Bahkan saya pernah mengalami untuk mencari ikan ke sungai yang jaraknya lebih ke timur dari kampung. Jaraknya kurang lebih 5 km. Saya dan teman-teman bukan hanya mencari ikan tetapi mencari kerang sungai yang dikenal dengan nama "Cecelewek". Saya harus pulang ke rumah menjelang Maghrib.
Sebenarnya orang tua mau memarahi saya, tetapi karena bawaan saya berupa ikan dan cecelewek hampir satu kantong kresek maka saya menerima pujian dari orang tua. "Dih, bocah ka pinter nemen ya ari luruh iwak" (Wah, anak kok pinter banget ya kalau mencari ikan). Â
Saya tidak menyalahkan orang tua karena waktu kecil tentang mitos siluman sungai, genderuwo, wewe gombel (kalong wewe) dan kuntilanak masih sangat kuat dalam masyarakat. Orang tua mengkhawatirkan jika ada hal-hal yang tidak diinginkan berhubungan dengan makhluk astral tersebut. Dan, sudah banyak kejadian yang "dipercaya" berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut. Wallahu a'lam bissawab.
Â
Asam "Mladaki"
Sungai di timur kampung saya membelah dari selatan ke utara. Dan, di sebelah barat sungai tersebut terdapat pemakaman atau kuburan desa yang luasnya kurang lebih 2 hektar. Dan, di seberang pemakaman tersebut (timur sungai) terdapat pesarean atau lebih dikenal sebagai tempat semedi atau menenangkan diri.
Di bagian utara pesarean seluas kurang lebih 2.500m2 terdapat dua makam. Saya sendiri tidak mengenal nama makam tersebut. Namun, menurut orang-orang desa bahwa makam tersebut adalah makam keramat. Namun, bagi saya dan teman-teman, tempat ini tidak memberikan aura seram atau angker saat siang hari. Kalau malam justru memberikan kesan angker yang luar biasa.
Uniknya, pesarean tersebut justru menjadi tempat hangout atau bermain bagi anak-anak desa. Saya sering belajar untuk persiapan Lomba Cerdas Cermat SD tentang P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) di sini. Kebertulan, saya adalah wakil SD hingga Lomba Cerdas Cermat P4 dan GBHN tingkat Kecamatan. Karena, saya sering main di pesarean maka sering buat guyonan bahwa tim Cerdas Cermat kami sebagai "Anak Pesarean".
Di pesarean yang luas ini juga, saya sering menghabiskan waktu sore hari untuk latihan senam lantai. Waktu kecil, kelihaian jungkir balik ala pesenam lantai di ajang Olimpiade menjadi sebuah prestige.  Karena, tidak ada sasana untuk belajar senam lantai dan tidak ada guru private yang mau mengajari. Maka, belajar senam lantai beralaskan tanah pesarean menjadi  proses pembelajaran senam lantai secara otodidak.
Di bagian tenggara dan barat  pesarean terdapat pohon asam besar yang dikenal sebagai pohon asam yang berbuah besaar-besar. Ketika musim buah tiba, maka pemandangan buah asam akan menjadi hal yang menakjubkan. Saat orang tua tidak ada panenan padi milik orang lain maka saya dan teman-teman sering mengadu nyali untuk mendapatkan asam setengah matang yang dikenal dengan nama "asam mladaki".
Asam ini bukanlah asam matang yang tampak kecoklatan, tetapi asam yang tampak kuning layu. Cara ntuk mengetahui bahwa asam tersebut asam "mladaki" adalah dengan menggoreskan kuku pada kulit asam. Jika, kulit asam berwarna coklat tua maka asam siap-siap dieksekusi. Sebagai informasi bahwa pohon asam tersebut bisa dipanen oleh siapa saja, Jadi, tidak ada larangan dari siapapun termasuk juru kunci makam.