Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adopsi Anakku

29 Mei 2016   02:38 Diperbarui: 29 Mei 2016   03:03 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awalnya istriku sedikit masam. Tapi setelah aku ceritakan, akhirnya ia menerima juga wanita itu untuk tinggal sementara bersama kami.

Selang berapa hari, benar saja, banyak omongan dari tetangga yang membuat telingaku panas. Namun aku dan istriku tidak perduli. Kami hanya niat ingin membantu wanita malang itu.

Ia bercerita tidak akan pulang ke rumah orangtuanya, karena malu. Orangtua di kampung sebagai orang terpandang di mata masyarakat. Apa jadinya jika ia pulang membawa janin yang ada di dalam perutnya tampa ada suami. Tentu akan mencoreng nama baik, kedua orangtua.

Aku mengerti apa yang ia maksud. Sepertinya ia ingin melahirkan di sini. Setelab lahir, ia akan kembali ke kampung halaman. Tapi aku berujar lagi padanya.

"Meskipun sudah lahir, lantas anaknya mau dikemanakan. Sudah pasti akan ketahuan juga."

Sontak dia berkata, "Cari yang ingin mengadopsi anak ini. Aku ikhlas anak yang aku kandung menjadi milik orang lain!"

Keputusan bulat sudah di sepakati. Aku pun segera mencari orang yang ingin mengadopsi anaknya. 

Akhirnya, tak jauh dari rumahku, sepasang suami istri yang memang tidak memiliki anak, setuju ingin mengadopsi anak itu. Perjanjian di buat, jika nanti lahir, anak itu akan menjadi milik kedua pasangan itu. Semua biaya persalinan akan ditanggungnya dari tujuh bulan sampai selamat melahirkan.

Dua bulan pun berlalu, selama dua bulan itu, wanita itu tinggal bersama orang yang ingin mengadopsinya. Dua bulan wanita itu tinggal bersamanya. Hingga pada saatnya, bayi itu pun lahir dengan selamat.

Setelah sehat kembali sehabis melahirkan. Ia pun pamit untuk pulang ke kampung halaman menemui orangtuanya. Tentu dengan aib tertutupi seolah-olah ia masih gadis.

Perlu diketahui, ketika ia berpisah dengan anak yang keluar dari rahimnya. Perpisahan yang sangat mengharukan. Ia tidak henti-hentinya menangis. Tapi semua sudah takdirnya dan takdir anak itu.

Sekian

~~~

Terinpirasi, cerita teman sebagai supir angkot jurusan Salabenda-Pasar Anyar Kota Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun