Bukan isapan jempol, beberapa kasus sindikat pengemis terorganisir dibongkar. Oleh aparat penegak hukum di berbagai daerah. Dan, faktanya bahwa keberadaan mereka diatur oleh para mafia untuk mendapatkan materi secara kotor. Seperti, orang tua atau anak-anak dipaksa untuk mengemis. Mereka ditarget dan menyetor sejumlah uang dengan nilai yang telah ditentukan.
Lagi, banyak gepeng yang bertindak sebagai penipu. Seperti, pengemis dengan tubuh normal yang merubah dirinya menjadi orang cacat. Tidak punya kaki atau tidak punya tangan. Setelah kedok mereka terbongkar, ternyata mereka adalah orang yang sehat. Mereka memanfaatkan kekurangan fisik  manusia sebagai cara "jahat" mendapatkan empati dan belas kasihan orang lain.
Itulah sebabnya, keberadaan para gepeng ditentang oleh banyak kebijakan Pemerintah Daerah. Kebijakannya adalah diarangnya pengendara untuk memberi apapun kepada gepeng di jalanan. Â Bahkan, Satpol PP akan bertindak atau bergerak secara berkala mengawasi keberadaan gepeng yang sering merusak wajah kota.
Keberadaan gepeng juga merusak keamanan. Tidak sedikit para gepeng  yang bertindak kasar kepada  pengendara. Tidak segan-segan mereka merusak kaca atau spion mobil pengendara jika keinginannya tidak direspon.
Bukan itu saja, banyak kasus perampokan atau tukang jambret yang "nyaru" jadi gepeng. Mereka memanfaatkan kelengahan pengendara di jalan untuk merampok  atau menjambret milik pengendara.
Para pelaku gepeng sering memanfaatkan rasa iba para pengendara di jalanan. Rasa empatinya dimanfaatkan untuk keuntungan mereka secara materi. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa  pihak yang kontra dengan keberadaan gepeng di jalan karena faktor "tidak tepat sasaran".
Seringkali, para gepeng bukanlah pihak yang berhak untuk dikasihani. Karena, mereka sering "memanipulasi" dirinya untuk mendapatkan belas kasihan dengan trik dan rekayasa.
Dari model sindikat hingga merubah tubuhnya menjadi cacat. Meskipun, anda tidak tahu mana yang benar-benar orang fakir miskin dan kaum dhuafa di jalanan. Tetapi, pemerintah daerah banyak yang tegas dengan peraturannya untuk melarang pengendara memberi apapun kepada gepeng di jalanan. Alasannya, mereka mengganggu ketertiban umum. Â
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh semua pihak aga bisa melakukan tindakan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Hal yang dilakukan adalah memberikan sebagaian harta anda pada orang yang membutuhkan. Â Menyalurkan sebagian hartanya pada orang yang tepat sasaran, fakir miskin dan kaum dhuafa.
Bagaimana caranya? Lebih baik salurkan sebagian harta anda langsung di tempat ibadah atau masjid, pihak yayasan yatim piatu. Atau, anda menyalurkannya ke lembaga terpercaya dan kredibel. Baznas, Rumah Yatim, Dompet Dhuafa adlah beberapa deretan lembaga terpercaya. Profesionalitas mereka dalam memberdayakan fakir miskin dan kaum dhuafa tidak diragukan lagi. Â
Membelanjakan sebagian harta anda pada orang yang berhak menerima tentu akan membahagiakan mereka. Serta, mampu memutus mata rantai kejahatan, meningkatkan keamanan dan mempercantik wajah kota. Tentu kondisi tersebut menjadi keinginan bersama.
Pikirkan dengan bijak bahwa saat anda berpuasa, memberikan sebagian harta anda akan diganjar dengan pahala yang berlipat. Namun, pikirkan kembali bahwa harta anda mesti menuju pada orang yang perlu dibantu. Harta anda mampu membahagiakan mereka yang "benar-benar" membutuhkan. Karena, sebagian harta anda, ada hak fakir miskin dan kaum dhuafa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H