PEMERIKSAAN Â RADIOGRAFI HUMERUS DAN SHOULDER
Kelompok 6, kelas 2C
Imroatussolikhah (413231124), Robby Lano Aryo Saputro (413231120), Wildan Asyrofi Roihan (413231121), Desfinta Larasati Iswahyudi (413231122), Casilda Hanandaluna (413231126), Fildah Faza Najibah (413231143)
AbstrakÂ
Shoulder sering terjadi dislokasi dimana terkadang sedikit sulit untuk mendiagnosisnya. maka dari itu modalitas awal saat pasien datang untuk melakukan pemeriksaan radiografi shoulder joint adalah dengan proyeksi (AP, Endorotasi dan eksorotasi). Humerus adalah tulang panjang (berdasarkan jenis tulangnya), kasus yang sering terjadi adalah fraktur pada humerus. Pemeriksaan radiografi humerus sering menggunakan proyeksi (AP, Lateral).Â
Metode Penelitian yang kami gunakan adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data dari jurnal yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan.
Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana proyeksi yang kami gunakan untuk shoulder dan juga humerus. Shoulder menggunakan proyeksi (AP, Endorotasi, dan Eksorotasi) dengan kaset ukuran 24cm x 30cm. Humerus menggunakan proyeksi (AP, dan Lateral) dengan kaset ukuran 35cm x 43cm.Â
Proyeksi pemeriksaan radiografi pada kasus dislokasi shoulder joint adalah (AP, Endorotasi, Eksorotasi). Proyeksi pemeriksaan radiografi kasus fraktur pada humerus adalah (AP, dan Lateral) untuk melihat kondisi pada patologi fraktur pasien.
Kata Kunci : Dislokasi Shoulder, Fraktur Humerus, Teknik Pemeriksaan
Pendahuluan
Radiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran untuk menegakkan diagnosa dengan melihat bagian tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang. Ilmu radiologi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang kedokteran dan bidang pelayanan kesehatan. Teknik Radiologi ini menggunakan sinar X untuk melakukan pemeriksaan radiografi Gaudensius Parno (2021 dalam Nugaraha, 2019).
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar ultraviolet. Tetapi, Sinar-X mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar-X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W.C. Rontgen tahun 1895. Sinar-X digunakan
untuk teknik pemeriksaan radiografi. (Felda,2014).
Pemeriksaan radiografi os humerus adalah pemeriksaan tulang lengan atas
menggunakan modalitas energi radiasi melalui teknik pencitraan tertentu agar tercapainya suatu diagnosis. Proyeksi pemeriksaan humerus ini biasanya adalah AP dan Lateral. Ketidakstabilan bahu anterior yang berulang sering disebabkan oleh defek tulang glenoid atau humerus yang merupakan tambahan dari cedera jaringan lunak. Peningkatan kegagalan bedah perbaikan jaringan lunak saja biasanya dikaitkan dengan kerusakan tulang yang signifikan atau ketersediaan jaringan lunak yang tidak memadai. Oleh karena itu, pasien dengan defek tulang dan ketidakstabilan bahu anterior berulang ditangani dengan prosedur restorasi glenoid yang berbeda. Pada tahun 1954, Latarjet menyarankan agar prosesus coracoid dapat dipindahkan dan difiksasi dengan sekrup pada tepi glenoid. Teknik blok tulang dengan augmentasi glenoid bagian anteroinferior ini memiliki keuntungan yang jelas terutama pada kasus dengan kehilangan tulang yang signifikan, walaupun mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami.
Indikasi klinis pada pemeriksaan humerus yaitu pola fraktur yang dapat menerima CRPP meliputi:
Fraktur dua bagian
Tuberositas lebih besar
Tuberositas lebih kecil
Leher bedah
Fraktur leher bedah tiga bagian dengan keterlibatan tuberositas besar atau kecil
Fraktur empat bagian yang terkena dampak valgus
Reduksi tertutup dan pemasangan pin perkutan pada fraktur humerus proksimal merupakan prosedur yang menantang secara teknis dan dapat berhasil jika lima kondisi berikut terpenuhi:
Kualitas tulang bagus
Komuni minimal
Reduksi tertutup yang stabil
Kalkar medial utuh
Pasien kooperatif
Kontraindikasi relatif terhadap CRPP pada fraktur humerus proksimal meliputi kualitas tulang yang buruk dan kominusi fraktur. CRPP bergantung pada fiksasi terbatas dengan pembelian tulang yang baik. Hilangnya reduksi dan kendornya pin telah dikaitkan dengan kualitas tulang yang buruk dan kominusi fraktur dalam beberapa penelitian.
Prosedur pemeriksaan shoulder joint pada kasus dislokasi posterior memiliki beberapa teknik proyeksi. Pada pemeriksaan shoulder joint dengan kasus dislokasi posterior digunakan proyeksi Anteroposterior (AP), lateral scapula, axillary view, dan scapula Y view.Â
Teknik pemeriksaan radiografi dapat membantu memberikan diagnosa agar dapat memberikan informasi anatomi dan patologi pada pasien. Salah satu teknik pemeriksaan radiografi yaitu teknik pemeriksaan shoulder joint. Shoulder joint merupakan anggota gerak bagian atas (upper limb). Pada shoulder joint terdapat anatomi dari glenoid labrum yang merupakan perpanjangan fibrosa dari glenoid rim yang memiliki kenampakan mirip seperti acetabular labrum atau meniscus lutut, yang mana berintensitas sinyal rendah dan umumnya berbentuk segitiga. Struktur ini penting untuk menjaga stabilitas glenohumeral. Shoulder joint merupakan bagian ekstremitas atas dengan pergerakan yang tidak terbatas, tetapi pergerakan yang tidak terbatas ini membuat struktur anatomi shoulder joint sangat rawan, oleh karena itu shoulder joint dapat mengalami trauma seperti Frozen Shoulder (Safrilia ika kumalas sari, s.2022).
Kontraindikasi pada shoulder paling utama adalah kasus cedera akut muskuloskeletal. Jika peregangan atau stretching tetap diaplikasikan pada cedera akut muskuloskeletal, maka akan memperparah kondisi cedera tersebut. Beberapa  kondisi kontraindikasi untuk dilakukan peregangan bahu antara lain:
Fraktur tulang sekitar sendi bahu
Infeksi dan inflamasi akut jaringan area sendi bahu
Hematoma akibat trauma
Adanya hipermobilitas sendi bahu
Adanya blok tulang, seperti pada kasus ankilosi
Tinjauan Pustaka
2.1 ShoulderÂ
Shoulder memiliki struktur dan fungsi yang kompleks karena merupakan salah satu area tubuh manusia yang paling bebas bergerak karena artikulasi pada glenohumeral joint. Ini berisi shoulder girdle, yang menghubungkan ekstremitas atas ke kerangka axial melalui sternoclavicular joint.
Shoulder girdle terdiri dari clavicula dan scapula, yang berartikulasi dengan humerus proximal ekstremitas atas. Terdapat empat sendi pada shoulder: sternoclavicular (SC), acromioclavicular (AC), scapulothoracic joints, dan glenohumeral joint.Â
Sternoclavicular joint merupakan sendi pelana sinovial dan merupakan satu-satunya sendi yang menghubungkan ekstremitas atas dengan kerangka aksial. Ini menghubungkan clavicula ke manubrium sternum dan mendapat stabilisasi dari ligamen costoclavicular. Acromioclavicular joint adalah sendi sinovial bidang yang menghubungkan acromion scapula ke clavicula. Ia menerima stabilisasi terutama dari ligamen coracoclavicular, dan stabilisator sekunder adalah ligamen acromioclavicular super dan inferior. Scapulothoracic joint bukanlah sendi yang sebenarnya, melainkan artikulasi scapula yang meluncur di atas posterior thorax cage.
Glenohumeral joint adalah sendi sinovial bola-dan-soket yang sangat mudah digerakkan dan distabilkan oleh otot rotator cuff yang menempel pada kapsul sendi, serta tendon bisep dan trisep brachii. Caput humerus berartikulasi dengan fossa glenoid scapula. Ini adalah artikulasi yang dangkal, karena fossa menampung kurang dari sepertiga kepala humerus. Labrum, sebuah cincin fibrocartilaginous, menempel pada tepi luar fossa glenoid dan memberikan kedalaman dan stabilitas tambahan yang mengamankan kepala humerus. Sejumlah kecil kantung berisi cairan yang dikenal sebagai bursae mengelilingi kapsul dan membantu mobilitas. Ini adalah bursae subacromial, subdeltoid, subscapular, dan subcoracoid. Gerakan utama pada glenohumeral joint :Â
Abduksi: gerakan humerus ke atas ke samping, menjauhi tubuh, pada bidang scapula
Adduksi: gerakan humerus ke bawah ke medial menuju tubuh dari abduksi, pada bidang scapula
Fleksi: pergerakan humerus lurus ke anterior
Ekstensi: pergerakan humerus lurus ke belakang
Rotasi eksternal: pergerakan humerus ke lateral mengelilingi sumbu panjangnya menjauhi garis tengah
Rotasi internal: pergerakan humerus ke medial mengelilingi sumbu panjangnya menuju garis tengah
Adduksi horizontal (fleksi transversal): pergerakan humerus pada bidang horizontal atau transversal menuju dan melintasi dada
Abduksi horizontal (ekstensi transversal): pergerakan humerus pada bidang horizontal atau transversal menjauhi dada
Rentang pergerakan shoulder yang tinggi menyebabkan penurunan stabilitas sendi,dan rentan terhadap dislokasi dan cedera.
Indikasi klinis yang sering terjadi pada shoulder adalah fraktur dan dislokasi. Shoulder memiliki pemeriksaan radiologi dengan proyeksi AP, Endorotasi, dan Eksorotasi
Proyeksi Shoulder AP, dengan posisi pasien standing erect dengan manus ekstensi penuh. Memiliki CP sekitar 2,5 cm dibawah coracoid process
Proyeksi Shoulder AP Endorotasi, dengan posisi pasien standing erect dengan manus internal rotasi. Memiliki CP sekitar 2,5 cm dibawah coracoid process
Proyeksi Shoulder AP Eksorotasi, dengan posisi pasien standing erect dengan manus eksternal rotasi. Memiliki CP sekitar 2,5 cm dibawah coracoid process.
2.2 Humerus
Humerus adalah tulang terbesar di ekstremitas atas dan mendefinisikan brachium (lengan) manusia. Ini berartikulasi secara proksimal dengan gleonoid melalui glenohumeral joint dan secara distal dengan radius dan ulna pada elbow joint. Â Bagian humerus yang paling proksimal adalah caput humerus, yang membentuk ball dan socket joint dengan rongga glenoidalis pada scapula. Melanjutkan ke distal adalah batang humerus yang berbentuk silinder, yang berisi deltoid tubercle pada aspek lateralnya dan alur radial pada aspek posteriornya (juga disebut sebagai alur spiral).
Pada bagian distal humerus terdapat pelebaran tulang yang membentuk epicondyle medial dan lateral. Bagian distal humerus diakhiri dengan area yang disebut condyle, yang terdiri dari trochlea, capitulum, olecranon, coronoid, dan fossa radial. Pada permukaan lateral anterior condyle terdapat capitulum lateral, yang berartikulasi dengan kepala tulang radius, dan pada permukaan medial anterior condyle terdapat trochlea, yang berartikulasi trochlear notch tulang ulna. Fossa coronoid terletak di superior trochlea dan menampung prosesus coronoid ulna dan di superior capitulum pada permukaan anterior condyle, yaitu fossa radial yang menerima kepala radius, keduanya pada saat fleksi siku. persendian. Pada permukaan posterior condyle terdapat fossa olecranon, yang berartikulasi dengan olecranon tulang ulnaris pada saat fleksi sendi siku.
Kepala humerus berartikulasi dengan fossa glenoid scapula dan membentuk sendi glenohumeral, sendi bola dan socket sinovial. Sendi ini memungkinkan pergerakan di berbagai bidang, termasuk rotasi internal dan eksternal, abduksi dan adduksi, fleksi dan ekstensi, dan pada prinsipnya ditentukan oleh aktivasi otot rotator cuff (teres minor, subscapularis, supraspinatus, infraspinatus), pectoralis mayor dan deltoid. Sendi glenohumeral mengandung beberapa bursa sinovial yang memungkinkan mobilitas tanpa gesekan, termasuk bursa subacromial, subdeltoid, subcoracoid, dan coracobrachial.
Indikasi klinis yang sering terjadi pada humerus adalah fraktur dan dislokasi. Humerus memiliki pemeriksaan radiologi dengan proyeksi AP dan Lateral
Proyeksi Humerus AP, dengan posisi pasien standing erect dengan manus ekstensi penuh
Proyeksi Humerus Lateral, dengan posisi pasien standing erect dengan manus internal rotasi
Metode PenelitianÂ
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data di penelitian ini adalah observasi, dokumen yang di dapat yaitu dengan mewawancari satu dokter pengirim, satu orang dokter spesialis radiologi dan tiga orang radiografer. Analisis data ini dilakukan dengan melalui tahap-tahap reduksi data, penyajian data dalam bentuk koding terbuka, gambar dan evaluasi hasil citra
Hasil dan Pembahasan
Pemeriksaan radiografi ini memeriksa tentang pemeriksaan shoulder dan humerus. Pada pemeriksaan ini shoulder memiliki beberapa jenis pemeriksaan, yang pertama ada pemeriksaan shoulder AP dengan posisi pasien standing erect, yang kedua ada shoulder AP endorotasi dengan posisi pasien standing erect, yang ketiga ada shoulder AP eksorotasi dengan posisi pasien standing erect. Pemeriksaan humerus memiliki 2 jenis pemeriksaan yaitu humerus AP dengan posisi pasien standing erect dan pemeriksaan humerus lateral dengan posisi pasien standing erect.Â
Pemeriksaan Shoulder AP ber CP di 2,5 cm di bawah coracoid process. KVp yang digunakan 65-70 dengan mA 8-16 dan menggunakan FFD 100 cm. Pemeriksaan ini memvisualisasikan proximal humerus dan scapula atas serta lateral scapula terlihat termasuk head of femur dengan glenoid cavity. Pemeriksaan shoulder AP endorotasi dengan CP di 2,5 cm di bawah coracoid process dengan kVp yang digunakan 65-70 dan mAs 8-16 dengan FFD 100 cm. Pemeriksaan ini memvisualisasikan lateral humerus proximal dan lateral scapula clavicula. Pemeriksaan ini berotasi ke internal penuh dengan terlihatnya tesser tubercle secara penuh pada medial humerus of head. Pemeriksaan shoulder AP eksorotasi dengan CP 2,5 di bawah coracoid process, kVp 65-70 dengan mAs 8-16 dan FFD 100 cm. Pemeriksaan ini memvisualisasikan humerus proximal dan lateral clavicula dan scapula atas dengan head of femur ke glenoid cavity. Pemeriksaan ini berotasi eksternal penuh dengan terlihatnya greeter tubercle yang terlihat secara penuh pada aspek lateral humerus proximal. Pemeriksaan humerus ada 2 pemeriksaan yaitu pemeriksaan humerus AP dan humerus lateral. Pemeriksaan humerus AP dengan CP mid point of humerus dengan kVp 60 dan mAs 16 dan FFD 100 cm. Pemeriksaan ini memvisualisasikan seluruh humerus termasuk shoulder dan elbow joint dan terlihat head humeral terlihat di medial dengan superposisi minimal pada rongga cavity glenoid. Pemeriksaan yang kedua adalah humerus lateral yang be CP di midpoint of humerus dengan kVp 60 dan mAs 16 serta FFD 100 cm. Pemeriksaan ini memvisualisasikan seluruh humerus termasuk elbow joint dan shoulder joint.Â
Indikasi pemeriksaan pada pemeriksaan shoulder joint AP untuk mengetahui adanya dislok pada humerus proximal  tersebut. Untuk shoulder bisa terjadinya fraktur atau dislokasi pada humerus proximal. Indikasi pemeriksaan humerus AP dan lateral bisa jadi dengan terjadinya fraktur atau dislokasi pada humerus.
KesimpulanÂ
Berdasarkan penelitian ini adalah pemeriksaan radiografi alat yang penting untuk menilai humerus dan shoulder. Ada beberapa proyeksi radiografi yang umum digunakan untuk menilai struktur ini yaitu humerus AP,Lateral dan shoulder AP,Endorotasi,Eksorotasi. Pemeriksaan radiografi sendiri digunakan untuk memvisualisasikan struktur tulang dan sendi secara detail.
Saran
Pemeriksaan humerus shoulder yaitu untuk melihat struktur tulang dan sendi yang bertujuan melihat indikasi-indikasi klinis yang terjadi pada tulang kita.
Referensi
[1] Miniato MA, Anand P, Varacallo M. Anatomy, Shoulder and Upper Limb, Shoulder. [Updated 2023 Jul 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536933/
[2] Bontrager, K. L. and Lampignano, J. P. (2010) Textbook of Radiographic Positioning and Relate Anatomy. 7th Edition, Mosby Elsevier, Masy Land Heights, 30.
[3] Capo, J. T., Criner, K. T., & Shamian, B. (2014). Exposures of the humerus for fracture fixation. Hand clinics, 30(4), 401--v. https://doi.org/10.1016/j.hcl.2014.07.001
[4] Paryavi, E., Pensy, R. A., Higgins, T. F., Chia, B., & Eglseder, W. A. (2014). Salvage of upper extremities with humeral fracture and associated brachial artery injury. Injury, 45(12), 1870--1875. https://doi.org/10.1016/j.injury.2014.08.038
[5] Pemeriksaan Radiologi, Ini yang Harus Anda Ketahui. (2023, January 9). Alodokter. https://www.alodokter.com/pemeriksaan-radiologi-ini-yang-harus-anda-ketahui
[6] Babault N, Rodot G, Champelovier M, Cometti C. A survey on stretching practices in women and men from various sports or physical activity programs. Int J Environ Res Public Health. 2021;18(8):22--4.
[7] Jusdado-Garca M, Cuesta-Barriuso R. Soft Tissue Mobilization and Stretching for Shoulder in CrossFitters: A Randomized Pilot Study. Int J Environ Res Public Health. 2021;18(2).
[8] Samart, S., Apivatgaroon, A., Lakchayapakorn, K., & Chemchujit, B. (2014). The correlation between acromion-axillary nerve distance and upper arm length; a cadaveric study. Journal of the Medical Association of Thailand = Chotmaihet thangphaet, 97 Suppl 8, S27--S33.
[9] Hamilton, M. A., Diep, P., Roche, C., Flurin, P. H., Wright, T. W., Zuckerman, J. D., & Routman, H. (2015). Effect of reverse shoulder design philosophy on muscle moment arms. Journal of orthopaedic research : official publication of the Orthopaedic Research Society, 33(4), 605--613. https://doi.org/10.1002/jor.22803
[10] Prescher A. (2000). Anatomical basics, variations, and degenerative changes of the shoulder joint and shoulder girdle. European journal of radiology, 35(2), 88--102. https://doi.org/10.1016/s0720-048x(00)00225-4
[11] Wilk, K. E., Arrigo, C. A., & Andrews, J. R. (1997). Current concepts: the stabilizing structures of the glenohumeral joint. The Journal of orthopaedic and sports physical therapy, 25(6), 364--379. https://doi.org/10.2519/jospt.1997.25.6.364
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H