Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pro dan Kontra "Pecingan", Salam Tempel Khas Brebes dalam Tradisi Lebaran

11 Juni 2018   04:12 Diperbarui: 11 Juni 2018   04:36 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu acara open house yang dilakukan  pejabat daerah (Sumber: Tribun Batam)

Hari Raya Idul Firi adalah hari raya kemenangan yang di dalamnya berbagi kebahagiaan. Berkumpul dengan keluarga saat hari raya adalah dambaan setiap orang meskipun ladang mencari rejeki jauh di kutub bumi sekalipun. Pulang kampung atau biasa disebut mudik merupakan fenomena menjelang hari raya Lebaran. Setiap orang mempunyai tujuan yang sama, bertemu orang tua atau sanak keluarga.

Dan, Hari Raya idul  Fitri menjadi ajang yang tepat untuk berbagai rejeki bagi keluarga dan saudara. Salah satu cara berbagi rejeki buat keluarga adalah dengan memberikan sejumlah uang yang lebih dikenal dengan nama "salam tempel". Sedangkan, salam tempel khas Brebes, kampung halaman saya lebih familiar dengan sebutan Pecingan.   

Pecingan bisa menjadi sarana untuk menunjukkan kesuksesan seseorang mencari rejeki di tanah seberang. Dengan pecingan, maka seseorang bisa dihargai di lingkungan keluarganya. Besaran pecingan ditentukan seberapa besar kesuksesan yang diraih oleh seseorang. Bahkan, pecingan juga dipengaruhi oleh kebiasaan yang beredar dalam suatu keluarga.

Pro Pecingan

Meskipun Pecingan sebagai aplikasi diri untuk saling berbagi, tetapi pada faktanya Pecingan juga menimbulkan pro dan kontra di masyarakat khususnya di Brebes Jawa Tengah. Masyarakat yang pro terhadap tradisi pecingan biasanya beranggapan bahwa memberi pecingan kepada orang lain khususnya saudara sebagai bukti untuk berbagai rejeki di hari raya layaknya etnis Tionghoa berbagi angpao kepada keluarga dan saudaranya.

Mereka beranggapan bahwa pecingan tidak dilakukan setiap hari.  Toh, hanya dilakukan setahun sekali di hari raya. Bahkan, dengan pecingan bisa merekatkan hubungan persaudaraan. Pecingan menjadi ajang untuk saling mengenal antar anggota keluarga. Bahkan, bagi anggota keluarga yang baru dalam lingkup keluarga besar.

Saat pecingan diberikan kepada orang lain maka biasanya akan muncul doa-doa atau harapan dari orang yang diberi. Ini menjadi pemantik semangat bagi anda yang hidup merantau dan jauh dari keluarga. Bahkan, pecingan bisa menjadi lahan untuk berbagi rejeki bagi orang lain atau anggota keluarga yang hidup dalam kondisi belum beruntung seperti anda.

Pecingan, melengkapi kegembiraan di Hari Raya Idul Fitri (Sumber: okezone)
Pecingan, melengkapi kegembiraan di Hari Raya Idul Fitri (Sumber: okezone)
Pecingan dalam tradisi masyarakat Brebes menjadi prioritas saat pulang ke kampung halaman. Apalagi, jika anda mendulang kesuksesan yang luar biasa di perantauan maka besaran pecingan membuat keluarga atau saudara tersenyum lebar. Ada anggapan masyarakat bahwa memberi lebih baik dari pada menerima. Itulah sebabnya, pecingan menjadi tradisi para perantau saat pulang kampung.      

Memberikan Pecingan menjadi sebuah kebanggaan para perantau saat hari raya. Mereka bisa menyisihkan sebagian hartanya layaknya menyisihkan kewajiban zakat. Itulah sebabnya, dana untuk pecingan sudah diatur sedemikian rupa dari besaran dan jumlah orang yang akan diberi. Jangan, kaget jika tempat penukaran uang seperti di Bank Indonesia atau jasa penukar uang di pinggir-pinggir jalan menjelang hari raya banyak diburu orang.

Para perantau menukar sejumlah uang hingga ratusan juta dengan tujuan untuk dijadikan sebagai pecingan. Senyum mereka selalu merekah tatkala bisa menukarkan uangnya dengan uang pecahan kecil. Di sisi lain, Bak cendawan di musim hujan, jasa penukar uang menjadi lahan yang subur untuk mendulang rejeki.

Konsumen yang menukarkan uang ke pecahan kecil pun beragam, dari orang biasa hingga orang yang bermobil mewah. Tujuan mereka hanya satu, bisa memberikan pecingan ke keluarga, saudara dan kerabatnya. Jika, uangnya berlebih dan yang pemberi pecingan adalah seorang pejabat daerah maka acara open house menjadi lahan untuk mengenalkan ke masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun