Mohon tunggu...
I am a free soul
I am a free soul Mohon Tunggu... Wiraswasta - A mother of two beautiful souls

Give me fruits and take me to the woods. I am easy to please.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Indahnya Desa Bari yang Belum Tersentuh Listrik

30 Juli 2018   14:31 Diperbarui: 31 Juli 2018   08:52 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan di dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)

Keesokan harinya, saya menghabiskan waktu di teluk tempat kami turun dari perahu kemarin. Kebetulan teman saya akan membuat sebuah kapal kayu penumpang, jadi mereka semua sibuk mempersiakan segala sesuatunya. Sementara saya hanya menikmati suasana pantai dengan anginnya yang semilir. Menjelang siang, seorang nelayan datang menawarkan ikan hasil tangkapannya. 

Kamipun membeli dan kemudian membakarnya di pantai. Hayoooo, coba bayangkan, kurang apalagi kunjungan saya ke Desa ini. Alamnya yang indah, suasananya yang sepi dan damai di tambah lagi bisa bakar ikan segar di pinggir pantai daaaan kelapa muda yang berlimpah. Kami menghabiskan seharian di teluk ini. Sunset dan atraksi kalong tak kalah cantik juga.

Grill fish by the beach, Labuliang (dokpri)
Grill fish by the beach, Labuliang (dokpri)
(dokpri)
(dokpri)
Hari berikutnya, kembali ke teluk yang sama dimana kapal baru sedang di kerjakan. Mereka akan melakukan upacara Pasang Lunas. Sebuah upacara yang wajib di lakukan untuk mengawali pembuatan sebuah kapal. Para tetua desa dan Pak Ustad berkumpul untuk melakukan doa. Yang unik disini, di bagian ujung kapal, di persambungan lunas (kayu dasar penyangga kapal) di tanam sebuah emas. 

Emas ini bisa berbentuk cincin atau gelang atau apa saja. Berat emasnya tergantung keinginan pemilik. Saat upacara di lakukan, pemilik menggunakan emas dengan model yang sama. Menurut kepercayaan mereka, agar jiwa pemilik menyatu dengan kapal tersebut. Jadi jika terjadi sesuatu di tengah laut, pemilik meskipun sedang berada jauh dari kapal, bisa merasakannya. Upacaranya terbilang sangat simple dan cepat.

Upacara adat sambung lunas, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)
Upacara adat sambung lunas, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)
Upacara adat sambung lunas, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)
Upacara adat sambung lunas, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)
Tak terasa 4 hari sudah saya berada di dusun Toroloji, Bari. Tanpa listrik, tanpa jaringan telephone selular apalagi koneksi internet. Tidak mengeluh, justru bersyukur bisa menikmati keindahan alamnya. Saatnya kembali ke Labuan Bajo.

Oh iya, di Desa Bari belum ada aliran listrik dari pemerintah. Ada listrik swadaya yang hanya menyala hingga Pkl. 10 malam. Tapi itupun hanya untuk Desa Bari saja. Dusun dusun yang terletak jauh seperti dusun Toroloji, tidak kebagian. Sehingga rumah rumah merekapun di terangi penerangan seadanya dari lampu minyak tanah. Ada beberapa rumah yang sudah memiliki genset untuk penerangan. 

Jadi tidak ada yang namanya minuman dingin atau es batu karena terbatasnya daya listrik sehingga tidak ada yang memiliki kulkas. Bagi mereka yang memiliki genset, mesin hanya menyala dari pkl. 7 - 10 malam. Tetapi mungkin tak lama lagi Bari berubah dari sebuah desa terpencil menjadi sangat ramai bahkan mungkin akan menjadi sebuah kota niaga. Karena menurut berita, dermaga niaga yang saat ini berada di Labuan Bajo akan di pindah ke suatu tempat di Bari. 

Konon calon lokasinya adalah teluk Nanga Kobo. Pembebasan lahan sudah di lakukan sejak beberapa tahun lalu. Perbaikan jalan sudah di mulai. Dan saya dengar jalan jalan akan segera di aspal. Tentu di mulai dari infrastruktur dulu untuk menyokong pembangunan dermaganya supaya mempermudah arus kendaraan. Semoga terealisasi dengan cepat dan bisa membawa perubahan ekonomi yang baik bagi warga Bari dan sekitarnya.

Senja di dusun Labuliang, desa Bari (dokpri)
Senja di dusun Labuliang, desa Bari (dokpri)
Daour tradisional, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)
Daour tradisional, dusun Toroloji, desa Bari (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun