MAPRADAKSINA
Candi Borobudur mempunyai 10 pelataran. Menggambarkan jelas filsafat Mahayana. Di mana, secara bersamaan menggambarkan kosmologi. Yaitu, konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha. Lebih jelas lagi, Candi Borobudur menggambarkan 10 tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui oleh manusia. Demi mencapai kesempurnaan menjadi Sang Buddha.
Sungguh, Candi Borobudur mengandung pesan moral yang baik. Yaitu, menuntun umat manusia. Beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan, sesuai ajaran Buddha.
Para peziarah memulai ritual persembahyangan dari sisi timur dasar Candi Borobudur. Kemudian, berjalan melingkari candi searah jarum jam. Dan, terus naik ke undakan berikutnya, melalui 3 tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha.
Adapun, 3 tingkatan tersebut adalah pertama, Kmadhtu (ranah hawa nafsu). Merupakan tingkatan alam bawah, menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi.
Kedua, Rupadhatu (ranah berwujud). Merupakan alam antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh dunia nyata.
Dan, ketiga, Arupadhatu (ranah tak berwujud). Merupakan alam atas, menggambarkan unsur tak berwujud dan sebagai tanda tingkatan yang telah meninggalkan nafsu duniawi.
Selain stupa dan patung Buddha, Â keberadaan relief di Candi Borobudur menjadi daya tarik pengunjung. Candi Borobudur mempunyai 504 arca Buddha dan 2.672 panel relief. Jika, disusun panjangnya mencapai 6 km. Â Menjadikan pemilik relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.
Dalam bahasa Jawa Kuno disebut MAPRADAKSINA. Daksina sendiri merupakan kata dalam bahasa Sansekerta yang berarti timur. Oleh sebab itu, pembacaan relief dimulai dan berakhir di pintu gerbang sisi timur untuk setiap tingkatnya.
Relief yang ada di Candi Borobudur menggambarkan banyak makna. Bukan hanya kehidupan Sang Buddha Gautama, suasana alam yang permai, perahu bercadik, dan bangunan tradisional nusantara. Namun, relief Candi Borobudur merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu.