Pagi ini, ia bangun lebih awal dari alarm pk. 05.00-nya. Ia tak langsung beranjak, ia diam merasakan dirinya, merasakan tarikan dan hembusan nafasnya. Ia diam sambil membayangkan apa yang ia perlu kerjakan dan apa yang benar-benar ia inginkan di hari barunya ini. Yak! setelah beberapa menit, akhirnya senyumnya merekah. Ia tersenyum sendiri dalam rebah sadarnya, lalu duduk bersila untuk menghadap Allahnya; bersyukur dan meminta bantuan untuk memuluskan semua rencananya.
Ia tidak ingat hari ini adalah hari Ibu. Semua yang ia lakukan adalah kebiasaan yang sudah ia lakukan bertahun-tahun, tiap hari tanpa terkecuali dan tanpa berubah. Ia hanya ingin kebiasaan itu menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Seperti pagi ini, ia tersenyum karena akan mencoba hal baru di pagi hari.Â
Biasanya setelah bangun tidur, ia hanya melakukan plank selama 1 menit, lalu beranjak ke dapur, menyiapkan makan untuk keluarga. Lalu buru- buru mandi untuk siap-siap kerja. Gambarannya seperti ini:Â
- pk 05.00 bangun, kumpulin nyawa, lalu plank, doa, dan pup.Â
- pk 05.30 selama sejam nyiapin menu pagi dan siang, sayur, lauk, dan buah.Â
- pk 06.30 mandi, make up, makan pagi, memeluk dan mencium suami dan anak yang biasanya masih tertidur.Â
- pk 07.00 berangkat kerja.
Itu bagus menurutnya, namun jelas ia merasa ada yang kurang. Ia kerjakan rutinitas itu tiap pagi, lakukan dengan sempurna bahkan hingga ia lupa membawa hasil masakannya karena terburu-buru mengupas mangga, menyiapkan buat anak dan suami. Ia pun merasa ada yang kurang dari rutinitas ini karena nafasnya mudah tersengal dan mudah lelah. Pola ia bekerja di pagi ini juga ia lakukan sepulang ia kerja. Ia bersihkan semuanya, seperti lupa akan lelah bekerjanya. Ia lakukan sendiri tanpa teman, tanpa support, tanpa apreasi dari kedua orang yang ia sayangi. Harus ada yang diperbaiki.
Jadiinilah hal pertama ia lakukan. Ia merumuskan apa sebenarnya tujuan hidupnya, apa tujuan ia berkeluarga, dan apa yang sebenarnya ia inginkan di hidupnya. Dan pagi ini, semua yang ada di kepalanya sejak lama, diruncingkan, dipatok hingga ia tersenyum. Ia akan lakukan apa yang ia inginkan:
- menambahkan 1 aktifitas di pagi hari yang berguna untuk dirinya, yatitu olahraga.
- mengecek dirinya sebelum mengerjakan sesuatu. Melakukan bukan karena rutinitas melainkan karena memang ia ingin melakukannya.Â
- ia pun akan mengapresiasi dirinya sendiri untuk semua pekerjaan yang sudah ia lakukan.
Yap! Untuk tujuan pertamanya, ia putuskan untuk bangun lebih pagi, pk. 04.30. Ia tetap kumpulkan nyawa, plank, doa, dan pup, tapi hanya dalam 15 menit karena ada hal baru yang harus ia mulai: olahraga. Ia nyalakan televisinya, mencari tutor yang fun, yang menyemangatinya dalam 1 jam latihan.Â
Tujuan berikutnya adalah mengecek perasaannya. Jadi hari ini, sebelum apapun yang ia kerjakan, ia diam, mengecek perasaan dan keinginannya, apa yang ingin ia lakukan, dan apakah ia mau melakukannya atau tidak. Jika ya, barulah ia kerjakan dengan tempo yang ia inginkan. Ia tidak akan terburu-buru, ia demgatkan detak jatungnya dan menjaganya agar selalu stabil. Jika jenuh, ia pun akan berhenti.Â
Well, hari ini lumayan berhasil. Memang masih ada perasaan bersalah saat ia putuskan untuk tidak melakukan sesuatu sebelum mereka melenguh meminta. Ya tapi itulah seorang ibu, ia harus pandai-pandai memadankan keinginannya dengan rasa tanggung jawabnya.Â
Yang ketiga adalah pemberian penghargaan untuk dirinya sendiri. Ia memang sudah lakukan, tapi kali ini, Â ia akan lakukan tiap hari. Selalu ada selebrasi untuk apa yang ia kerjakan dengan baik; minum jus alpokat, makan buah durian atau mangga, hubungi dan ketawa bareng teman, dan letup-letup lainnya yang beragam. Â Dan hari ini, ia memilih untuk tidur siang. Menyalakan musik instrumen, merasakan empuknya bantal dan kasur, kemudian tertidur pulassss tanpa alarm dan tanpa pikiran planning berikutnya.
Hari ini, ia lakukan langkah baru yang mengubah hidupnya. Ia akan tetap bahagia saat tidak ada apresiasi dari orang-orang yang ia sayang. Ia tetap bersemangat walaupun kata dan sikap mereka menyakitkan. Karena ia bisa mengapresiasi dirinya sendiri. Ia pun selalu happy untuk semua yang ia lakukan karena semua itu bukan sekedar rutinitas, melainkan sesuatu yang ia putuskan sendiri untuk mengerjakannya. I do something because I love it.Â
Dan inilah 'hidup' baginya, 'hidup' yang ia perlukan untuk mengisi sisa hidupnya, sebagai istri, ibu, pun sebagai pribadi yang utuh. Selamat merayakan hari Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H