Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Family Trip Sulawesi Tengah (2): Bonus Banyak Teman Baru

28 April 2022   23:08 Diperbarui: 28 April 2022   23:35 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matantimali: suasana malam yang ciamik (dokpri)

Matantimali: suasana malam yang ciamik (dokpri)
Matantimali: suasana malam yang ciamik (dokpri)
Dan jeng, jeng, jeng... jadilah kami ngecamp di Matantimali bareng temen-temen yang buanyakkk. Wkwk, seru banget. Gatau asalnya darimana, tapi ada aja bahan buat ngobrol dan ketawa. Kok bisa ya? wkwk. Kebetulan juga, banyak temen Backpacker Palu yang hobi fotografi, wah berubtungnya, jadi ciamik hasil jepretan malamnya. Bener-bener.. baru kenal langsung ngecamp bareng di Matantimali dengan hadiah pemandangan yang luar biasa. Sore, malam, dan pagi, semua sama indahnya. Malam hari, kami dihamparkan kelap-kelip cahaya lampu yang indah dalam diamnya, sedangkan sore dan pagi, kami ditakjubkan pemandangan perbukitan hijau yang pantang buat dilewatkan. Benar-benar superrrr. 

Pantai Barat: paskan schedule kesana pas bulan purnama, indah banget (dokpri)
Pantai Barat: paskan schedule kesana pas bulan purnama, indah banget (dokpri)
Siang hari, sepulang dari Matantimali, setelah makan milu dan es kelapa muda, kami berpisah dengan rombongan, untuk menuju ke air terjun Wera di Sigi bersama salah satu dari mereka: Ziabiru yang lagi off hari itu. Jadi judulnya, mereka ngehost shift-shiftan :) Air terjun Wera tidak begitu besar. Menurut saya, keindahannya justru pada jajaran batu besar, yang terlalu angkuh saat kami lewati. Mereka bener-bener ga mau minggir, Geiss.. 

Pantai Barat: sibuk masak :) (dokpri)
Pantai Barat: sibuk masak :) (dokpri)
Malam itu, kami himpunkan rasa lelah dan happy kami ke kasur empuk di penginapan. Hahaha, karena schedule padat merayap, jadi imun dan badan fit pun harus terjaga. Kami mau diving 3 spot, jadi pompa energi. Ga hanya rehat, kami juga tarik lagi daya strong tubuh dengan hisapan sumsum di tulang kaki sapi atau lembu, kulinernya para bangsawan zaman dulu. Wajib loh hukumnya untuk menikmati kuliner Kaledo jika ke Palu atau Donggala. Cara nikmatinya juga unik banget, banyak perkakas yang ada di atas meja: garpu, pisau, sumpit, dan sedotan. Padanannya singkong atau ibu rebus, tapi yang ga biasa tetap disediakan nasi dan buras. Kaledo berasal dari bahasa Kaili, bahasa penduduk Palu. Ka berarti keras dan Ledo berarti tidak. Jadi, kaledo artinya tidak keras. Memang lembut banget sih, lembut dan yummy, asal jangan gigit tulangnya ya.

Untuk spot dive, Donggala mah memang super wow. Ada 1 spot yang baru: dekat dermaga. di beton-beton itu, astaga Geiss... banyak banget biota cantiknya... saya lanjutkan di artikel berikutnya ya. Saya rehat dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun