Mohon tunggu...
Citrina Rakhmaningrum
Citrina Rakhmaningrum Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang lagi belajar nulis,apoteker untuk keluarga kecilku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Moral Generasi Muda, Orang Tua Perlu "Sekolah" Juga

19 Maret 2019   10:44 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:09 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bahkan yang lebih miris adalah kebanyakan orang tua saat ini tetap membela anaknya ketika salah bukan justru memberikan pengertian yang baik.

Disinilah pentingnya orang tua juga harus "sekolah". Ilmu harus dikejar sampai liang lahat. Apalagi ilmu bagaimana mendidik anak, karena anak adalah aset masa depannya dunia dan akhirat. Selain itu anak adalah aset bangsa yang kelak memimpin negara ini. Kesadaran orang tua memang cukup meningkat dengan maraknya seminar parenting maupun buku parenting. Namun itu tentu saja itu harus ditebus dengan harga yang tidak murah. Kemudian bagaimana dengan para orang tua yang memiliki ekonomi menengah ke bawah, dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kesulitan. Pada ranah ini, dibutuhkan peran pemerintah, inisiatif sekolah dan tentunya masyarakat.

Di Indonesia pendidikan karakter bukan hal yang baru. Pada Perpres No 87 tahun 2017 menargetkan penguatan nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. 

Kebijakan sudah ada, yang diperlukan pula adalah implementasinya. Diperlukan kerjasama lintas sektoral, tidak melulu dibebankan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saja. 

Kurikulum tentu menjadi suatu hal yang penting dan krusial. Dimulai dari pendidikan anak usia dini (TK) dan dasar (SD) yang terpenting adalah pembentukan karakter. Setiap sekolah harus memastikan setiap aktivitas pendidikan mengandung nilai moral. 

Baik dalam mata pelajaran, aktivitas khusus maupun pelajaran terintegrasi. Jika ada kesenjangan tujuan dari pemerintah, sekolah dan orang tua maka cita-cita mewujudkan generasi yang baik pun akan pupus. 

Misalnya, di sekolah sudah ditekankan pendidikan karakter namun di rumah mereka dituntut untuk selalu mendapat rangking bagus serta orang tua memberikan teladan yang buruk. Oleh karena itu orang tua perlu dipahamkan juga. 

Mereka dapat diberikan pengarahan pendidikan karakter dan pentingnya memberi teladan baik dalam sikap dan ucapan setiap semester saat evaluasi hasil belajar.

Ketika wacana diadakannya kembali mata pelajaran Pendidikan Budi Pekerti atau PMP di sekolah, sebenarnya bukan hal yang penting. Apapun namanya yang terpenting adalah isi dan metode pengajarannya. Mata pelajaran yang berkaitan dengan moral, akhlak, atau budi pekerti sebetulnya telah diajarkan di sekolah tetapi isi mata pelajaran tersebut kebanyakan abstrak dan normatif. Metode pengajarannya umumnya menghafal saja sehingga murid kurang memahami cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini pun harus dipahami para pendidik. Guru di sekolah hendaknya tidak hanya mengajar tetapi mendidik dengan sepenuh hati. Karena mendidik terjadi proses membangun karakter anak. Sedangkan mengajar, anak hanya menjadi tahu dari tidak tahu dan menjadi bisa dari tidak bisa. 

Disini Kemendikbud dapat membuat program untuk me-refresh tujuan dari mendidik dan mengajar pada guru melalui seminar secara berkala. Tidak dipungkiri kualitas guru di Indonesia masih beragam, oleh sebab itu diperlukan upaya keras untuk menyetarakannya bukan hanya kemampuan pengembangan profesinya namun juga perlu pengembangan akhlak dan moralnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun