Bambang Pamungkas memang layak dinobatkan sebagai legenda sepak bola Indonesia. Telah banyak prestasi yang ia torehkan selama bergelut dengan Si Kulit Bundar. Prestasi klub maupun prestasi individu berhasil ia ukir.
Tak ayal berkat kerja keras nama Bambang Pamungkas semakin dikenal. Sikap Bambang yang tenang saat melakoni pertandingan maupun kedewasaannya menghadapi permasalahan menjadikan Bambang sebagai panutan pemain lain—terkhusus pemain muda yang emosinya masih kurang terkontrol. Tak dipungkiri lagi Bambang adalah seorang kapten sekaligus teman di lapangan hijau.
Bepe sapaan akrabnya tak hanya terkenal di dalam lapangan. Bermodal paras yang tampan serta kewibaannya, Bepe kerap menjadi bintang tamu dalam acara televisi—juga menjadi model iklan. Hal tersebut menjadi pembeda antara Bepe dan pemain lainnya.
Pria yang lahir di Getas Semarang ini memulai karir junior sepak bolanya di SSB Hobby Sepak bola Getas. Sempat ditolak Diklat Salatiga tak menyurutkan niat Bepe menjadi pemain sepak bola professional. Kala itu Diklat Salatiga menjadi impian siapa pun.
Beberapa pemain jebolan yang lahir dari binaan Diklat Salatiga semacam Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy dan Warsidi. Pada akhirnya Bepe pun berhasil menjadi pemain binaan Diklat Salatiga. Walau sempat tak mendapat restu dari sang ibu.
Bepe mengawali karir professional bersama klub Ibukota Persija Jakarta. Pada musim pertamanya membela Persija (1999/2000) Bepe berhasil menceploskan 24 gol dari 30 penampilan. Berkat gelontoran golnya tersebut Bepe menjadi top skor kala itu. Usianya masih tergolong belia yakni 19 tahun. Baru pada tahun 2001 Persija berhasil menjadi kampiun Liga Indonesia dibawah arahan Pelatih Sofyan Hadi.
Ini menjadi gelar juara pertama Persija setelah Liga Galatama dan Perserikatan diganti menjadi Liga Indonesia. Persija berhasil menggulingkan PSM Makassar dengan skor 3-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kala itu Bepe berhasil menceploskan 2 gol ke gawang Hendro Kartiko. Berkat golnya Bepe menjadi pemain terbaik Liga Indonesia tahun 2001.
Hingga tahun 2005 Bepe berhasil mengemas 56 gol untuk Persija sebelum memutuskan hijrah ke Selangor FC. Bersama Elie Aiboy, Bepe menorehkan catatan impresif dengan membawa Selangor FC juara Liga Primer Malaysia, Piala FA Malaysia, dan Piala Malaysia. Total 63 gol di sarangkan Bepe disemua kompetisi bersama Selangor FC.
Hal tersebut membuktikan Bepe sebagai penyerang berbahaya bagi setiap lawannya. Prestasi individu seperti top skor Liga Primer Malaysia tahun 2005 dan pemain terbaik Piala Malaysia di tahun yang sama melengkapi karir gemilang Bepe di negeri jiran tersebut.
Kiprah Bepe bersama timnas Indonesia bermula saat melawan Lithuania dalam laga persahabatan. Bepe berhasil mencetak sebuah gol. Pertandingan berkesudahan dengan skor imbang 2-2. Nama Bepe semakin meroket setelah menjadi top skor Piala Tiger tahun 2002. Dari 6 penampilan Bepe berhasil menceploskan 8 gol ke jala lawan.
Sejak membela panji merah putih di pentas internasional, nama Bepe ikut melambung. Pesonanya di dalam maupun luar lapangan membius siapa pun. Penonton mengelu-elukan namanya. Pria mungil yang mahir menceploskan bola dengan kepalanya ini, menjadi ikon sepak bola Indonesia. Gol-gol pun lahir dari kepiawaiannya mengolah Si Kulit Bundar.
Bepe merupakan pemain yang identik dengan nomor 20. Segudang prestasi yang torehkan dengan menggunakan nomor tersebut dianggap sebagai nomor keramat oleh sebagian orang. Layaknya angka 7 peninggalan Cristiano Ronaldo di Menchester United.
Bepe mengakhiri kiprah internasionalnya bersama timnas Indonesia saat gelaran Piala AFF 2012. Tak seperti biasanya, Bepe lebih memilih nama ‘Pamungkas’ pada jerseynya. Hal tersebut sebagai pertanda bahwa Bepe akan gantung sepatu dari pentas Sepak bola internasional.
Hal tersebut benar adanya. Bepe menuliskan sendiri pengunduran dirinya di blog pribadi bambangpamungkas20.com, tanggal 1 April 2013. Dalam artikel tersebut Bepe memang telah berniat pensiun dari timnas setelag pergelaran Piala AFF 2012. Namun waktu sajalah yang belum mengizinkannya.
Pada akhirnya saya memang harus menerima kenyataan, bahwa tidak ada satu gelar bergengsi yang mampu saya berikan untuk Indonesia. Dan oleh karena itu seperti yang pernah saya janjikan, maka di akhir artikel ini saya akan berteriak dengan lantang, jika “Saya Adalah Generasi Yang Gagal.”
Melalui tulisan ini, maka secara resmi saya menyatakan mundur dari tim nasional Indonesia.
Pernyataan di atas merupakan tulisan Bepe yang ia tulis di akhir artikel. Bila melihat kiprah Bepe bersama timnas Indonesia, memang harus diakui bahwa tak ada gelar bergengsi yang bisa ia persembahkan untuk Ibu Pertiwi. Prestasi Bepe di klub memang agak bertolak belakang ketika berseragam timnas Indonesia. Satu-satunya gelar juara yang dapat Bepe persembahkan hanyalah juara Piala Kemerdekaan. Itu pun di Tanah Air sendiri.
Pada Piala AFF 2010 terasa begitu berbeda. Manakala timnas Indonesia yang dibesut Alfred Riedl begitu superior memenangkan setiap pertandingan. Bepe ikut serta menggalang lini depan bersama penyerang kawakan Cristian Gonzalez dan Pemain berdarah Belanda Irfan Bachdim.
Bepe turut menyumbang 2 gol ketika tendangan penaltinya gagal di bendung kiper Thailand, Shintaweechai Kosin. Walau pada akhirnya Indonesia terhenti di partai puncak karena kalah mengejutkan dari Malaysia—yang pada laga pembukaa grup, timnas Indonesia berhasil menumbangkan Malaysia dengan skor telak 5-1. Indonesia harus puas menjadi runner-upPiala AFF 2010.
Harapan Bepe kembali sirna ketika PSSI harus terpecah menjadi dua. Pemain yang berlaga di ISL menolak bergabung bersama timnas—kecuali Bambang Pamungkas dan Oktovianus Maniani yang berani bergabung. Walhasil pemain yang dipanggil untuk membela timnas di Piala AFF 2012 pun dihiasi wajah-wajah baru. Sebut saja Novan Setyo Sasongko, Cornelius Geddy, Wahyu Tri Nugroho, dan pemain naturalisasi Jhon van Beukering.
Dibawah arahan pelatih Nil Maizar, timnas Indonesia tak berhasil lolos dari grup B yang diisi tuan rumah Malaysia, Singapura dan Laos. Rentetan kegagalan tersebut menjadi pukulan bagi Bepe. Tak heran apa yang ia tulisakan memang luapan emosi karena belum bisa membanggakan bangsanya.
Turnamen bertaraf internasional yang pernah ia ikuti semua berakhir kekecewaan. Baik bagi pribadi Bepe dan juga masyarakat Indonesia. Kegagalan tersebut menjadi setitik noda hitam di kaos putih bersih milik Bepe. Namun, Bepe tetaplah menjadi legenda sepak bola Indonesia—selalu menjadi idola berkat prestasi yang ia torehkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H