(Sumber: dokumen pribadi)
Saya memahami betul bahwa satu kalimat bisa bernada negatif bagi orang yang membacanya. Itulah cara saya untuk membina kerukunan umat beragama dengan orang lain yang berbeda agama dalam media sosial. Karena, berbicara masalah agama merupakan masalah yang paling sensitif di mana setiap penganut agama fanatik apa yang dipercayainya.
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk membina kerukunan umat beragama di media sosial, di antaranya:
- Jangan memposting status tentang hal-hal menyangkut agama orang lain yang bernada negatif, seperti meme, gambar dan lain-lain.
- Berpikir jernih dalam menyikapi sebuah status media sosial yang bernada negatif tentang agama kita. Telusuri dahulu kebenarannya.
- Kerukunan umat beragama jangan dipakai sebagai alat politik.
- Jangan memprovokasi keadaan yang belum tentu kebenarannya dalam media sosial dengan membuat komentar-komentar negatif.
- Kita memahami bahwa agama adalah hak yang paling pribadi dan hakiki. Oleh sebab itu, tak seorang pun berhak untuk menilai atau menghakimi agama orang lain di media sosial.
- Berpegang teguh pada Tri Kerukunan Umat beragama.
- Jauhkan diri dari media sosial jika hati kita sedang kesal, terutama masalah agama orang lain.
Jadi, membina kerukunan antar umat beragama di era media sosial sebenarnya mudah. Kemajuan teknologi informasi (TI) dalam media sosial hendaknya kita gunakan sebagai ajang menjalin komunikasi dalam dunia maya dan diterapkan dalam dunia nyata.
Berpikirlah jernih dan bijak ketika kita hendak membuat sebuah status di media social yang berbau SARA, khususnya agama. Apakah informasi yang kita bagikan akan membuat orang lain menjadi bahagia atau menjadi luka yang menyebabkan pertikaian. Ingat, status yang telah kita bagikan tidak bisa kita hapus begitu saja, karena dalam beberapa detik telah menyebar ke belahan dunia sekalipun.
Pertaruhan nyawa dalam membina kerukunan umat beragama di era media sosial terletak pada sentuhan jemari kita. Dunia media sosial telah membantu manusia untuk melakukan hubungan sosial dengan siapapun. Tetapi, media sosial jangan sampai menjadi sisi tajam pisau bagi kerukunan umat beragama.
Media sosial hendaknya menjadi oase penyejuk dan penghilang dahaga ketika antar umat bergama harus saling membantu. Karena, kita adalah makhluk sosial yang berhak hidup dengan bantuan orang lain, termasuk dengan orang yang berbeda agama dengan kita.
Sudahilah rasa paling benar tentang agama kita dibandingkan dengan agama orang lain. Karena, setiap penganut agama dalam keyakinannya pasti merasakan hal tersebut. Tetapi, perasaan tersebut bukanlah cara untuk mencabik-cabik keyakinan orang lain. Agama adalah keyakinan yang paling dalam dalam diri manusia yang berhubungan langsung dengan Tuhannya.
Kehadiran media sosial justru menjadi sarana yang terbaik untuk mempererat dan meningkatkan kehangatan hubungan dengan orang lain yang berbeda agama meskipun terletak nun jauh di sana. Era media sosial memang bagai pisau bermata dua, bisa membuat orang lain tersenyum manis dan membuat sakit tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Karena, dalam media sosial ada pepatah yang tidak pernah hilang, “Jemarimu adalah Harimaumu”.
Kunjungi akun media sosial saya: