Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Drama Emosi dan Air Mata itu Bernama Mudik Lebaran

6 Juni 2018   23:56 Diperbarui: 7 Juni 2018   00:38 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung halaman, tujuan mudik Lebaran yang meluapkan emosi dan air mata (Sumber: dokumen pribadi)

Jatuh korban atau korban terinjak-injak saat berebutan tempat duduk sering anda lihat dalam acara mudik seperti di perjalanan kapal laut. Mereka juga harus bersabar menunggu sarana transportasi yang akan membawanya ke kampung halaman. Berbagai macam drama mudik Lebaran mempunyai satu muara: bertemu orang tua, saudara atau teman kecil mereka.

Mudik ke Ngawi

 Sudah lebih sewindu saya tinggal mencari penghidupan di Kota Denpasar Bali. Tujuan mudik ada dua tempat yaitu Kota Ngawi Jawa Timur dan Brebes Jawa Tengah. Kota Ngawi Jawa Timur adalah kampung halaman kedua saya yang tertera dalam kartu identitas (KTP). Kota kecil di mana saya mulai merenda kehidupan baru. Mulai membuat rumah kecil nan indah untuk kehidupan masa tua atau pensiun.

(Sumber: dokumen pribadi)
(Sumber: dokumen pribadi)
Kota Ngawi Jawa Timur, Kampung halaman kedua yang selalu membuat kangen untuk mudik Lebaran. Sedangkan, Brebes Jawa Tengah adalah kota kecil yang mulai berkembang karena dibangunnya jalur tol dari Jakarta hingga Surabaya. Kampung halaman pertama yang memberikan banyak kenangan sejak dilahirkan hingga menginjak remaja. Kampung halaman yang memberikan kebahagiaan masa kecil di mana teman-teman kecil mulai menimang cucu-cucu mereka.

Tahun ini, saya berniat mudik Lebaran dengan menggunakan sepeda motor ke Kota Ngawi Jawa Timur. Jarak lintasan sekali jalan yang akan ditempuh kurang lebih 700 km. Perjalanan panjang yang akan menguras tenaga, emosi, pikiran dan biaya. Sebuah jalur mudik yang dikenal ganas dengan para monster (truk kontainer dan bus malam raja jalanan) yang beringas di kala malam hari.

(Sumber: dokumen pribadi)
(Sumber: dokumen pribadi)
Si hitam masuk bengkel dulu untuk persiapan mudik Lebaran. Jalur mudik pun tentu akan melewati penyeberangan di pelabuhan Gilimanuk-Ketapang  yang benar-benar akan menguras emosi. Betapa tidak, jalur antrian masuk kapal penyeberangan pernah mengular hingga 8 km memenuhi jalur Hutan Bali Barat. Tidak bisa dibayangkan, mulai ngantri sore hari dan masuk kapal paling cepat menjelang pagi. Jika, jalur yang dilewati banyak kendala seperti kondisi gelombang laut yang ekstrem maka masuk kapal akan dimulai keesokan harinya.

Saya terbiasa pulang mudik Lebaran berangkat dari Kota Denpasar sore hari maka sampai di Pelabuhan Gilimanuk menjelang isya. Jika mudik Lebaran kurang lebih 10 hari menjelang Hari-H maka berpeluang besar bisa terhindar dari anrian yang krodit untuk masuk kapal. Tetapi, jika mudik Lebaran kurang lebih H-3 Lebaran antrian panjang masuk kapal harus diterima dengan senyuman kecut.

Sehabis melewati kurang lebih 1 jam di kapal penyeberangan, maka perjalanan akan menemui babak baru. Jalur Banyuwangi hingga Surabaya rerata membutuhkan waktu 7-9 jam tanpa istirahat tidur. Dengan kata lain, jika anda istirahat normal untuk melepaskan penat selama perjalanan 15-30 menit lamanya.

Permasalahan akan timbul jika rasa kantuk mendera. Jika tidur maka waktu yang dibutuhkan bisa "ngaret" beberapa jam. Tetapi, jika dipaksakan maka sangat berbahaya dalam perjalanan. Untuk relaksasi tubuh, anda bisa menyempatkan diri untuk mampir sebentar di tempat wisata yang berada pada jalur wisata tersebut. Banyak spot wisata yang bisa anda sambangi.

Berkunjung ke tempat wisata Miniatur Kabah  yang terletak di Dringu Kabupaten Probolinggo (Sumber: dokumen pribadi)
Berkunjung ke tempat wisata Miniatur Kabah  yang terletak di Dringu Kabupaten Probolinggo (Sumber: dokumen pribadi)
Jalur mudik yang membutuhkan  perhatian khusus bagi pengendara justru berada pada jalur Surabaya - Ngawi. Jalur ini terkenal "kejam" karena dikuasai bukan hanya para monster tetapi bus Jawa Timuran yang terkenal ugal-ugalan seperti Eka, Mira, Sumber Rahayu, Sumber Selamat, Akas, Restu dan lain-lain.

Apalagi, bus seperti Mira, Sumber Rahayu dan Sumber Selamat sudah dikenal masyarakat Jawa Timur sebagai "malaikat pencabut nyawa". Jika, sang raja jalanan lewat maka anda lebih baik mengalah. Bis-bis tersebut dengan sesuka hati menyerobot jalur lain. Kebut-kebutan sudah menjadi makanan sehari-hari karena harus berebut setoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun