Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pelangi dalam Kerukunan Umat Beragama

14 September 2016   09:16 Diperbarui: 14 September 2016   09:37 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah sebabnya, dalam era media sosial sekarang ini setiap penganut agama wajib mengedepankan perlunya cakap bermedia sosial. Antar penganut agama perlu memahami bahwa dunia maya yang ada dalam media sosial sejatinya tidak ada jarak dengan dunia nyata yang sesungguhnya. Ketika sebuah status yang kita buat di media sosial sebenarnya kita sedang memberikan informasi di depan jutaan penikmat  media sosial baik di Indonesia maupun dunia.

Sebagai informasi bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2015 sekitar 255,5 juta jiwa. Kemajuan teknologi internet menyebabkan sekitar 88,1 juta jiwa penduduk Indonesia menjadi pengguna aktif dunia internet. Penduduk yang aktif dalam media sosial (medsos) sebanyak 79 juta jiwa. Dari jumlah 79 juta jiwa tersebut, terdapat 67 juta jiwa penduduk Indonesia yang aktif dalam media social dari perangkat gadget (selular). Sedangkan koneksi melalui perangkat gadget terdiri dari 318,5 juta jiwa. Hal ini menandakan bahwa banyak penduduk Indonesia yang mempunyai lebih dari 1 alat komunikasi.

media-sosial-3-57d8b27cda93739440997f0b.jpg
media-sosial-3-57d8b27cda93739440997f0b.jpg
Kondisi dunia digital Indonesia tahun 2015 (Sumber: Kominfo, 2016)

Pengguna media sosial di atas tentunya terdiri dari jutaan pengguna aktif yang berbeda agama. Oleh sebab itu, ranah media sosial hendaknya menjadi ajang silaturahmi dan mengedepankan Tri Kerukunan Umat Beragama (Kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat seagama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah).

Perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dipenuhi dengan penduduk yang tergila-gila dengan media sosial. Ini merupakan kenyataan yang harus dimanfaatkan sebagai sarana untuk merekatkan kerukunan umat beragama melalui media sosial. Apalagi, aktivitas warga Indonesia di media sosial mencapai 79,72 persen, tertinggi di Asia (Global Web Index Survey, 2015).

Pelangi Indah dalam Media Sosial

Kita tidak mau terjadi pertikaian antar agama seperti yang terjadi di negeri lain seperti Myanmar. Di mana, pertikaian antara penganut agama Islam dan penganut agama Budha terjadi di era media sosial sekarang ini. Pelangi indah itu sepertinya tertutup oleh petir yang menggelegar.

Kehidupan umat beragama di Indonesia pun mengalami pasang surut. Bagai riak gelombang, pertikaian antar umat beragama pernah menghantam kerukunan umat beragama kita. Bahkan, kejadian tersebut sebagai ajang provokasi di media social dalam bentuk meme atau gambar yang telah dimodifikasi (photosop) oleh orang atau pihak yang tidak bertanggung jawab. Pihak-pihak yang selalu menginginkan agar kerukunan umat beragama selalu saja terjadi. Bukan hanya itu, komentar-komentar pengguna media sosial yang bernada negatif dan memprovokasi menambah kisruh antar penganut agama.  

Makanya, ada beberapa hal yang perlu kita pahami bahwa ketika kita ingin membagikan sebuah informasi di media sosial. Hal mutlak yang perlu kita cek and ricek adalah apakah informasi benar-benar resmi, informasi berasal dari sumber yang mempunyai rekam jejak baik dan berpikir matang bahwa informasi yang kita bagikan dapat memberikan pencerahan dan mempererat silaturahmi. Selanjutnya, informasi yang kita bagikan juga bisa bermanfaat bagi orang lain dalam dunia nyata. 

Berbicara masalah media sosial, saya selalu teringat pada pakarnya media sosial yang juga seorang Kompasianer Bapak Rulli Nasrullah yang biasa dipanggil Kang Arul. Beliau menyatakan bahwa dunia media sosial memang bisa menimbulkan sisi kelam. Namun, dengan adanya media sosial justru mampu memberikan manfaat besar sebagai ajang komunikasi.

Saya pribadi mempunyai ratusan teman dalam akun media sosial  yang berbeda agama. Tetapi, kalau berbicara masalah SARA, khususnya agama perlu dilandasi dengan perasaan toleransi beragama. Saya tidak berani untuk memberikan komentar dalam status bernada agama yang muncul di akun media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun