Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pro dan Kontra, Menyoal Pemberian Sedekah di Jalanan

14 Mei 2019   04:36 Diperbarui: 14 Mei 2019   04:47 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada peribahasa yang mengatakan, "tangan di atas lebih baik tangan di bawah". Hal ini menunjukan bahwa member lebih baik dari pada meminta. Ya, agama Islam mengajarkan untuk mengeluarkan sebagian rejeki anda buat orang lain. Dalam harta anda, ada hak milik fakir miskin dan kaum dhuafa. Maka, memberikan sedekah adalah salah satu jalan yang patut dilakukan.

Benar, harta anda sejatinya adalah milik atau titipan Allah SWT. Sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh pemilik-NYA. Oleh sebab itu, harta anda mesti digunakan ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

Apalagi, saat anda melakukan ibadah puasa yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Anda ikut merasakan bagaimana rasanya fakir miskin dan kaum dhuafa bersusah payah untuk mendapatkan makanan mereka sehari-hari.

Islam juga mengajarkan bahwa anda perlu merasakan bagaimana penderitaan mereka. Itulah sebabnya, ibadah puasa diwajibkan bagi orang-orang yang beriman. Orang yang peka dan peduli terhadap kondisi orang lain yang kurang beruntung seperti anda.

Rasa Iba

Salah satu implementasi (penerapan) dari kepedulian anda adalah memberikan sebagian harta anda kepada orang lain. Salah satu orang yang kurang beruntung adalah para gelandangan dan  pengemis (gepeng) di jalanan. Baik yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur atau orang yang berusia renta.

img-20190514-052919-jpg-5cd9e2f095760e4b4e5c0f66.jpg
img-20190514-052919-jpg-5cd9e2f095760e4b4e5c0f66.jpg
Keberadaan dan kondisi mereka memberikan rasa iba siapapun (Sumber: beritagar.com)

Memang, kondisi mereka yang beranekaragam memantik kepedulian orang lain. Saat anda berhenti di perempatan lampu merah atau berjalan di trotoar jalanan, pemandangan anak jalanan dan pengemis mengetuk hati anda. Karena rasa iba, atas nama hati dan kepedulian, maka anda pun mengulurkan sebagian harta anda buat mereka.

Namun, para pengemis di jalanan dalam berbagai kondisi dan usia justru mengundang polemik berbagai pihak. Keberadaan mereka di jalanan justru mengundang pro dan kontra.

Bagi anda yang pro atau tidak peduli respon negatif orang lain maka apapun kondisi mereka adalah kaum dhuafa yang kurang beruntung. Mereka membutuhkan uluran tangan anda. Mereka pantas dikasihani. Mereka melakukan "meminta-minta" karena mereka butuh makan. Juga, hanya itulah pekerjaan yang bisa mereka lakukan.

Sebenarnya, mereka juga malu untuk melakukannya. Tetapi, karena  kebutuhan dan kekurangan rejeki dari Allah SWT maka "meminta-minta" adalah jalan yang harus dilakukan. Dalam bahasa mereka, "yang penting saya tidak mencuri atau merampok hak orang lain".

Anda pun akan setuju bahwa mereka sangat membutuhkan uluran tangan orang lain. Dan, anda pun tentu merasa iba dengan kondisi mereka. Anda berpikir bahwa hal itu sudah menjadi kewajiban sesama makhluk Allah SWT untuk saling membantu. Apalagi, membantu orang yang kekurangan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.    

Uluran tangan anda adalah senyum mereka (Sumber: habadaily.com)
Uluran tangan anda adalah senyum mereka (Sumber: habadaily.com)

"Sindikat"
Bagi yang kontra memberikan alasan bahwa memberikan sebagian hartanya karena bukan tepat sasaran. Salah satu hal yang paling beralasan,  adalah ajang menggepeng di jalan sering dijadikan sindikat yang terorganisir.

Bukan isapan jempol, beberapa kasus sindikat pengemis terorganisir dibongkar. Oleh aparat penegak hukum di berbagai daerah. Dan, faktanya bahwa keberadaan mereka diatur oleh para mafia untuk mendapatkan materi secara kotor. Seperti, orang tua atau anak-anak dipaksa untuk mengemis. Mereka ditarget dan menyetor sejumlah uang dengan nilai yang telah ditentukan.

Lagi, banyak gepeng yang bertindak sebagai penipu. Seperti, pengemis dengan tubuh normal yang merubah dirinya menjadi orang cacat. Tidak punya kaki atau tidak punya tangan. Setelah kedok mereka terbongkar, ternyata mereka adalah orang yang sehat. Mereka memanfaatkan kekurangan fisik  manusia sebagai cara "jahat" mendapatkan empati dan belas kasihan orang lain.
Itulah sebabnya, keberadaan para gepeng ditentang oleh banyak kebijakan Pemerintah Daerah. Kebijakannya adalah diarangnya pengendara untuk memberi apapun kepada gepeng di jalanan.  Bahkan, Satpol PP akan bertindak atau bergerak secara berkala mengawasi keberadaan gepeng yang sering merusak wajah kota.

Keberadaan gepeng juga merusak keamanan. Tidak sedikit para gepeng  yang bertindak kasar kepada  pengendara. Tidak segan-segan mereka merusak kaca atau spion mobil pengendara jika keinginannya tidak direspon.

Bukan itu saja, banyak kasus perampokan atau tukang jambret yang "nyaru" jadi gepeng. Mereka memanfaatkan kelengahan pengendara di jalan untuk merampok  atau menjambret milik pengendara.

Para pelaku gepeng sering memanfaatkan rasa iba para pengendara di jalanan. Rasa empatinya dimanfaatkan untuk keuntungan mereka secara materi. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa  pihak yang kontra dengan keberadaan gepeng di jalan karena faktor "tidak tepat sasaran".

Seringkali, para gepeng bukanlah pihak yang berhak untuk dikasihani. Karena, mereka sering "memanipulasi" dirinya untuk mendapatkan belas kasihan dengan trik dan rekayasa.

Dari model sindikat hingga merubah tubuhnya menjadi cacat. Meskipun, anda tidak tahu mana yang benar-benar orang fakir miskin dan kaum dhuafa di jalanan. Tetapi, pemerintah daerah banyak yang tegas dengan peraturannya untuk melarang pengendara memberi apapun kepada gepeng di jalanan. Alasannya, mereka mengganggu ketertiban umum.  

Kondisi gepeng di jalanan sering menjadi ajang sindikat terorganisir pihak tertentu (Sumber: millionsmiles.com)
Kondisi gepeng di jalanan sering menjadi ajang sindikat terorganisir pihak tertentu (Sumber: millionsmiles.com)
Lembaga Terpercaya
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh semua pihak aga bisa melakukan tindakan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Hal yang dilakukan adalah memberikan sebagaian harta anda pada orang yang membutuhkan.   Menyalurkan sebagian hartanya pada orang yang tepat sasaran, fakir miskin dan kaum dhuafa.

Bagaimana caranya? Lebih baik salurkan sebagian harta anda langsung di tempat ibadah atau masjid, pihak yayasan yatim piatu. Atau, anda menyalurkannya ke lembaga terpercaya dan kredibel. Baznas, Rumah Yatim, Dompet Dhuafa adlah beberapa deretan lembaga terpercaya. Profesionalitas mereka dalam memberdayakan fakir miskin dan kaum dhuafa tidak diragukan lagi.  

Membelanjakan sebagian harta anda pada orang yang berhak menerima tentu akan membahagiakan mereka. Serta, mampu memutus mata rantai kejahatan, meningkatkan keamanan dan mempercantik wajah kota. Tentu kondisi tersebut menjadi keinginan bersama.

Pikirkan dengan bijak bahwa saat anda berpuasa, memberikan sebagian harta anda akan diganjar dengan pahala yang berlipat. Namun, pikirkan kembali bahwa harta anda mesti menuju pada orang yang perlu dibantu. Harta anda mampu membahagiakan mereka yang "benar-benar" membutuhkan. Karena, sebagian harta anda, ada hak fakir miskin dan kaum dhuafa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun