Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jembatan Tukad Bangkung, Hidupkan Potensi Agrobisnis di Bali

7 Agustus 2016   20:25 Diperbarui: 8 Agustus 2016   09:34 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem Caisson dan Secant Pile (Sumber: uptodateproperty)

Jembatan tersebut telah menggantikan jalur wisata lama yang menghubungkan ruas jalan Denpasar, Sangeh, Petang, dan Kintamani-Bangli yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad Bangkung.

Sebagai informasi bahwa jalur lama kondisinya kurang bagus dan memiliki kemiringan hingga 40 derajat alias sangat terjal sehingga sulit dilalui oleh kendaraan besar seperti truk atau bus wisata. Oleh karena itu, pembangunan Jembatan Tukad Bangkung memangkas jarak tempuh di jalur lama sepanjang 6 kilometer. Namun, sekarang hanya memerlukan jarak tempuh tidak sampai 0,5 km.

Jembatan Tukad Bangkung dibangun tidak ada atap di bagian atasnya. Hal ini bertujuan agar keindahan alam yang ada di sekelilingnya bisa terlihat dengan jelas. Konstruksi jembatan Tukad Bangkung diperkirakan tahan terhadap gempa hingga 7 skala Richter.

Pemandangan jembatan Tukad Bangkung samping kanan bawah dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)
Pemandangan jembatan Tukad Bangkung samping kanan bawah dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)
Jembatan Tukad Bangkung dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)
Jembatan Tukad Bangkung dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)
Teknologi Balanced Cantilever

Perlu diketahui bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan dalam pembangunan jembatan Tukad Bangkung merupakan inovasi infrastruktur yang menggunakan teknologi tinggi.

Apa sebab? Pembangunan jembatan tersebut menggunakan metode kontruksi Balanced Cantilever. Metode konstruksi balanced cantilever merupakan metode pembangunan jembatan yang memanfaatkan efek kantilever seimbangnya maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat sendirinya tanpa bantuan sokongan lain (perancah/scafolding). Metode kontruksi ini dilakukan dari atas struktur sehingga tidak mengganggu aktivitas di bawah jembatan.

Karena medan proyek yang permukaannya berbeda-beda, maka metode kontruksi Balanced Cantilever dikembangkan dengan maksud untuk meminimalkan acuan perancah atau scaffolding yang diperlukan untuk pelaksaaan pengecoran secara cast in-situ. Teknologi Balanced cantilever dapat dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau secara segmen pracetak (precast segmental). 

Jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.

Pada pembangunan jembatan Tukad Bangkung menggunakan Jembatan balok box (box girder) yang struktur atas jembatan terdiri dari balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga dan biasanya terdiri dari elemen beton pratekan, baja structural, atau komposit baja dan beton bertulang. Sedangkan, box girder yang ada di jembatan Tukad Bangkung menerapkan Box Girder bervariasi yang makin ke tengah makin kecil.  

Dengan menggunakan teknologi Balanced Cantilever, maka Jembatan Tukad Bangkung bisa bertahan hingga 100 tahun. Teknologi tinggi lainnya dalam pembangunan jembatan Tukad Bangkung adalah adanya penggunaan 2 unit Travellar yang langsung didatangkan dari Perancis yang harganya masing-masing kurang lebih 3 milyar rupiah.

Travellar digunakan sebagai framework berjalan (mesin cetakan berjalan) yang bisa dioperasikan pada ketinggian 70 meter. Sedangkan, pembuatan pondasi jembatan menggunakan sistem Caisson dan Secant Pile dengan kedalaman 41 meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun