Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Liburan: Ibu Shock! "Melepas" Anak Remajanya, Harus Gimana?

28 November 2022   14:06 Diperbarui: 29 November 2022   13:38 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Momen liburan adalah sesuatu yang sangat kunanti. Jauh hari sebelumnya, aku akan ngobrol dengan anak, mengulik keinginannya; mau liat apa, mau coba apa, mau ke kota mana. 

Setelah semua info darinya, aku mulai mengkombinasikannya dengan apa yang aku pengen, hingga dapetin win-win solution untuk destinasi dan aktifitas yang akan dilakukan selama liburan.

Family Trip Sulawesi Tengah (1): Antara Budgeting, Deg-degan... https://www.kompasiana.com/catarina74688/6268c97a3794d10a67635b14/family-trip-sulawesi-tengah-1-antara-budgeting-deg-degkan-dan-letupan-kejutan

https://www.kompasiana.com/catarina74688/6284adb2719137183f1d45c2/gunung-batur-bali-indahnya-tak-lekang-waktu

Semakin panjang liburan, kegiatan persiapan semakin menantang, karena harus memikirkan penekanan budget supaya cukup hingga akhir liburan. 

Permainan meng-arrange itinenary dan aktifitas seperti agen wisata ini akan dilanjutkan dengan permainan mestakung (semesta mendukung). Permainan pikiran dengan iman dan kepercayaan yang tangguh, yang akan membuat semua rencana menjadi nyata, persis seperti detail perencanaan yang dibuat. Aku suka banget proses ini. Nikmatnya sebuah liburan bahkan sudah mengasikkan, jauh sebelum liburan itu sendiri, yaitu mulai dari saat mempersiapkannya.

Baca juga: Gn. Merbabu Jalur Suwanting: Aksi Minus dan Efeknya dalam Pe... https://www.kompasiana.com/catarina74688/624d1e8ebb44865fc353e8b3/gn-merbabu-jalur-suwanting-aksi-minus-dan-efeknya-dalam-pendakian


Tapi saat ini, saat usia anakku 15 tahun, semua berubah, walaupun si Ibu menolak untuk mengamininya. "Mei, bapak ngajak Natalan di Lasem, Mei". "tanggal berapa?" "23-28" "ga bisa diundur, ngapa? Mei mau di rumah pas Natal, ga mau pergi lama-lama".

Di lain hari... "Mei jadi ke Malang? Katanya pengen ke Malang? Yuk, kita cari tiketnya" "ke Malang sebelum ke Lasem?" "iya" "ga, Mei mau di rumah. Mei mau jalan sama temen-temen" " Jalan tiap hari?" "Ya ga sih, tapi Mei ga mau" Padahal 3 (tiga) bulan sebelumnya dia bilang pengen liburan ke Malang.

Benar-benar model percakapan yang dipaksakan. Di sisi satu, sang Ibu masih bertahan dan berharap ga ada perubahan di kebiasaan dan juga sifat anaknya. Di sisi lain, sang anak seakan-akan tidak tertarik sedikitpun dengan semua rencana dan topik obrolan ini. "Ibu pergi aja sama temen-temen Ibu" kalimat terakhir yang mengiris. Anakku ga mau sama aku lagi.

https://www.kompasiana.com/catarina74688/638576c36e14f15dd02ab814/mau-tau-percakapan-anak-smp-sama-gurunya?source_from=notification_activity

Aku sedih, pikiran kosong. 3 minggu sebelum libur: tanpa rencana, tanpa destinasi, blank! Aneh sekali! Biasanya semuanya sudah siap, tinggal menunggu hari berangkat. Ibu ini jadi seperti orang linglung, bingung, kuatir, ga tau apa yang harus dilakukan. 

Pertanyaan demi pertanyaan ada di pikiran, apakah aku ga punya temen sampe blank gini, apa aku takut jalan sendiri, atau apa aku harus membuyarkan semua liburan yang sudah kutunggu karena ga bisa jalan bareng dengan anak? What's wrong with me??? Seperti ga ada yang dipegang lagi. Untuk menulis goal perjalananpun, ga ada bayangan sama sekali. Pfff.

Apa sang Ibu yang harus belajar melepas? Mulai menikmati kesendiriannya tanpa anak? Oh no! Bisakah aku skip proses ini?

Nafas kutarik panjang. Sudah pasti aku ga bisa memaksa anakku. Dia sudah punya dunianya sendiri, dunia bersama teman-temannya. Sedih dan shock saja sangat wajar, karena ini kali pertama aku mengalaminya. But move on ya.

1. Mentally: Aku tau anakku benar, sebagai Ibu, aku harus belajar "melepas". Kedua, untuk sebuah perjalanan, aku punya pilihan untuk tidak ngetrip karena banyaknya kekuatiranku, tapi jika aku tidak pergi, tidak mencoba jalan sendiri, seumur hidup aku hanya bertanya-tanya apakah sebenarnya aku bisa meraih impianku atau tidak, bisakah aku melakukannya.

2. Renungkan keuntungan perjalanan sendiri: bisa lakukan semuanya sendiri, hanya akan ada aku sendiri. Menghabiskan waktu yang pasti diawali dengan kegelisahan dan kekawatiran akan kemampuan melaluinya, but that's normal, right? This is your first time. Oya, keuntungan lainnya adalah perasaan tertekan  akan semua ketidakpastian tentang yang menanti di depan. Deg-degkan seperti pas kita jatuh cinta sama seseorang.

3. Tulislah semua yang ada di pikiran. Percayalah, dari benang kusut di awal, akan berakhir rapi dan terschedule rapi.

Dan akhirnya para Ibu.. Nikmatilah liburan sendiri tanpa anak remaja Anda dengan rasa legowo melepasnya. Bersiaplah, akan banyak cerita menakjubkan yang akan Anda bawa pulang untuk disharingkan bersama keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun