Momen liburan adalah sesuatu yang sangat kunanti. Jauh hari sebelumnya, aku akan ngobrol dengan anak, mengulik keinginannya; mau liat apa, mau coba apa, mau ke kota mana.Â
Setelah semua info darinya, aku mulai mengkombinasikannya dengan apa yang aku pengen, hingga dapetin win-win solution untuk destinasi dan aktifitas yang akan dilakukan selama liburan.
Family Trip Sulawesi Tengah (1): Antara Budgeting, Deg-degan... https://www.kompasiana.com/catarina74688/6268c97a3794d10a67635b14/family-trip-sulawesi-tengah-1-antara-budgeting-deg-degkan-dan-letupan-kejutan
Semakin panjang liburan, kegiatan persiapan semakin menantang, karena harus memikirkan penekanan budget supaya cukup hingga akhir liburan.Â
Permainan meng-arrange itinenary dan aktifitas seperti agen wisata ini akan dilanjutkan dengan permainan mestakung (semesta mendukung). Permainan pikiran dengan iman dan kepercayaan yang tangguh, yang akan membuat semua rencana menjadi nyata, persis seperti detail perencanaan yang dibuat. Aku suka banget proses ini. Nikmatnya sebuah liburan bahkan sudah mengasikkan, jauh sebelum liburan itu sendiri, yaitu mulai dari saat mempersiapkannya.
Baca juga: Gn. Merbabu Jalur Suwanting: Aksi Minus dan Efeknya dalam Pe... https://www.kompasiana.com/catarina74688/624d1e8ebb44865fc353e8b3/gn-merbabu-jalur-suwanting-aksi-minus-dan-efeknya-dalam-pendakian
Tapi saat ini, saat usia anakku 15 tahun, semua berubah, walaupun si Ibu menolak untuk mengamininya. "Mei, bapak ngajak Natalan di Lasem, Mei". "tanggal berapa?" "23-28" "ga bisa diundur, ngapa? Mei mau di rumah pas Natal, ga mau pergi lama-lama".
Di lain hari... "Mei jadi ke Malang? Katanya pengen ke Malang? Yuk, kita cari tiketnya" "ke Malang sebelum ke Lasem?" "iya" "ga, Mei mau di rumah. Mei mau jalan sama temen-temen" " Jalan tiap hari?" "Ya ga sih, tapi Mei ga mau" Padahal 3 (tiga) bulan sebelumnya dia bilang pengen liburan ke Malang.
Benar-benar model percakapan yang dipaksakan. Di sisi satu, sang Ibu masih bertahan dan berharap ga ada perubahan di kebiasaan dan juga sifat anaknya. Di sisi lain, sang anak seakan-akan tidak tertarik sedikitpun dengan semua rencana dan topik obrolan ini. "Ibu pergi aja sama temen-temen Ibu" kalimat terakhir yang mengiris. Anakku ga mau sama aku lagi.
Aku sedih, pikiran kosong. 3 minggu sebelum libur: tanpa rencana, tanpa destinasi, blank! Aneh sekali! Biasanya semuanya sudah siap, tinggal menunggu hari berangkat. Ibu ini jadi seperti orang linglung, bingung, kuatir, ga tau apa yang harus dilakukan.Â
Pertanyaan demi pertanyaan ada di pikiran, apakah aku ga punya temen sampe blank gini, apa aku takut jalan sendiri, atau apa aku harus membuyarkan semua liburan yang sudah kutunggu karena ga bisa jalan bareng dengan anak? What's wrong with me??? Seperti ga ada yang dipegang lagi. Untuk menulis goal perjalananpun, ga ada bayangan sama sekali. Pfff.
Apa sang Ibu yang harus belajar melepas? Mulai menikmati kesendiriannya tanpa anak? Oh no! Bisakah aku skip proses ini?
Nafas kutarik panjang. Sudah pasti aku ga bisa memaksa anakku. Dia sudah punya dunianya sendiri, dunia bersama teman-temannya. Sedih dan shock saja sangat wajar, karena ini kali pertama aku mengalaminya. But move on ya.
1. Mentally: Aku tau anakku benar, sebagai Ibu, aku harus belajar "melepas". Kedua, untuk sebuah perjalanan, aku punya pilihan untuk tidak ngetrip karena banyaknya kekuatiranku, tapi jika aku tidak pergi, tidak mencoba jalan sendiri, seumur hidup aku hanya bertanya-tanya apakah sebenarnya aku bisa meraih impianku atau tidak, bisakah aku melakukannya.
2. Renungkan keuntungan perjalanan sendiri: bisa lakukan semuanya sendiri, hanya akan ada aku sendiri. Menghabiskan waktu yang pasti diawali dengan kegelisahan dan kekawatiran akan kemampuan melaluinya, but that's normal, right? This is your first time. Oya, keuntungan lainnya adalah perasaan tertekan  akan semua ketidakpastian tentang yang menanti di depan. Deg-degkan seperti pas kita jatuh cinta sama seseorang.
3. Tulislah semua yang ada di pikiran. Percayalah, dari benang kusut di awal, akan berakhir rapi dan terschedule rapi.
Dan akhirnya para Ibu.. Nikmatilah liburan sendiri tanpa anak remaja Anda dengan rasa legowo melepasnya. Bersiaplah, akan banyak cerita menakjubkan yang akan Anda bawa pulang untuk disharingkan bersama keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H