Tempe, makanan rakyat yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Makanan yang terbuat dari kedelai yang difermentasi telah dikonsumsi masyarakat Indonesia sejak tahun 1700-an di Jawa Tengah. Dan, kini pesona tempe sudah melegenda sampai ke seluruh pelosok negeri.
Mungkin, beberapa tahun yang lalu kita merasa minder atau mungkin merasa direndahkan jika kita dibilang “berotak tempe”. Maklum karena tempe merupakan makanan masyarakat yang dijajakan oleh kalangan kelas bawah. Tetapi, nasib tempe sekarang ini jauh berbeda dengan dulu.
Betapa hebatnya kedele yang merupakan bahan pembuatan tempe saat harganya merangkak naik, masyarakat jadi kelimpungan. Harga tempe bahkan mampu melebihi harga ayam. Bahkan, sampai sekarang tidak ada yang mampu menandingi ketenaran tempe di masyarakat Indonesia.
Yang lebih hebat, cara pembuatan tempe justru telah dipelajari masyarakat Eropa yang belajar di di Indonesia yang selanjutnya dipasarkan di kawasan benua biru tersebut. Dan, tempe justru merupakan makanan mewah yang sangat sulit didapat.
Yang lebih membanggakan adalah tempe telah dikembangkan warga Indonesia di Jepang bernama Bapak Rustono yang menikah dengan wanita Jepang. Trade merk “Rusto Tempe” pun mampu melegenda di negeri SAKURA dan menjadi makanan mahal. Kalau kita melihat kondisi tersebut, masihkah kita menyebut bahwa yang “berotak tempe” adalah sindiran untuk orang yang kurang cerdas. Justru dengan makanan tempe yang merakyat sejak dulu telah melahirkan orang-orang pintar Indonesia dan pejuang-pejuang tempo dulu yang melegenda, seperti; Jendral Besar Sudirman, Bung Karno, Bung Hatta dan lain-lain. Tentunya orang-orang pintar tersebut belum mengenal makanan siap saji yang kita kenal sekarang bukan?
Oleh sebab itu, banggalah bangsa kita mempunyai makanan merakyat dan bergizi tinggi bernaman “Tempe”. Tentunya, kita pun berharap agar Pemerintah sekarang memberikan apresiasi yang besar terhadap makanan tempe menjadi WARISAN BUDAYA INDONESIA seperti makanan rendang atau kain batik Indonesia.
Penempatan tempe sebagai warisan budaya Indonesia bertujuan untuk menghindari klaim bangsa lain. Kita akan menghargai betapa tempe menjadi warisan budaya Indonesia yang mempunyai nilai tinggi jika ada bangsa lain yang peduli alias mengklaim tempe tersebut sebagai warisan Negara mereka. Kita tidak ingin hal itu terjadi bukan?
Pengalaman berbagai kuliner dan kesenian yang telah diklaim negara tetangga Malaysia seharusya menjadi pembelajaran masyarakat Indonesia, khususnya Pemerintah bahwa warisan budaya tersebut akan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Kita akan merasa “diinjak-injak” oleh bangsa lain saat warisan budaya yang telah lama bersemayam di masyarakat Indonesia dengan seenaknya diakui bangsa lain.
Jadi, saya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia menanti kepedulian Pemerintah agar mengakui secepatnya tempe menjadi warisan budaya Indonesia. Jangan tunggu tempe menjadi milik bangsa lain.
Selamat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan
Selamat merayakan merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun 2015
“Minal ‘aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir batin”. Jika ada salah-salah kata dalam tulisan saya yang menyinggung perasaan, mohon dimaafkan dengan seikhlas-ikhlasnya.
#Salam hangat dari Kota Kripik Tempe, Ngawi (Jawa Timur)#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H