Indonesia Creative Cities Network (ICCN)Â merupakan organisasi tingkat nasional yang bertindak untuk menumbuhkan ekonomi kreatif di Indonesia. Bukan itu saja, ICCN juga berkontribusi untuk menciptakan kota-kota kreatif di Indonesia. Demi "dikenal" masyarakat luas dan mencetak kepemimpinan baru maka ICCN sudah keempat kalinya mengadakan kongres dan konferensi di kota-kota Indonesia yaitu Bandung, Malang, Solo dan Makassar. Kota Makassar merupakan momen penting di mana Kota Denpasar untuk pertama kalinya mengikuti kongres dan konferensi tersebut.
Sebagai anggota baru dalam ICCN, Kota Denpasar juga mempunyai visi dan misi sebagai kota kreartif yang mampu mengembangkan beberapa sektor dari 16 sub sektor  ekonomi kreatif yaitu: film, aplikasi dan game dan music. Dan, untuk meningkatkan perkembangan sektor-sektor tersebut maka Walikota Denpasar juga langsung membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Denpasar yang menangani langsung tentang "empowerment" ekonomi kreatif. Dan, terbentuknya ekonomi kreatif ini mampu mendongkrak ekonomi di tingkat lokal. Ini merupakan tatanan ekonomi baru di mana peran penting para pelaku ekonomi kreatif tidak dipandang sebelah mata.
Selanjutnya, Bekraf Denpasar mengirimkan beberapa pelaku ekonomi kreatif yang berasal dari beberapa komunitas yang ada seperti komunitas musik teater (Kini Berseri), Komunitas rumah kreatif (Rumah Sanur) dan Komunitas penulis atau Blogger (Bali Blogger Community). Pengiriman delegasi tersebut  bertujuan untuk memberikan wawasan tentang ekonomi kreatif di Tingkat nasional. Delegasi juga mendapatkan banyak ilmu yang berhubungan dengan ekonomi kreatif. Bukan itu saja, Kota Denpasar benar-benar serius ingin tampil menjadi pemain dalam perkembangan ekonomi kreatif tanah air.
Peran Besar Kota Kreatif
Indonesia Creative Cities Network (ICCN) keempat diselenggarakan di Hotel Gammara Makassar dari tanggal 8-10 September 2017. Kebetulan sekali, acara tersebut berbarengan dengan acara spektakuler tingkat internasional, Makassar International Eight Festival and Forum 2017yang menampilkan berbagai atraksi-atraksi yang berhubungan erat dengan 16 subsektor ekonomi kreatif.Â
Banyak acara menarik yang dihelat dalam ajang kongres dan konferensi  Indonesia Creative Cities Network (ICCN) tersebut di antaranya: kongres pemilihan kepemimpinan ICCN untuk 2017-2019, konferensi ICCN yang membahas tentang isu-isu terkini tentang ekonomi kreatif tanah air, bedah buku putih ekonomi kreatif dan paparan penting tentang sepak terjang kota-kota kreatif yang telah melakukan MoU dengan ICCN dan lain-lain.
Narasumber-narasumber yang hadir pun merupakan orang-orang penting yang berkontribusi dalam dunia ekonomi kreatif di Indonesia. Tambah lagi, paparan dari 6 Deputi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang memberikan tentang gambaran utuh kinerja Bekraf dalam membantu menciptakan ekonomi kreatif di Indonesia.Â
Dan, ini merupakan oase bagi para pelaku ekonomi kreatif Indonesia yang serius untuk meningkatkan daya saing ekonomi kreatif. Karena, dalam paparan-paparan tersebut memberikan pencerahan tentang berbagai program dan regulasi pemerintah dan bisa membantu pelaku ekonomi kreatif untuk lebih meningkatkan kontribusinya. Seperti, pelayanan dan bantuan Bekraf untuk Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bagi pelaku ekonomi kreatif. Dan, masih banyak hal penting yang dipaparkan 6 Deputi Bekraf tersebut.
Salah satu dari paparan menarik dari Deputi Bekraf yaitu Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Bapak Boy Berawi menegaskan bahwa subsektor unggulan dari pilihan Kabupaten/Kota di Indonesia memberikan gambaran sebagai berikut:
Dari arti kata "kreatif" itu sendiri yang hingga kini memberikan makna "ambigu" dan banyak persepsi hingga bermuara pada model implementasi Kabupaten/Kota kreatif. Oleh sebab itu, ICCN menggelar bedah buku kota kreatif dan sesi diskusi serta tanya jawab tentang seputar perkembangan kota kreatif di Indonesia.
- Start Up (Komitmen); tindakan awal dari setiap pemangku kepentingan yang hendak mengembangkan Kabupaten/Kota kreatif  adalah membuat komitmen yang akan menjadi panduan bagi semangat pergerakan. Komitmen akan terjaga dengan mengikuti panduan  yang diperinci menjadi:
- Pemetaan potensi keunggulan Kabupaten/kota yang meliputi potensi ekonomi pertanian, industry dan manufaktur , perdagangan dan informasi, dan ekonomi kreatif yang mengacu kepada 16 subsektor yang telah dirumuskan oleh Bekraf;
- Pembentukan platform Quadruple Helix; dan
- Penerapan 10 prinsip Kabupaten/Kota kreatif sebagai tolok ukur atau indicator keberhasilan dalam penyelenggaraan pembangunan Kabupaten/Kota.
- Excellence (Implementasi), potensi Kabupaten/Kota yang telah teridentifikasi melalui serangkaian pemetaan kemudian diimplementasikan  oleh sebuah tim ad hoc, yang atas unsur-unsur Quadruple-helix;
- Champion (Motor Penggerak kawasan atau Kabupaten/Kota Sekitar). Sebuah Kabupaten/kota layak mendapat predikat  sebagai Kabupaten/kota kreatif  ketika berhasil menjalankan rencana aksi dan program-programnya  sesuai dengan beberapa indikator keberhasilan  yang telah ditentukan Kabupaten/kota kreatif mampu menjalankan peran sebagai motor kreatif untuk membangun Kabupaten/Kota dan bertindak sebagai episentrum kreatif yang dapat menginspirasi Kabupaten/Kota kreatif yang lain di kawasan sekitarnya yang berada dalam satu provinsi.
Komunitas Kreatif
 Beberapa komunitas yang berasal 18 (delapan belas) Kabupaten/kota kreatif  memberikan paparan dan pandangan tentang kontribusi atau visi dan misi yang telah dilakukan di kotanya. Banyak ilmu menarik yang bisa diperoleh dari paparan tersebut seperti perjuangan Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah dalam berjuang seni batik dapat diakui UNESCO,Â
semangat yang kuat Kota Surabaya untuk menjadi Kota Gastronomi dunia,kiat-kiat menarik Kota Bandung menjadi kota kreatif di Indonesia dan lain-lain.Ini menjadi lecutan dan energi Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia untuk menjadi kota kreatif baik tingkat nasional maupun internasional. Sebagai informasi, Kota Ambon sedang berjuang untuk menjadi kota kreatif sebagai Kota Musik Dunia.    Â
Kehadiran komunitas-komunitas yang ada di Kota Denpasar memberikan kontribusi besar tumbuhnya lading-ladang ekonomi kreatif. Terpenting dalam paparan tersebut adalah dukungan besar dari Walkota Denpasar Ida Bagus Darmawijaya Mantra terhadap tumbuhnya komunitas-komunitas kreatif. Dukungan tersebut sebagai penambah energi bagi komunitas-komunitas kreatif dan mampu memberikan peran besar terhadap "sustainable" Denpasar sebagai Kota Kreatif baik tingkat nasional maupun internasional.
Berbagi Ilmu
Peserta ICCN juga bisa berbagi, menimba ilmu dan berkenalan secara langsung dengan berbagai komunitas-komunitas kreatif dari kota-kota kreatif yang hadir. Â Ini merupakan ajang saling tukar informasi dan memperkuat relasi komunitas agar menjadi sinergi yang kuat untuk meningkatkan nilai kota kreatif di daerahnya masing-masing.Â
Setiap booth atau stand pameran yang ada di kawasan kongres ICCN juga memberikan masukan ilmu untuk peserta ICCN dalam membangun hubungan pertemanan atau hubungan bisnis selanjutnya. Produk-produk yang dipamerkan 100 persen merupakan produk-produk  kreatif,  dari produk yang berhubungan dengan musik hingga animasi. Hadirnya produk-produk tersebut bisa menjadi pemantik bagi komunitas kreatif kota lainnya untuk berkarya dalam melakukan inovasi produk di daerahnya.Â
Oleh sebab itu, tagline yang diangkat dalam kongres dan konferensi ICCN di Makassar adalah "Sinergi Kota Kreatif", di mana perlu adanya sinergi semua elemen atau quadruple helix secara bottom up. Sinergi ini dimaksudkan untuk menyatukan pandangan penciptaan kota kreatif di Indonesia. Bukan itu saja, tujuan besar untuk menjadi kota kreatif dunia juga perlu membutuhkan quadruple helix di tingkat nasional. Â
Apalagi, kota kreatif yang hadir bukan hanya menjadi inspirasi bagi penciptaan kota kreatif lainnya di tingkat Provinsi. Tetapi, tujuan besar kota kreatif tersebut adalah menjadikan kota kreatif yang menghasilkan karya-karya atau inovasi yang bisa diakui UNESCO. Sinergi lintas kota kreatif juga dibutuhkan untuk memberikan masukan atau pandangan secara spesifik tentang fokus kota kreatif dalam mengembangkan subsektor yang menjadi sektor unggulan. Kondisi tersebut menimbulkan sebuah jaringan (network) antar kota kreatif untuk berbagi ilmu agar tumbuh bersama menjadi kota kreatif yang "sustainable". Â Â
Selanjutnya, acara ICCN yang paling dinantikan adalah pemilihan ketua ICCN untuk periode 2017-2019.  Berbagai pandangan tentang kepemimpinan ICCN di masa depan juga dibahas dalam kongres pemilihan pengurus ICCN baru tersebut. Untuk memperkuat pandangan tentang calon ketua ICCN maka 10 prisnsip kota kreatif  dan syarat-sayarat atau mekanisme pemilihan pengurus ICCN dibahas kembali dengan menampilkan kembali regulasi yang ada dalam AD/ART.Â
Dalam AD/ART menyatakan bahwa  calon ketua ICCN baru adalah sosok yang berasal dari perwakilan kota kreatif yang telah mengikuti sekurang-kurangnya 2 kali kongres ICCN. Oleh sebab itu, Kota Denpasar yang mengajukan calon ketua ICCN  secara hukum tidak bisa ikut ambil bagian dalam perebutan ketua ICCN untuk periode mendatang. Sejatinya, ada 3 kota kreatif yang mengajukan calon ketua umum ICCN adalah Kota Bandung, Yogyakarta dan Kota Denpasar. Perwakilan dari Yogyakarta M. Arief Budiman secara "legowo" menyerahkan sepenuhnya kepada Kang Vicky (perwakilan) untuk menjadi Ketua ICCN baru yang dipilih secara aklamasi dan kekeluargaan. Selanjutnya, M. Arief Budiman sendiri didapuk sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen) ICCN.Â
Acara di Kongres ICCN Makassar yang tidak kalah seru adalah penentuan tuan rumah kongres dan konferensi  tahun 2019 mendatang. Ada tiga kota kreatif yang berani mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah kongres dan konferensi ICCN tahun 2019 nanti, yaitu: Kota Bandung, Yogyakarta dan Kota Denpasar.
 Setiap kota kreatif yang mengajukan diri memberikan presentasinya untuk meyakinkan kota-kota kreatif lainnya. Dan, hasil akhir menentukan bahwa Yogyakarta menjadi tuan rumah kongres dan konferensi ICCN selanjutnya. Ada hal penting yang perlu digarisbawahi  agar bisa menjadi tuan rumah ajang spektakuler tersebut adalah dukungan besar dari sang kepala daerah (Bupati/Walikota) dan kesiapan secara fisik dan material dari kota kreatif agar memberikan kesan yang mendalam bagi peserta ICCN. Namun, yang terpenting adalah tumbuhnya sinergi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan komunitas kreatif demi kontinuitas kota kreatif.
Kota Denpasar sebagai peserta kongres dan konferensi ICCN baru mendapatkan wawasan penting tentang cara mengelola dan mempertahankan komunitas dari kota-kota kreatif lainnya di Indonesia. Bisa berdialog dan berbagi informasi langsung dengan pelaku ekonomi kreatif lainnya di Indonesia merupakan pelajaran penting bagi delegasi Kota Denpasar  yang digawangi oleh Bekraf Denpasar untuk membuat komunitas kreatif menjadi lebih hidup.Â
Lanjut, komunitas tersebut bisa memberikan terobosan jitu atau memberikan inspiratif bagi komunitas kreatif lainnya. Apalagi, Walikota Denpasar sangat mendukung bahkan sebagai inisiator terbentuknya Bekraf Denpasar sebagai wadah, pendorong dan "develop" terbentuknya komunitas-komunitas kreatif lainnya di Kota Denpasar. Â Ya, Kota Denpasar memang sebagai pemain baru dalam konteks ICCN tetapi bersikeras untuk menyatukan langkah "step by step" menjadi kota kreatif tingkat nasional maupun internasional. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Bekraf Denpasar sesaat setelah acara "Community Gathering bersama OPD Kota Denpasar" di Kota Denpasar bulan Agustus 2017 lalu. Â Â
Kota Denpasar sebagai Kota yang Berwawasan Budaya yang Unggul menjadi modal besar untuk menjadi kota kreatif yang bisa melampaui Kota Bandung. Apalagi, ilmu yang diperoleh para delegasi Kongres dan Konferensi ICCN Makassar bisa menjadi amunisi untuk berkontribusi lebih dalam menyatukan sinergi menjadi kota kreatif yang menjadi inspirator kota-kota lainnya di pulau Bali dan nasional. Â Sampai jumpa di ajang ICCN mendatang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H