Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jangan Diam di Rumah, Karena Heritage Of Toba Terlalu Indah untuk Dilewatkan

19 September 2021   12:22 Diperbarui: 19 September 2021   12:24 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona Danau Toba terlalu indah untuk dilewatkan (Sumber: explore_danautoba/IG)

Sebelum Pandemi, saya kedatangan teman lama yang asli orang Batak. Dia mengunjungi anak perempuannya yang sedang praktik atau magang di sebuah hotel di kawasan Seminyak Bali. Selama 3 hari, saya menjadi pemandu (tour guide) dadakan untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata Bali.

Tetapi, ada hal yang menarik selama perjalanan wisata tersebut adalah timbulnya Storynomic Tourism. Maksudnya? Meskipun, kami mengunjungi beberapa tempat indah di Bali. Teman saya tersebut justru tidak henti-hentinya menceritakan keindahan Heritage of Toba. Ya, dia selalu membandingkan keindahan pantai Bali yang sedang kami kunjungi, dengan keindahan Danau Toba.

Uniknya, saya justru terpesona dengan gaya story telling teman saya. Dia bercerita tentang Wonderful Indonesia yang bernama Danau Toba dengan penuh semangat. Maklum, karena yang bercerita adalah putra daerah yang tahu betul tentang Danau Toba. Dia pun bersemangat, jika saya berkesempatan untuk mengunjungi Danau Toba.

"Jangan mati sebelum mengunjungi Danau Toba!"

Sungguh, pesan teman saya tersebut sangat mendalam hingga merasuk sumsum tulang belakang. Segitunya, dia berharap, agar saya bisa mengunjungi Danau Toba sebelum mati. Akankah, pesona Danau Toba mampu menandingi keindahan Pulau Bali? Waktulah yang akan menjawabnya.

ERUPSI VULKANIK

Geliat pariwisata Indonesia mengalami penurunan drastis selama masa Pandemi. Tetapi, Kementerian Pariwisata RI tidak lelah untuk mempromosikan destinasi pariwisata andalan bangsa Indoensia. Bahkan, selain Pulau Bali yang sudah diakui mancanegara. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas (DSP), yakni: 1) Danau Toba (Sumatera Utara), 2) Borobudur (Jawa Tengah), 3) Mandalika (Nusa Tenggara Barat), 4) Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan 5) Likupang (Sulawesi Utara).

5 DSP tersebut diharapkan mampu menjadi magnet pariwisata layaknya Pulau Bali. Dari 5 DSP tersebut, yang menarik saya untuk membahasnya adalah DSP Toba. Seperti, yang pernah diceritakan teman saya di atas.

Saya pun penasaran, apa saja daya tarik Danau Toba. Hingga teman saya menyarankan untuk mengunjungi Danau Toba. Katanya, Danau Toba terlalu indah untuk dilewatkan. Jadi ingat kalimat semiotika yang ada di sebuah bagian belakang truk atau bus-bus pariwisata.

"Mari selamatkan generasi bangsa dari bahaya kurang piknik".

Kalimat semiotika tersebut juga memantik rasa penasaran saya. Sepertinya, kalau saya belum piknik ke Danau Toba adalah generasi yang membahayakan bangsa. Memang benar juga. Siapa lagi yang akan menceritakan keindahan Danau Toba ke bangsa lain. Kalau bukan generasi kita sendiri, bukan? Jangan sampai orang asing lebih memahami kondisi dan keindahan Danau Toba dibandingkan bangsa kita sendiri.

Saya mengakui bahwa Danau Toba bukanlah danau yang sejenisnya di dunia. Danau Toba memang istimewa banget. Ibarat kembang desa, sudah cantik tambah jenius lagi. Remaja mana yang tidak akan kepincut untuk melamarnya. Sungguh, kesempatan yang hil mustahal untuk dilewatkan.  

 

Sungguh, Danau Toba merupakan danau vulkanik yang wajib dikunjungi. Sejatinya, letak Danau Toba bukan di Kota Medan. Karena, waktu yang ditempuh ke Danau Toba sekitar 4-5 jam dari Kota Medan Sumatera Utara.

Danau Toba sebagai Danau vulkanik memiliki luasan kurang lebih 1.145 kilometer persegi. Itulah sebabnya, Danau Toba diakui sebagai danau vulkanik terbesar di dunia.

 

Proses terbentuknya Danau Toba merangsang banyak peneliti dunia untuk mempelajari keberadaannya. Pertama, jika mempelajari legenda terbentuknya Danau Toba, maka kita akan mendapatkan pelajaran berharga. Tentang sebuah sumpah anak manusia yang tidak boleh dilanggar.

Seorang pemuda yang bernama Toba. Ketika sedang memancing, Toba tertarik wanita cantik dari jelmaan ikan emas. Wanita cantik tersebut mau dijadikan istri. Dengan syarat, Toba berjanji tidak akan mengatakan asal muasal dirinya yang keturunan ikan. Keluarga bahagia tersebut dikarunia anak bernama Samosir.

Ilustrasi wanita cantik jelmaan ikan emas (Sumber: Kemenparekraf RI)
Ilustrasi wanita cantik jelmaan ikan emas (Sumber: Kemenparekraf RI)

Ketika, ibu menyuruh Samosir untuk mengantarkan makanan ayahnya ke ladang. Samosir menghabiskan sebagian makanan ayahnya karena merasa lapar. Melihat makanan yang dikirimkan istrinya tidak utuh lagi, Toba pun marah besar pada Samosir.

Lupa akan sumpah yang pernah diucapkan terhadap istrinya. Tanpa sadar, Toba memarahi Samosir sebagai keturunan ikan. Sejak itu, daerah tempat tinggal Toba muncul air terus-menerus dari dalam tanah hingga menjadi sebuah danau.

Kedua, jika dilihat dalam ilmu pengetahuan, maka proses pembentukan Danau Toba sangat mengagumkan. Perlu diketahui bahwa Danau Toba terbentuk erupsi vulkanik. Yaitu, letusan super dahsyat, dari aktivitas vulkanik dan tektonik Gunung Api Purba Toba.

Fakta menyebutkan bahwa Gunung Api Purba Toba pernah meletus 3 kali, yaitu letusan 800 ribu tahun yang lalu, 500 ribu tahun yang lalu dan yang paling dahsyat sekitar 74 tahun yang lalu. Tidak tanggung-tanggung, letusan Gunung Api Purba Toba pada 74 ribu tahun lalu mampu memuntahkan magma minimal 300 km3. Selama meletus, Gunung Api Purba Toba telah memuntahkan tidak kurang dari 2.800 km3 material vulkanik. 

Gabungan aktivitas vulkanik dan tektonik Gunung Api Purba Toba menyebabkan kaldera super raksasa, yang memanjang ke arah barat laut hingga tenggara. Kaldera tersebut tertutup bebatuan beku, selanjutnya mencair dan membentuk sebuah danau. Sedangkan, pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba terbentuk, karena terjungkitnya sebagian tanah dengan posisi miring ke arah barat daya.

Percaya atau tidak, letusan super dahsyat Gunung Api Purba Toba tersebut, nyaris menghentikan migrasi (perpindahan) Homo Sapiens (manusia modern) yang ada sekarang ini. Bahkan, populasi manusia di bumi berkurang hingga 60%. 

 

Sebagai informasi bahwa Homo Sapiens bemula dari Afrika sekitar 200 ribu tahun yang lalu. Saat letusan super dahsyat Gunung Api Purba Toba, Homo Sapiens terisolasi di Afrika. Bayangkan, jika Homo Sapiens tidak melakukan penyebaran hingga dataran Tiongkok. Sampai akhirnya ke nusantara melewati Sumatra pada 74 ribu tahun yang lalu. Mungkin, tidak akan ada manusia modern seperti kita ini.

Pola Penyebaran Homo Sapiens (Sumber: shutterstock)
Pola Penyebaran Homo Sapiens (Sumber: shutterstock)

PESONA HERITAGE OF TOBA

Bangsa Indonesia perlu bersyukur, dari kejadian letusan super dahsyat Gunung Api Purba. Maka, negeri ini mempunyai Heritage of Toba, yang mempunyai daya tarik luar biasa. Danau Toba yang mempunyai panjang 100 km dan lebar 30 km, menjadikan danau terluas se-Asia Tenggara. Danau Toba mempunyai kedalaman berkisar pada 500 meter. Dan, ketinggian permukaan sekitar 900 meter.

Keindahan Danau Toba tidak bisa diragukan lagi. Pantas saja, jika Pemerintah Indonesia percaya diri untuk mempromosikan pesona Danau Toba di kancah dunia. Maka, jika orang asing mau mengadakan MICE Di Indonesia Aja. Di mana, Heritage of Toba menjadi tempat yang cocok berbagai kegiatan, seperti: Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE).

Perlu dipahami bahwa Danau Toba dikelilingi oleh 7 kabupaten, yaitu: 1) Kabupaten Simalungun; 2) Kabupaten Karo; 3) Kabupaten Dairi; 4) Kabupaten Humbang Hasundutan; 5) Kabupaten Tapanuli Utara; 6) Kabupaten Samosir; dan Kabupaten Toba Samosir. Ternyata, pulau yang ada di tengah Danau Toba, bukan hanya Pulau Samosir. Masih ada 4 pulau lain, yaitu: 1) Pulau Sibandang; 2) Pulau Tao; 3) Pulau Tolping; dan 4) Pulau Tulas.

Namun, Pulau Samosir yang paling dikenal masyarakat luas sebagai pulau vulkanik. Berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Lebih unik lagi, di tengah Pulau Samosir tersebut terdapat dua (2) danau, yaitu 1) Danau Sidihoni; dan 2) Danau Aek Natonang.

Tidak dipungkiri, DSP Toba menawarkan pemandangan alam yang indah. Sekitar Danau Toba terdapat hutan pinus dan beberapa air terjun. Danau Toba terletak di antara dua bukit, yakni Holbung dan Huta Ginjang. Wisatawan bisa menikmati keindahan panorama alam secara sempurna di dua bukit ini. Bahkan, wisatawan juga bisa bersepeda, joging, canoeing, kayaking, trekking, dan hiking.

keindahan-sunset-di-danau-toba-6146c35606310e2667186c22.jpg
keindahan-sunset-di-danau-toba-6146c35606310e2667186c22.jpg

Keindahan sunset di Danau Toba (Sumber: Kementerian Pariwissata RI)

Jika, wisatawan ingin menikmati kuliner khas tanah Batak, maka datanglah ke Desa Wisata Tuktuk Siadong. Kuliner seperti: mi gomak, saksang, babi panggang, arsik ikan mas, dan ayam padar akan memanjakan lidah wisatawan. Mau oleh-oleh kerajinan tangan? Kain ulos khas tanah Batak bisa menjadi souvenir yang sangat menarik.

Demi mencapai kesuksesan Kawasan Danau Toba sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP), maka DSP Toba terus berbenah untuk mempercantik diri. Pihak Otorita Danau Toba mempunyai 3 Program Pengembangan Kawasan Danau Toba, yaitu: 1) Workshop pengembangan ekonomi kreatif kriya berbasis daur ulang di Perkampungan Pemuda Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Jetun Silangit Siborongborong, Tapanuli Utara; 2) Soft launching Bobocabin Signature di Toba Caldera Resort; dan 3) Pelaksanaan vaksinasi massal yang bekerja sama dengan Kodam I Bukit Barisan Sumatra Utara.

INOVASI DI MASA PANDEMI

Hingga kini, Bangsa Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19.  Sektor pariwisata menjadi sector yang merasakan dampaknya. Termasuk, DSP Toba yang sedang gencar-gencarnya dipromosikan kepada wisatawan. Baik, wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Beruntung, Pemerintah Indonesia melakukan 3 strategi yang diterapkan di bidang akomodasi pariwisata. Agar, dapat terus bertahan di masa pandemi, yaitu:

1. Pivoting: mengubah strategi bisnis melalui berbagai inovasi, seperti menghadirkan layanan atau produk baru, dan memaksimalkan teknologi digital. Sebagai contoh, pembuatan paket pesan antar "Rantang" dan food delivery "Raffles to Go" dari Hotel Raffles Jakarta.

2. Positioning: memosisikan hotel agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di masa pandemi seperti staycation atau Work From Hotel. Berikan harga khusus untuk jangka waktu menginap yang lama (misal 1 minggu). Strategi ini pernah dilakukan oleh Hotel Best Western Premier The Hive pada tahun 2020.

3. Contactless experience: tunjukkan bahwa hotel menjalankan protokol CHSE, salah satunya dengan menghadirkan layanan nirsentuh. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman baik bagi pengunjung maupun pekerja hotel.

Melalui Inovasi, Transformasi dan Adaptasi, maka sektor pariwisata mampu bertahan di masa pandemi. Dan, bangkit kembali di era New Normal. Bahkan, DSP Toba kian menarik bagi wisatawan. Oleh karena itu, anda jangan diam di rumah. Karena, keindahan DSP Toba terlalu indah untuk dilewatkan. Selamat berkunjung ke Danau Toba, dan jangan lupakan protokol kesehatan (prokes) ya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun