Penerapan Teknologi Balanced Cantilever Jembatan Tukad Bangkung Bali Mengembangkan Potensi Agrobisnis Badung Utara
Beberapa bulan yang lalu setelah menghadiri acara Kompasiana Nangkring di Surabaya, saya bersama orang-orang Kompasiana Mas Iskandar Zulkarnain, Raja Mohammad dan Dery Fadilah, serta tidak ketinggalan Kompasianer Surabaya Mas Arif Khunaifi mengajak kita untuk menyeberang Pulau Madura.
Tentunya, perjalanan kami melewati jalan tol Suramadu yang prestigius itu. Selama menyeberang, batin saya terkagum-kagum dengan desain jembatan tersebut. Kami pun menyempatkan diri berfoto-foto untuk mengabadikan keindahan jembatan Suramadu tersebut.
Saya memahami bahwa infrastruktur jembatan Suramadu sangat bermanfaat karena mampu memangkas waktu tempuh dari Surabaya ke Madura dan sebaliknya. Bukan hanya itu saja, potensi Madura pun jadi berkembang karena efek transportasi yang memudahkan pergerakan masyarakat. Taraf perekonomian pun lambat laun meningkat karena pengiriman logistik dari Surabaya ke Madura bisa bergerak cepat.
Melihat fenomena jembatan Suramadu, saya pun jadi teringat bagaimana perkembangan infrastruktur jalan raya di pulau Bali mampu mempercepat waktu tempuh. Jika kita menjelajah pulau Bali melalui jalur darat dari Gilimanuk ke Denpasar, maka kta akan melewati beberapa jalan layang baru yang tidak berbayar. Beberapa tahun yang lalu jalan layang tersebut tidak ada, dan waktu tempuh alat transportasi seperti truk dan bus bisa memakan waktu lebih lama.
Ditambah lagi medan yang penuh dengan kelokan tajam bisa menyebabkan kecelakaan sewaktu-waktu. Namun, sekarang perjalanan lebih cepat karena jalan yang berkelok-kelok telah dibuatkan jalan baru dengan waktu tempuh yang lebih cepat. Tetntunya, pembangunan jalan tersebut membutuhkan inovasi teknologi tinggi.
****
Dari beberapa jalan layang yang tidak berbayar di Bali, saya justru terpesona dengan adanya inovasi infraastruktur pembangunan jembatan Tukad Bangkung yang berada di Desa Plaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung Bali. Jembatan fenomenal yang telah diresmikan pada saat pemerintahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 April 2007 merupakan jembatan terpanjang di Bali dengan panjang 360 meter dan tertinggi di Asia dengan tinggi 71,14 meter. Sedangkan, lebar jembatan tersebut sebesar 9,6 meter.
![Rancangan jembatan Tukad Bangkung (Sumber: uptodateproperty)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-rancangan-57a735b9109373d5714b71d9.jpg?t=o&v=770)
Dana yang digelontorkan untuk pembangunan jembatan tersebut pun tak tanggung-tanggung sebesar Rp 49 miliar yang berasal dari APBD Provinsi Bali dengan sistem multiyears sejak tahun 2001 lalu.
Seperti jembatan Suramadu, yang menarik dari pembangunan jembatan Tukad Bangkung adalah memangkas waktu tempuh. Jembatan Tukad Bangkung terbentang antara 2 desa yaitu Desa Plaga dan Belok Sidan.
Jembatan tersebut telah menggantikan jalur wisata lama yang menghubungkan ruas jalan Denpasar, Sangeh, Petang, dan Kintamani-Bangli yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad Bangkung.
Sebagai informasi bahwa jalur lama kondisinya kurang bagus dan memiliki kemiringan hingga 40 derajat alias sangat terjal sehingga sulit dilalui oleh kendaraan besar seperti truk atau bus wisata. Oleh karena itu, pembangunan Jembatan Tukad Bangkung memangkas jarak tempuh di jalur lama sepanjang 6 kilometer. Namun, sekarang hanya memerlukan jarak tempuh tidak sampai 0,5 km.
Jembatan Tukad Bangkung dibangun tidak ada atap di bagian atasnya. Hal ini bertujuan agar keindahan alam yang ada di sekelilingnya bisa terlihat dengan jelas. Konstruksi jembatan Tukad Bangkung diperkirakan tahan terhadap gempa hingga 7 skala Richter.
![Pemandangan jembatan Tukad Bangkung samping kanan bawah dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-samping-kanan-bawah-57a735d9f392733b1b8d5694.jpg?t=o&v=770)
![Jembatan Tukad Bangkung dari arah Plaga (Sumber: dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-dari-arah-plaga-57a735ebae7e612166bd016c.jpg?t=o&v=770)
Perlu diketahui bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan dalam pembangunan jembatan Tukad Bangkung merupakan inovasi infrastruktur yang menggunakan teknologi tinggi.
Apa sebab? Pembangunan jembatan tersebut menggunakan metode kontruksi Balanced Cantilever. Metode konstruksi balanced cantilever merupakan metode pembangunan jembatan yang memanfaatkan efek kantilever seimbangnya maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat sendirinya tanpa bantuan sokongan lain (perancah/scafolding). Metode kontruksi ini dilakukan dari atas struktur sehingga tidak mengganggu aktivitas di bawah jembatan.
Karena medan proyek yang permukaannya berbeda-beda, maka metode kontruksi Balanced Cantilever dikembangkan dengan maksud untuk meminimalkan acuan perancah atau scaffolding yang diperlukan untuk pelaksaaan pengecoran secara cast in-situ. Teknologi Balanced cantilever dapat dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau secara segmen pracetak (precast segmental).
Jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.
Pada pembangunan jembatan Tukad Bangkung menggunakan Jembatan balok box (box girder) yang struktur atas jembatan terdiri dari balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga dan biasanya terdiri dari elemen beton pratekan, baja structural, atau komposit baja dan beton bertulang. Sedangkan, box girder yang ada di jembatan Tukad Bangkung menerapkan Box Girder bervariasi yang makin ke tengah makin kecil.
Dengan menggunakan teknologi Balanced Cantilever, maka Jembatan Tukad Bangkung bisa bertahan hingga 100 tahun. Teknologi tinggi lainnya dalam pembangunan jembatan Tukad Bangkung adalah adanya penggunaan 2 unit Travellar yang langsung didatangkan dari Perancis yang harganya masing-masing kurang lebih 3 milyar rupiah.
Travellar digunakan sebagai framework berjalan (mesin cetakan berjalan) yang bisa dioperasikan pada ketinggian 70 meter. Sedangkan, pembuatan pondasi jembatan menggunakan sistem Caisson dan Secant Pile dengan kedalaman 41 meter.
![Sistem Caisson dan Secant Pile (Sumber: uptodateproperty)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-coissan-dan-secant-pile-57a7360ce122bd5f1ab4a41b.jpg?t=o&v=770)
- Abutmen 2 buah dengan pondasi tiang pancang berdiameter 60 cm
- Pondasi caisson diameter 9 m dengan casing secant pile di 3 lokasi pilar.
- Pile cap 12m x12m x 3m, pilar 3 buah dengan tampang twin leg rectangle.
- Hammer head sampai step ke- 2 pada 3 pilar. Hammer head jembatan Tukad Bangkung memiliki panjang 12 m dan tinggi 7,5m dan dengan penutup strand pilar seterbal 1,5m
- Pemasangan Box girder.
- Pengerjaan asesoris jembatan, perkerasan jalan, sebagian abutmendan lain-lain.
Tiga pilar pada jembatan Tukad Bangkung memiliki ketinggian yang berbeda, yaitu: Tinggi Pilar P1 setinggi 51,84m, P2 setinggi 71,14m, dan pilar P3 setinggi 33.49m. Perlu diketahui bahwa pengerjaan pilar-pilar tersebut dilakukan segmental dengan climbing system formwork yang meliputi pembesian, ducting dan cor beton. Sedangkan, mutu beton yang digunakan adalah K-500.
Mengusung teknologi Balanced Cantilever, maka dalam pengerjaan balok box pada jembatan Tukad Bangkung dilakukan sistem segmental. Di mana, balok box precast dipasang segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi sehingga momen yang terjadi pada pilar dapat diminimalkan. Sebagai informasi bahwa sistem Segmental Balance Cantilever dilakukan karena elevasi balok box mencapai 71,14 meter yang tidak memungkinkan untuk menggunakan sistem perancah atau scafolding.
![Pengerjaan Balok Box Sistem Segmental Balance Cantilever (Sumber: uptodateproperty)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-segmental-balanced-cantilever-57a73629e122bd131ab4a41e.jpg?t=o&v=770)
Setelah jembatan Tukad Bangkung telah dioperasikan, maka masyarakat kawasan Badung Utara khususnya Desa Plaga dan sekitarnya bisa mengembangkan potensi pertanian atau agrobisnisnya. Bukan hanya itu, jalan raya yang menuju ke jembatan Tukad Bangkung pun sekarang dibuat mulus tanpa hambatan.
Kita merasakan bahwa beberapa tahun belakangan, kemajuan ekonomi Badung Utara dianggap lamban dibandingkan dengan Badung Selatan yang dipenuhi dengan kawasan wisata yang memukau, seperti Nusa Dua, Uluwatu, Kuta dan lain-lain. Dengan kata lain, kemajuan Badung Utara bagai dianaktirikan.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi kesenjangan antara Badung Selatan dan Badung Utara perlu adanya pembangunan infrastruktur yang memberikan kemudahan. Dan, pembangunan jembatan Tukad Bangkung merupakan terobosan inovasi infrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali yang bertujuan untuk pemerataan pembangunan.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata dan potensi hasil pertanian sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar, Bupati Badung Giri Prasta mengadakan Festival Budaya Pertanian (FBP) setiap tahunnya. Dan, tahun 2016 merupakan tahun ke-5 diadakannya Festival Budaya Pertanian (FBP) yang diadakan di kawasan jembatan Tukad Bangkung selama empat hari dari tanggal 29 Juli hingga 1 Agustus 2016 lalu.
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung yang sekaligus ketua panitia Festival Budaya Pertanian (FBP), IGAK Sudaratmaja menyatakan, “Tujuan acara ini untuk mengangkat citra Badung Utara, menggali spirit budaya pertanian bagi roh pariwisata, mendorong terjadinya transaksi bisnis komoditas pertanian, menginisiasi tumbuhnya sinergitas pertanian pariwisata, dan menjadikannya sebagai media pendidikan dana hiburan”
![Festival Budaya Pertanian (FBP) (Sumber: kabarin.co)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-fbp-v-57a736523a7b61d914521f99.jpg?t=o&v=770)
![Beberapa hasil pertanian yang digelar dalam Festival Budaya Pertanian (FBP) (Sumber: kabarin.co)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-hasil-fbp-v-57a7366f4df9fde31d9bb7a9.jpg?t=o&v=770)
Badung Utara yang mempunyai potensi penghasil pertanian mampu mengembangkan dirinya dalam agrobisnis. Kondisi alam yang sangat cocok untuk tumbuh berbagai macam buah dan sayuran memberikan daya tarik wisatawan dan pelaku bisnis untuk mendapatkan berbagai hasil pertanian.
Kita berharap dengan adanya inovasi teknologi yang diterapkan dalam pembangunan jembatan Tukad Bangkung tidak memberikan jurang pemisah (gap) antara Badung Selatan dan Badung Utara. Tetapi, perwujudan pemerataan pembangunan merupakan harapan kita semua.
![Saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke jembatan Tukad Bangkung(Sumber: dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/07/tukad-bangkung-saya-57a73688ae7e612166bd0170.jpg?t=o&v=770)
http://devitasriraihana.blogspot.co.id/2009/01/jembatan-tukad-bangkung.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Tukad_Bangkung
http://kabarin.co/bhupalaka-raksa-raksitah-tema-festival-budaya-pertanian-di-bali-kali-ini/
http://uptodateproperty.blogspot.co.id/2015/08/jembatan-balok-box.html
http://www.mnursholeh.com/2013/10/sistem-kantilever-balance-cantilever.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI