Mohon tunggu...
Coretan Dewi Murni
Coretan Dewi Murni Mohon Tunggu... Guru - Dakwah bil hikmah

Negeri berkah dengan syariah dan khilafah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Kesempurnaan Iman dengan Mencontoh Rasulullah Secara Kaafah

7 Februari 2020   21:13 Diperbarui: 7 Februari 2020   21:38 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap para sahabat itu semakin menunjukkan betapa pentingnya menjaga keutuhan sistem pemerintahan rasulullah sekalipun Rasulullah telah wafat. Artinya meniru sistem pemerintahan ala Rasul adalah kewajiban bukan keharaman. Sungguh sangat kontras dengan pernyataan di atas.

Selain itu, adalah hal yang salah jika dikatakan bahwa Rasulullah menjalankan fungsi legislatif. Legislatif memiliki makna lembaga atau badan yang memiliki kekuasaan membuat hukum. Hal itu bertentangan dengan firman Allah dalam surah Yusuf ayat 40. "Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus."

Mengingat manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya, ia tidak berhak membuat hukum. Hanya Allahlah satu-satunya Dzat yang berhak membuat aturan dan menentukan halal dan haram.

Sehingga tidak mungkin rasulullah melakukan perbuatan yang menyelisihi ketentuan Sang Pencipta. Faktanya, yang dilakukan Rasulullah di Madinah bukanlah membuat hukum atau legislatif, akan tetapi menerapkan aturan-aturan yang sudah ada di al-Quran dan as-Sunnah.

Dengan demikian, adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin menjalankan syariat islam secara kaafah. Dalilnya surah al-Baqarah ayat 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Pelaksanaan syariat islam secara kaafah tidak dapat diwujudkan tanpa mengikuti dan mencontoh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Artinya, mencontohi rasulullah wajib pula secara kaafah. Bahkan sikap tersebut merupakan bagian dari sebab sempurnanya iman seseorang.

Jika iman sempurna, maka sempurnalah kebahagiannya di dunia maupun di akhirat. Tentu saja kebahagian ini adalah cita-cita mukmin sejati. Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah menjelaskan hal ini dengan cukup indah dalam ungkapan beliau: "Tidak ada jalan menggapai kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akherat kecuali ada ditangan para Rasul.

Tidak ada juga cara mengenal yang baik dan buruk secara terperinci kecuali dari sisi mereka. Demikian juga tidak dapat diraih keridhaan Allah Ta'ala sama sekali kecuali di tangan mereka. Yang baik dari perilaku, perkataan dan akhlak hanyalah ada pada petunjuk dan ajaran mereka.

Merekalah timbangan yang pas untuk menimbang seluruh perkataan dan perbuatan serta akhlak manusia dengan perkataan dan perbuatan serta akhlak mereka. Dengan mengikuti mereka terpisahlah orang yang mendapat petunjuk dengan yang sesat.

Kebutuhan mendesak kepada para rasul lebih besar dari pada kebutuhan badan kepada ruhnya dan mata kepada cahayanya serta ruh kepada kehidupannya. Semua kebutuhan yang harus ditunaikan segera maka kebutuhan mendesak kepada para Rasul diatas itu semua" (Zaad al-Ma'ad, 1/79).

Semoga di akhir zaman ini, Allah senantiasa memberikan hidayahnya kepada setiap nyawa baik itu masyarakat, pemuda hingga para penguasa agar kembali para ketaatan yang kaafah. Mencintai rasulullah sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun