Untungnya Bo ... ibu gue bukan tipe ibu keras tanpa kompromi, ibu gue mengerti kebutuhan teenager model gue ini. Jadi kata ibu gue, gue boleh main atau jalan dengan teman-teman di hari Sabtu, gak seharian lah Bo ... karena gue juga musti selesaikan tugas sekolah. Sedangkan, hari Minggu adalah hari keluarga gak boleh diganggugugat, Minggu pagi gue sekeluarga biasanya main tenis di kompleks rumah terus mandi dan jalan-jalan deh ... entah itu piknik, makan di luar atau ke pertemuan keluarga.
Gue paling malas kalau pergi ke pertemuan keluarga, Bo. Misan, sepupu, om jauh, tante jauh, bude A, bulek B, pakde C, paklek D ... argh ... bikin gue bingung. Keluarga dari eyang putri, eyang kakung, aki, nini .... AAAAAAAA .... mana inget Boooooo, kumpul keluarga jauh gini bagi gue maknanya cuma saling kenal dan terus lupa. Ikatan keluarga cuma nama, pada akhirnya seperti diundang ke acara resepsi pernikahan, gue datang, gue salaman dan gue makan.Â
Gak ada kontak atau interaksi yang lebih pribadi, semua sibuk sendiri-sendiri, pengantin di atas panggung sibuk salaman, tamu-tamu sibuk masing-masing, lalu ??? MAAAAKAAAAN. Padahal kalau urusan makan sih, ibu gue juga enak masakannya, gak perlu jauh-jauh datang ke suatu tempat, mana seringnya kena macet berjam-jam pula dan plups ... pada akhirnya cuma urusan perutdoang.
Kata ibu gue nih Bo ... kalau diundang ya baiknya datang, karena kita manusia adalah bagian dari masyarakat. Ibu gue ini memang ibu sederhana, yang selalu punya jawaban untuk banyak hal. Kadang hati gue melakukan banyak pemberontakan, kadang gue juga keceplosan keras dan galak ke ibu gue tapi selalu ibu gue berhasil menenangkan hati gue dan memberikan pintu jawaban yang damai.Â
Ah ... gue bakal kehilangan ibu gue banget Bo ... kalau gue nanti diterima kuliah di Bandung. Senyumnya, kasih sayangnya, perhatiannya, kesabarannya ... semuanya Bo. Bagi gue .... ibu gue adalah Kartini, Cut Nyak Dien, Fatimah dan Mother Theressa sekaligus dalam satu tubuh. Gue sangat bersyukur lahir dari rahimnya. Kalau gue punya kesempatan milih sendiri dari rahim ibu mana gue dilahirkan, gue tanpa ragu akan milih rahim ibu gue. Hiks ... Â
Dear Bo the fighter,
gue selalu melow kalau nulis di elo. Tapi gue tahu, elo adalah teman terbaik gue saat melow begini, tempat mencurahkan segala unek-unek, tempat gue menata pikiran, tempat gue membangun kembali semangat. Setelah ibu gue, elo adalah tempat paling nyaman untuk berkeluh kesah. Kata ibu gue, menulis buku harian (walaupun gak setiap hari gue nulisnya) sangat membantu menata kegalauan hati remaja. Tuh kan Bo ... ibu gue selalu tahu apa yang gue butuhin. Elo pun ibu gue yang kasih ... tapi nama elo, gue dong yang kasih, karena setiap kali gue selesai nulis di elo, gue selalu merasa bersemangat kembali ... Til next time again, dear Bo the fighter ... (carpediem, 12 April 2016)
Â
Silakan baca karya peserta lain di sini.
Dan silakan bergabung di FB Fiksiana Community.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H