"Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya". (Ki Hajar Dewantoro, Pahlawan Pendidikan Nasional)
Â
Kurikulum pendidikan merupakan nyawa dari suatu program pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan harus memberikan manfaat besar bagi pendidikan anak bangsa. Di mana, pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
Sebelum pandemi Covid-19 melanda negeri ini, proses pembelajaran harus tatap muka. Dengan kata lain, guru akan melihat kondisi peserta didik secara langsung dalam sebuah ruang kelas. Percaya atau tidak, proses belajar-mengajar secara langsung membuat daya serap mata pelajaran peserta didik dengan baik.
Namun, ketika pandemi Covid-19 terjadi, proses pembelajaran dilakukan secara online atau Learn From Home (LFH). Jarak jauh antara guru dan peserta didik memberikan efek gagap dalam proses belajar-mengajar. Sepertinya, guru dan peserta didik belum siap dengan kondisi tersebut.
Di satu sisi, guru harus menyesuaikan proses belajar-mengajar yang baru. Sisi lain, peserta didik harus belajar mandiri. Karena, banyaknya peserta didik yang susah menyerap mata pelajaran yang diajarkan gurunya secara online. Juga, faktor kuota internet yang terbatas "memaksa" guru memberikan pemahaman poin-poin penting mata pelajaran kepada peserta didiknya.
Percayalah, efek proses belajar-mengajar secara online tersebut, justru memberikan dampak positif terhadap kedua belah pihak. Guru harus lebih kreatif dalam mengajar, agar peserta didik lebih mudah menyerap ilmu yang diajarkan. Sedangkan, peserta didik juga harus lebih mandiri dalam memahami mata pelajaran yang diajarkan gurunya.
Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan orang tua dari peserta didik untuk menjadi guru pengganti di rumah. Dengan kata lain, sinergi antara guru di sekolah, orang tua dan peserta didik di rumah berpotensi memberikan dampak positif dalam proses pembelajaran secara online selama pandemi Covid-19.
Lambat-laun, peserta didik mulai merasakan betapa asiknya Merdeka Belajar demi menggapai cita-citanya. Belajar tidak harus bertatap muka dengan gurunya, atau berada dalam ruang kelas formal. Faktanya, peserta didik mampu belajar di manapun, Â demi memahami materi yang diajarkan gurunya secara online.
Kini, setelah pandemi Covid-19 mulai mereda, maka proses belajar-mengajar dalam sistem pendidikan nasional telah melewati masa yang sangat berat. Kurikulum pendidikan pun harus adaptif dengan perkembangan jaman. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia menjalankan Kurikulum Merdeka.Â
Dimana, semua pihak dan stakeholder yang terlibat dalam penerapan Kurikulum Merdeka harus memahami alur secara cermat. Adapun, alur Kurikulum Merdeka yang harus dipahami adalah: 1) Memahami garis besar Kurikulum Merdeka (regulasi mengenai Kurikulum Merdeka yang berlaku; Kajian akademik kurikulum untuk pemulihan pembelajaran); 2) Memahami pembelajaran dan asesmen; 3) Memahami pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan; dan 4) Memahami pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Bukan menjadi rahasia lagi, banyak anggapan masyarakat bahwa setiap bergantinya Presiden atau pemerintahan di Indonesia, maka akan berganti kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Â Lantas, apa saja keunggulan dari Kurikulum Merdeka dibandingkan kurikulum pendidikan sebelumnya. Anda perlu ketahui, bahwa keunggulan dari Kurikulum Merdeka, yaitu:
- Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar jadi lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan.Â
- Memberi kebebasan lebih kepada peserta didik, guru dan sekolah dalam memilih pembelajaran yang sesuai.
- Lebih relevan dan interaktif. Â
GURU PENGGERAK
Perlu dipahami, untuk mensukseskan Kurikulum Merdeka, maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak. Tentu, Pemerintah memberi dukungan untuk guru, Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan berupa perangkat ajar, yaitu: buku teks dan bahan ajar pendukung; pelatihan dan penyediaan sumber bagi guru, kepala sekolah dan pemerintah daerah; dan jaminan jam mengajar dan tunjangan profesi guru.
Meskipun, dukungan terbaik dari pemerintah telah diberikan, tetapi ada faktor penting yang tidak boleh terlewatkan. Faktor tersebut mampu menciptakan keberhasilan dari penerapan Kurikulum Meredeka tersebut. Tangan-tangan terbaik, yaitu Guru Penggerak adalah eksekutor di lapangan yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. Mereka adalah sosok terbaik yang akan menguatkan profil pelajar Pancasila.
Perlu diketahui, Guru Penggerak memberikan dampak luar biasa dalam pendidikan nasional. Mereka mempunyai peran dan tugas mulia, sebagai berikut:
- Mendorong komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan lingkungannya.
- Menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
- Memacu peningkatan kepemimpinan siswa di sekolah.
- Guru Penggerak adalah pemimpin dalam proses belajar-mengajar yang membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara menyeluruh, aktif dan proaktif.Â
- Guru Penggerak memotivasi guru lain untuk menerapkan pendekatan belajar yang berfokus pada siswa dan menjadi contoh dan agen perubahan dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil siswa Pancasila yang ideal.
Betapa pentingnya Guru Penggerak, maka Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia harus melakukan seleksi ketat untuk menciptakan Guru Penggerak terpilih secara berkelanjutan. Karena, Guru Penggerak adalah guru-guru terbaik yang merasa memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki sistem pendidikan bangsa Indonesia. Guru Penggerak menjadi sosok yang melakukan implementasi dalam penerapan Kurikulum Merdeka.
Setidaknya, ada 3 pilihan implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri yang bisa dilakukan oleh Guru Penggerak, yaitu:
- Mandiri Belajar (satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembalajaran dan asesmen).
- Mandiri Berubah (satuan pendidikan menggunakan struktur kurikulum merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen).
- Mandiri Berbagi (satuan pendidikan menggunakan struktur kurikulum merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen, dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan lainnya).
Dengan implementasi Kurikulum Merdeka tersebut, maka diharapkan projek penguatan pelajar Pancasila bisa maksimal. Peserta didik bukan hanya mampu mandiri, tetapi mampu melakukan kegiatan kokurikuler agar bisa:
- Mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan, serta menguatkan pengembangan enam dimensi profil pelajar Pancasila.
- Mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting, seperti gaya hidup berkelajutan, toleransi, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi.
- Melakukan aksi nyata sebagai respon terhadap isu-isu tersebut sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka.
PEMBELAJARAN MENYENANGKAN
Bapak Dewa Edwin Pradipta adalah salah satu contoh Guru Penggerak Kota Denpasar Bali yang bisa anda jadikan isnpirasi. Saya mengenal beliau kurang lebih 5 tahun, karena pernah menjadi wali kelas anak saya selama belajar di SD 24 Pemecutan Kota Denpasar. Apalagi, saya juga pernah menjadi pengurus Komite Sekolah di sekolah tersebut.
Kini, Bapak Dewa Edwin Pradipta telah berpindah tugas sebagai punggawa di SD 6 Sumerta Kota Denpasar. Saya mencermati sekali gaya mengajar beliau yang menyenangkan, dan membuat peserta didik mampu menyerap mata pelajaran yang diampunya dengan baik.
Kini, setelah Kurikulum Merdeka telah digemakan di mana-mana, maka gaya pembelajaran peserta didik makin berkualitas. Apalagi, Kurikulum Merdeka memberikan ruang kebebasan bagi guru dan peserta didiknya. Guru Penggerak memberikan contoh proses belajar-mengajar menyenangkan yang mengandung muatan lokal. Belajar tidak harus di dalam ruang kelas yang formal. Guru Penggerak bisa mengajar peserta didik di luar ruang kelas dalam suasana yang lebih menyenangkan.
Guru Penggerak bisa mengajar peserta didik di halaman sekolah dalam kondisi santai. Peserta didik tidak harus memakai pakaian seragam sekolah yang formal. Mereka bisa memakai pakaian yang bebas dan sopan. Guru Penggerak bisa mengajarkan mata pelajaran sekolah layaknya sebuah permainan. Peserta didik diharap bisa menyerap mata pelajaran secara menyenangkan.
Waktu proses belajar-mengajar pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Bisa dilakukan kapan saja, ketika Guru Penggerak dan peserta didik sangat membutuhkan masukan atau informasi yang baru. Bahkan, proses pembelajaran tersebut bisa diselingi dengan muatan lokal. Pihak sekolah bisa menyediakan kuliner lokal untuk makanan peserta didik sehabis proses belajar-mengajar. Seperti, penyajian Nasi Jinggo khas Bali.
Penyajian Nasi Jinggo tersebut, bukan hanya mengenalkan kuliner lokal kepada peserta didik. Tetapi, peserta didik dituntut untuk mencintai produk dalam negeri. Konsep belajar-mengajar ini secara langsung menguatkan peserta didik tentang pemahaman Pancasila secara murni dan konsekuen.
Proses pembelajaran yang fleksibel tersebut memberikan kesan Guru Penggerak dan peserta didik tidak kaku. Itulah uniknya Kurikulum Merdeka dalam sistem pendidikan nasional. Di mana, Guru Penggerak bertanggung jawab suksesnya penerapan Kurikulum Merdeka yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Pengembangan soft skills dan karakter (melalui proyek penguatan profil belajar Pancasila).
- Fokus pada materi esensial (yang relevan dan mendalam, sehingga ada waktu cukup untuk membangun kreatifitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi).
- Pembelajaran yang fleksibel (keleluasaan bagi guru untuk untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal).
Terciptanya profil pelajar Pancasila adalah muara dari penerapan Kurikulum Merdeka. Peran Guru Penggerak adalah contoh nyata, bahwa sistem pendidikan nasional harus menciptakan anak bangsa yang cerdas berdasarkan Pancasila. Estafet Guru Penggerak harus dilakukan secara berkelanjutan, agar penguatan pelajar Pancasila tidak berhenti di tengah jalan.
Bangsa Indonesia berharap dengan adanya penerapan Kurikulum Merdeka, proses belajar-mengajar mampu menciptakan anak bangsa yang mandiri. Namun, hal terpenting adalah Kurikulum Merdeka adalah mampu menciptakan karakter mandiri dalam membagi dampak baik di sekelilingnya.
Benar apa yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantoro, bahwa Guru Penggerak harus memberikan manfaat buat siapa saja dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Bukan hanya kepada peserta didik, tetapi kepada guru lain, kepala sekolah dan satuan pendidikan lainnya. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI