Mohon tunggu...
Ibnul Fadani
Ibnul Fadani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pembaca | Atlet

Menulis adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa diganggu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Negara Terdingin di dunia dan Hubungannya dengan Indonesia

4 Februari 2023   22:19 Diperbarui: 4 Februari 2023   22:20 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Lorri Lang dari Pixabay)

Indonesia negeri yang sedang-sedang saja, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Inilah yang harusnya membuat kita selalu bersyukur, meski di Indonesia rakyat kurang makmur, karena korupsi yang makin subur, dan marilah kita doakan agar koruptor itu hancur.

Berbeda dengan negara Yakuts, cuaca -50 adalah hal yang sering terjadi. Anda bisa bayangkan lemari es di Indonesia saja maksimal -19 sampai -20 derajat Celcius. Orang-orang di sini tidak memakai kacamata ketika di luar, jika kamu beranikan, maka kacamata itu menempel dengan kulit ketika kamu ingin mencabutnya.

Air yang mendidih jika dilemparkan ke udara maka seketika itu langsung menjadi kristal es dan daerah ini melewati banyak musim, di musim biasa ia mencapai 19-20 derajat Celcius atau setara dengan dingin ruangan AC. Mamang jualan es tidak laku di sini.

 Skarang kita ambil perbandingan dengan Indonesia, patutah kita untuk bersyukur dan lebih produktif dibandingkan mereka. Orang-orang di sana dalam keadaan seperti itu mereka tetap bekerja, bersekolah tanpa diliburkan, padahal cuaca sangat mematikan, jalan yang licin, dingin yang membunuh, dan harus berhenti setiap 15 menit perjalanan, agar panas tubuh tetap terjaga.

Kebanyakan dari kita lupa dengan nikmat, mahalnya kesehatan akan terasa jika sudah sakit, enaknya makan akan terasa jika sudah sariawan, jangan tunggu mati dulu baru sesal kemudian.

 jika mereka saja bisa aktif maka kita harus lebih bisa lebih produktif dan lebih sehat.

 Namun dengan keindahan Indonesia, mereka malah terlena dengan sehatnya badan, mereka malah merusaknya dengan merokok, makanan-makanan yang tidak sehat.

Apa yang harus dilakukan ke depannya?

 jika kita capek berolahraga apakah kita tidak capek jika nanti sakit-sakitan?

 jika kita lelah beribadah apakah maksiat itu tidak melelahkan juga?

 jika kita lelah belajar apakah bodoh itu tidak melelahkan juga?

 pepatah mengatakan , "hidup dengan ilmu itu memang mahal tapi hidup dengan kebodohan jauh lebih mahal" . Hidup itu pilihan, kamu memilih lelah karena belajar atau lelah karena kebodohan?

Kamu mau memilih lelah karena beribadah atau capek bermaksiat?

 Kamu memilih capek menabung atau capek mencari dana dadakan?

Alangkah baiknya sekarang kita belajar soft skill, mungkin ini susah melelehkan, namun skill ini berguna seumur hidup. Ada beberapa investasi yang berguna banget untuk skill kamu di masa depan, contohnya skill Menulis, skill public speaking, dan skill bahasa asing.

Sekarang kamu tidak perlu takut lagi dengan biaya belajar,malahan mereka sering memberikan ilmu itu secara percuma di social media, namun dengan segala godaan ini apakah kamu bisa melewati nya, saya berharap kita bisa.

Sekian, Assalamualaikum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun