Saya selalu salah arah di kawasan ini. Arah yang saya tuju ke arah Malang. Apalagi, saat malam hari. Sepi, sunyi dan tak ada orang di pinggir jalan. Maka, dengan percaya diri, tanpa sadar saya melaju ke arah Malang hingga 10 km jauhnya. Saya harus berbelok kembali ke arah awal. Dan, beberapa kali memutar arah di kawasan ini. Saking bingungnya, hanya doa yang bisa menuntun saya. Â
Nganjuk-Caruban Bikin Ngeri
Nah, lintasan Mojokerto hingga Ngawi menjadi lintasan yang menakutkan. Apa alasannya? Lintasan ini dikenal dengan lintasannya bus  penguasa jalanan, Sumber Group dan Mira. Yaitu, bis Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu. Bis-bis tersebut dikenal dengan "Raja Tega". Para sopir dikenal ugal-ugalan untuk kejar setoran.
Kecelakaan lalu lintas seperti tabrakan maut hingga tabrakan tunggal tidak bisa dihitung jumlahnya. Banyak nyawa yang mati sia-sia karena ulah bis ini. Sekali anda berani menghalangi laju bus ini, anda berarti cari mati. Sudah terkenal sekali. Karena, sering sekali menyerobot jalur kendaraan lain. Saya sendiri hampir ditabrak bus Sumber Selamat di lintasan ini.
Bukan hanya merinding karena tingkah bus jalanan yang mengerikan, Di lintasan ini, khususnya di jalur Wilangan Nganjuk hingga Ngawi dikenal sebagai kawasan "pencabut nyawa". Jika naik sepeda motor di kawasan ini perlu hati-hati. Banyak jalan yang berlubang sepanjang lintasan ini.
Juga, beberapa titik palang pintu kereta api yang menjadi awal kemacetan. Saat hujan, kawasan ini dikenal licin. Sewaktu-waktu bisa membuat anda terjungkal dari kursi sepeda motor. Saya hampir tergelincir dan masuk jurang kecil di sini.
Saya juga mengalami pecah ban dan harus mendorong motor sejauh 3 km untuk mencari tukang tambal ban. Bukan itu saja, di kegelapan malam saya melihat pengendara motor harus meregang nyawa karena ditabrak truk. Setelah tergelincir di aspal jalanan. Innalillahi wainnailaihi rajiun!
Sampai di rumah tujuan Kota Ngawi pagi hari. Tangan seperti kaku dan kram karena hampir 30 jam melakukan pengereman manual. Badan serasa dipukul martil. Tubuh masih dalam kondisi masuk angin. Â Itulah suka dan duka selama perjalanan mudik.
Sebuah perjalanan yang membutuhkan persiapan matang. Dan, perjalanan itu belum selesai. Masih akan melakukan perjalanan balik ke Kota Denpasar dengan panjang lintasan dan waktu yang tak jauh berbeda. Anda berani?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H