Dalam tahap ini hari-hari rasanya akan dibanjiri dengan kiriman bunga, hadiah, pesan romantis, dan hal-hal kecil lainnya yang diberikan tanpa perlu alasan khusus.

Ketika tahapan ini berakhir, dan romantisme bulan madu menghilang, beberapa pasangan ada yang tidak rela sehingga memilih untuk mengulanginya lagi bersama pasangan yang baru. Namun tidak sedikit pula pasangan yang memilih bertahan dan melanjutkan ke tahapan berikutnya.

Tahap Kedua: Fase Ekspektasi dan Kompromi

Di titik ini, orang akan mulai menyadari bahwa ternyata pasangannya tidak terlalu ideal seperti anggapan semula. Disini pasangan akan mulai saling mengenal dengan lebih dalam, yang biasanya disertai pula dengan rasa frustasi, kemarahan, dan kekecewaan. Pertengkaran yang pertama biasanya terjadi pada tahap ini, karena adanya benturan antara realita dengan harapan. Dia telah berubah. Dia bukan lagi orang yang aku cintai dulu. Aku seperti tidak lagi mengenalnya. Dia menyakitiku, aku salah apa. Kenyataannya, dia adalah orang yang sama, namun ketika kamu mengenalnya lebih dalam, maka sudut pandangmu pun ikut berubah.

Jika kamu hendak mempertahankan hubungan ini, tantangan pertama yang harus kamu lakukan adalah mencoba berkompromi dan mencari jalan untuk menerima perbedaan. Berusahalah menerima bahwa itu semua adalah bagian dari diri pasanganmu yang sulit untuk diubah.

Tahap Ketiga: Fase Kekuasaan dan Kendali

Masalah utama dalam tahap ini adalah ketidakpercayaan yang biasanya berujung pada keinginan untuk memiliki kendali penuh atas diri pasangan. Keduanya enggan untuk mengalah dan mulai melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Kamu egois dan tidak mencintaiku! Kamu sama seperti orangtuamu! Kau hanya mementingkan diri sendiri! Jika kamu terus seperti itu, aku akan meninggalkanmu.

Jika hubungan telah mencapai level tekanan seperti ini, berarti saatnya untuk belajar bagaimana memecahkan masalah bersama-sama. Bagaimana mencari jalan tengah yang tidak menyakiti kedua belah pihak, berusaha untuk memandang sesuatu dari sudut pandang pasangan. Dan bertanggungjawab atas semua hal yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan.

Tahap Keeempat: Fase Bersaing dan Kompetisi

Ujian terhadap kehendak bebas dan keinginan untuk membuktikan diri biasanya hadir dalam fase keempat ini. Ini adalah tahapan dimana salah satu pasangan (atau keduanya) mengalami krisis jati diri, dima pengembangan pribadi menjadi sangat esensial. Kamu mungkin akan merasa bersalah dan marah terhadap dirimu sendiri. Saya ini siapa? Bisakah saya menjadi diri saya sendiri? Kenapa pasangan saya selalu membatasi kebebasan saya? Saya membutuhkan waktu dan ruang untuk diri saya sendiri. Saya rindu mencintai diri saya kembali. Banyak hubungan berakhir dengan perceraian di tahap ini, namun tidak sedikit pula yang kemudian kembali dan memperbaikinya.

Tahap Kelima: Fase Menyadari Diri dan Pasangan

Pasangan akan sampai pada tahap ini ketika keduanya mulai memperlakukan diri sendiri dan pasangannya sebagai seorang pribadi yang unik dan bebas. Seseorang yang memiliki prioritas, tujuan, konflik dan idealismenya sendiri. Masing-masing akan bertanggungjawab atas kebutuhannya. Membangun pendekatan yang lebih jujur dan terbuka terhadap pasangannya, yang akan mengantarkan kepada hubungan yang lebih intim. Ketika masing-masing sudah mampu menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya, dan mengesampingkan ego, maka hubungan tersebut akan berjalan ke tahapan selanjutnya berdasarkan rasa saling menghargai dan percaya satu sama lain.

Tahap Keenam: Fase Persetujuan dan Penerimaan

Keseimbangan adalah kunci dari tahapan ini. Ketika kamu mampu menemukan titik tengah antara aktualisasi diri sebagai pribadi, dan pengabdian kepada pasangan. Ketika kamu dapat meraih cita-cita pribadimu sekaligus mendukung kesuksesan pasanganmu. Ketika kamu dan pasanganmu sama-sama paham akan pro dan kons dalam hubungan itu, tapi tetap menikmati kebersamaan. Ketika semua masalah terpecahkan melalui negosiasi dan diskusi. Ketika waktu dipenuhi dengan kehangatan dan perhatian satu sama lain. Inilah tahapan puncak dari suatu hubungan.

Keenam tahapan ini perlu untuk dipahami. Agar setiap pasangan menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan tidak seorangpun bisa lolos dari konflik dalam rumah tangga. Ingatlah selalu bahwa kualitas pribadi jauh lebih penting daripada rumah yang berantakan. Jangan juga menunda untuk menyegarkan kembali romantisme sebelum semuanya terlambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun