Harus diakui, penggunaan bahan bakar fosil pada sarana transportasi (terutama pemakaian kendaraan pribadi sangat tinggi). Hal yang bisa saya lakukan adalah mengurangi tingkat polusi udara dari kendaraan pribadi tersebut. Maka, penggunaan sarana transportasi publik menjadi pilihan menarik. Seperti, pemanfaatan transportasi publik Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata Bali.
Metro Dewata, Transportasi Publik yang Aman dan Nyaman (Sumber: Casmudi Vlog/Youtube)
Fakta, Coba kalau Trans Sarbagita kayak Trans Jakarta (Sumber: Casmudi Vlog/Youtube)
Â
Menghemat Listrik Semaksimal Mungkin
Menarik, apa yang dikatakan oleh Direktur IESR Fabby Tumiwa yang dilansir dalam topik "Status Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia 2020" bulan Juni 2020 terbitan Institute for Essential Services Reform (IESR) tentang Tracking SDG7: The Energy Progress Report 2020Â yang dikeluarkan oleh laporan Bank Dunia pada bulan Mei 2020.
Laporan Bank Dunia tersebut menunjukan syarat tercapainya Sustainability Development Goals 7 (SDG7), dibutuhkan akses universal terhadap energi modern yang terjangkau, handal, berkelanjutan. SDG7 memiliki 4 target, yaitu: 1) akses energi universal yang terdiri dari akses atas listrik (electricity access) dan akses terhadap bahan bakar bersih untuk memasak (clean cooking); 2) peningkatan bauran energi terbarukan secara substansial; 3) melipatgandakan laju peningkatan efisiensi energi pada 2030; dan 4) mempromosikan akses teknologi dan investasi pada energi bersih, untuk pengembangan energi bersih dan terbarukan.
Masalah kelistrikan masih menjadi isu menarik di Indonesia. Bukan karena tarif yang naik pada waktu tertentu. Tetapi, sebanyak 61% listrik yang diproduksi di Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Batu bara tersebut mempunyai andil besar menghasilkan polusi udara yang tinggi. Oleh sebab itu, perlu adanya tindakan nyata yang mampu mengurangi jumlah pembangkit listrik tenaga batu bara. Juga, meningkatkan kontribusi dari energi terbarukan, Â hingga tiga kali lipat pada sektor ketenagalistrikan di tahun 2030 mendatang.
Konsumsi listrik yang tinggi akan berdampak pula pada konsumsi batu bara yang tinggi. Maka dari itu, untuk mengurangi konsumsi batu bara, perlu adanya pemngurangan konsumsi energi listrik.Â
Tindakan tersebut bukan hanya dilakukan oleh perusahaan besar, industri atau usaha lainnya. Tetapi, tindakan untuk mengurangi energi listrik bisa bermula dari kita dalam lingkungan keluarga. Maka, hal yang saya lakukan untuk mewujudkan Net Zero Emissions (NZE) dari sektor kelistrikan lingkungan keluarga adalah  menghemat penggunaan listrik sehemat mungkin.  Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!