Keesokannya dia menitip pesan berupa cendra mata untuk kenang-kenangan kepada teman dekatnya. Karena mereka hidup dirantau jauh orang tua.Â
Kupikir cendera mata itu hanya hadiah biasa. Aku pun menerimanya. Lalu aku tanya pada temannya yang meyampaikan cendra mata itu. "Emang kapan dia berangkatnya.?"
Temannya itu menjawab, "Tadi subuh mas, pagi-pagi buta."
"Kapan, mau kemari lagi?"
"Gak, tau Mas, katanya sih gak bakal balik lagi!"
Jreng...
Aku, hatiku terjatuh melongsoh kebawah sampai keperut bergerenyut keluar kentut.
Cendra mata sampai sekarang aku kenang darinya. Yaitu 'Kitab Suci Al'Qur'an'Â
Subhanallah setiap aku baca untuk mengaji dengan Al.Qur'an pemberiannya, setiap hurufnya ada wajah dia. Setiap alunan qiro'at yang aku lantunkan, terbayang canda tawanya. Dan setiap aku akhiri bacaan qiro'atku.. Ia seolah-olah melambai-lambaikan tangannya kepadaku..
Aku kangen.Â
Aku rindu.