Jadi begitulah memang, imbuh SAS, Allah memang meminta umat Muslim menghormati ahli kitab di antaranya Injil (Kristen) dan Taurat (Yahudi). Tapi karena memang sifat orang Yahudi itu yang culas, munafik dan licik maka kita selalu bersebrangan. "Nah jadi ngapain coba kita (Islam dan Kristen) saling berantem dan menjelek-jelekkan. Gak perlu itu. Hidup damai dan bergandengan, bila perlu besanan sekalian," ujar SAS yang disambut tawa hadirin.
Terakhir SAS, mengatakan suatu hal lagi. "Para hadirin sekalian, ini saya beritahu ya. Pada saat 212, salat Jumat di Monas itu. Saya sendiri yang mengatakan kalau salat Jumat di Monas itu tidak sah. Tidak sah!," ujarnya menegaskan.
Kenapa? Tidak sah bukan karena pakiannya, gerakan salatnya, tempatnya. Tapi tidak sah (kalau) niatnya salah. Kalau niatnya salat Jumat di Monas untuk mendongkel Jokowi, niatnya untuk mencaci-maki, niatnya hanya untuk jalan-jalan ya itu tidak sah. "Dan, bapak ibu sekalian, saya sendirian yang mengatakan itu. Sendirian," ujarnya yang lagi-lagi disambut gemuruh tepuk tangan.
SAS, memang seperti Kiai NU kebanyakan. Sedikit nyeleneh dan kontroversial, seperti Gus Dur, pendahulunya. Namun, berdasarkan catatan Fans Milan saya, yang saya komparasi dan beradu pikir dengan (calon) ahli komunikasi politik Islam, mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Sumatera Utara (UINSU) Bung Haris Muda P Lubis, SAS adalah ulama yang tingkatannya telah tinggi. Cerdas. Membungkus dakwah dan pencerahan dengan sangat apik.
Ia hendak mengungkapkan keagungan Alquran dan kebenaran ajaran Allah dengan sudut pandang yang berbeda. Tersembunyi, namun bila diresapi, yang mendengar pasti tak bisa menampik bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Rahmatan lil Alamin. Wallahu A'lam Bishawab.
-bambang riyanto-
NOTE: catatan ini dibuat berdasarkan ingatan-ingatan penulis. Tidak ada rekaman. Hanya berdasarkan ingatan yang kemudian data-datanya diverifikasi melalui google. Tidak semua terverifikasi dengan baik sehingga mungkin ada banyak kekurangan dalam penyampaiannya kembali. Hadir juga dalam acara itu Tjahjo Kumolo (Mendagri) dan Yudi Latif (Kepala Unit Kerja Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H