Sebelum Pandemi, saya kedatangan teman lama yang asli orang Batak. Dia mengunjungi anak perempuannya yang sedang praktik atau magang di sebuah hotel di kawasan Seminyak Bali. Selama 3 hari, saya menjadi pemandu (tour guide) dadakan untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata Bali.
Tetapi, ada hal yang menarik selama perjalanan wisata tersebut adalah timbulnya Storynomic Tourism. Maksudnya? Meskipun, kami mengunjungi beberapa tempat indah di Bali. Teman saya tersebut justru tidak henti-hentinya menceritakan keindahan Heritage of Toba. Ya, dia selalu membandingkan keindahan pantai Bali yang sedang kami kunjungi, dengan keindahan Danau Toba.
Uniknya, saya justru terpesona dengan gaya story telling teman saya. Dia bercerita tentang Wonderful Indonesia yang bernama Danau Toba dengan penuh semangat. Maklum, karena yang bercerita adalah putra daerah yang tahu betul tentang Danau Toba. Dia pun bersemangat, jika saya berkesempatan untuk mengunjungi Danau Toba.
"Jangan mati sebelum mengunjungi Danau Toba!"
Sungguh, pesan teman saya tersebut sangat mendalam hingga merasuk sumsum tulang belakang. Segitunya, dia berharap, agar saya bisa mengunjungi Danau Toba sebelum mati. Akankah, pesona Danau Toba mampu menandingi keindahan Pulau Bali? Waktulah yang akan menjawabnya.
ERUPSI VULKANIK
Geliat pariwisata Indonesia mengalami penurunan drastis selama masa Pandemi. Tetapi, Kementerian Pariwisata RI tidak lelah untuk mempromosikan destinasi pariwisata andalan bangsa Indoensia. Bahkan, selain Pulau Bali yang sudah diakui mancanegara. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas (DSP), yakni: 1) Danau Toba (Sumatera Utara), 2) Borobudur (Jawa Tengah), 3) Mandalika (Nusa Tenggara Barat), 4) Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan 5) Likupang (Sulawesi Utara).
5 DSP tersebut diharapkan mampu menjadi magnet pariwisata layaknya Pulau Bali. Dari 5 DSP tersebut, yang menarik saya untuk membahasnya adalah DSP Toba. Seperti, yang pernah diceritakan teman saya di atas.
Saya pun penasaran, apa saja daya tarik Danau Toba. Hingga teman saya menyarankan untuk mengunjungi Danau Toba. Katanya, Danau Toba terlalu indah untuk dilewatkan. Jadi ingat kalimat semiotika yang ada di sebuah bagian belakang truk atau bus-bus pariwisata.
"Mari selamatkan generasi bangsa dari bahaya kurang piknik".