Mohon tunggu...
carolynmarcie
carolynmarcie Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

Halo semuanya selamat datang, terimakasih telah berkunjung ke profile kami!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri Aria

25 Mei 2024   20:46 Diperbarui: 25 Mei 2024   20:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Kerajaan Arandelle, hidup seorang putri cantik bernama Aria. Aria bukan putri biasa; ia memiliki kemampuan yang sangat istimewa, yaitu berbicara dengan hewan. Sejak kecil, Aria selalu merasa lebih dekat dengan binatang daripada manusia. Ayahnya, Raja Edmund, dan ibunya, Ratu Isabella, sangat mencintainya, namun mereka sering khawatir karena kemampuan Aria yang unik ini bisa menimbulkan masalah jika diketahui oleh orang yang salah.

Suatu hari, saat berjalan-jalan di hutan istana, Aria mendengar suara rintihan seekor rusa. Dengan cepat, ia mengikuti suara itu dan menemukan rusa yang terluka. "Apa yang terjadi padamu?" tanya Aria dengan lembut.

"Aku terjebak dalam perangkap pemburu," jawab rusa itu dengan suara lemah.

Aria segera melepaskan perangkap itu dan merawat luka sang rusa. "Terima kasih, Putri Aria. Anda sangat baik," kata rusa itu sebelum berlari kembali ke hutan.

Di istana, Raja Edmund sedang berunding dengan para penasihatnya tentang ancaman dari Kerajaan Gelap, yang dipimpin oleh Raja Malcador yang jahat. Malcador ingin memperluas wilayahnya dan sudah beberapa kali mencoba menyerang Arandelle. 

"Yang Mulia, kita harus meningkatkan keamanan di perbatasan," kata Sir Cedric, penasihat militer kerajaan.

Raja Edmund mengangguk setuju. "Kita tidak bisa membiarkan Malcador menguasai tanah kita. Kita harus bersiap untuk segala kemungkinan."

Aria yang baru kembali dari hutan mendengar percakapan itu. Ia tahu bahwa perang hanya akan membawa penderitaan bagi rakyat dan binatang-binatang yang tak bersalah. Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Malam harinya, Aria menyelinap keluar dari istana. Dengan bantuan burung-burung hutan yang menjadi temannya, ia mengumpulkan informasi tentang pergerakan pasukan Raja Malcador. Burung-burung tersebut memberitahunya bahwa pasukan Gelap sedang bersiap untuk menyerang dalam beberapa hari.

Keesokan harinya, Aria memberanikan diri untuk berbicara kepada ayahnya. "Ayah, aku tahu bagaimana cara menghentikan perang ini."

Raja Edmund terkejut. "Apa maksudmu, Aria? Bagaimana kamu bisa tahu tentang rencana musuh?"

Aria menarik napas dalam-dalam dan menceritakan tentang kemampuannya berbicara dengan hewan serta informasi yang didapatnya dari burung-burung.

Raja Edmund terdiam sejenak. "Kemampuanmu sangat luar biasa, Aria. Tapi ini sangat berbahaya. Kita tidak bisa bertindak tanpa rencana yang matang."

"Ayah, percayalah padaku. Aku yakin kita bisa menggunakan informasi ini untuk mencegah perang tanpa perlu pertumpahan darah," kata Aria penuh keyakinan.

Raja Edmund akhirnya setuju untuk mencoba rencana Aria. Ia mengirim pesan rahasia kepada Raja Malcador, menawarkan pertemuan untuk negosiasi damai. Raja Malcador, yang terkejut dengan tawaran itu, setuju untuk bertemu di tempat netral.

Di tempat pertemuan, Aria ditemani oleh burung elang kesayangannya, Elda. "Jangan khawatir, Putri Aria. Kami akan menjaga Anda," bisik Elda.

Saat Raja Edmund dan Raja Malcador mulai berdialog, suasana tegang terasa di udara. Namun, Aria yang penuh keberanian maju ke depan. "Raja Malcador, saya mengerti Anda ingin memperluas wilayah Anda, tapi tidak bisakah kita mencari solusi yang lebih damai?"

Raja Malcador tertawa kecil. "Apa yang bisa dilakukan oleh seorang gadis seperti kamu?"

Aria tersenyum dan memanggil Elda. "Banyak yang bisa dilakukan, Yang Mulia. Temanku di sini, Elda, mengetahui semua gerakan pasukan Anda."

Elda kemudian mulai berbicara, menyampaikan pesan dari burung-burung mata-mata tentang posisi pasukan Gelap. Raja Malcador terkejut dan terkesima. Ia menyadari bahwa Aria bukanlah gadis biasa.

"Kamu memiliki kekuatan yang luar biasa, Putri Aria. Mungkin ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini," kata Raja Malcador akhirnya.

Negosiasi pun berjalan dengan lancar. Raja Edmund dan Raja Malcador mencapai kesepakatan untuk tidak saling menyerang dan bekerja sama dalam mengelola wilayah perbatasan. Aria berhasil menyelamatkan kerajaannya dari perang.

Berita tentang keberhasilan negosiasi ini segera tersebar di seluruh negeri. Rakyat Arandelle memuji kecerdikan dan keberanian Aria. Raja Edmund dan Ratu Isabella sangat bangga pada putri mereka. Mereka menyadari bahwa kemampuan Aria bukanlah sebuah beban, melainkan anugerah yang sangat berharga.

Aria terus menggunakan kemampuannya untuk membantu kerajaan. Ia menjalin hubungan baik dengan semua makhluk di hutan dan memperkuat ikatan antara manusia dan alam. Berkat Aria, Kerajaan Arandelle menjadi kerajaan yang damai dan sejahtera, di mana manusia dan hewan hidup berdampingan dalam harmoni.

Tahun demi tahun berlalu, Aria tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana dan dihormati. Ia selalu mengingatkan rakyatnya untuk menjaga keseimbangan alam dan menghargai semua makhluk hidup. Kemampuannya berbicara dengan hewan menjadi simbol kebijaksanaan dan cinta kasih di seluruh negeri.

Suatu hari, saat berjalan-jalan di hutan dengan anak-anaknya, Aria mendengar bisikan lembut angin. "Terima kasih, Putri Aria. Karena Anda, kami semua bisa hidup dalam damai."

Aria tersenyum dan menjawab, "Terima kasih juga, sahabat-sahabatku. Kalian selalu ada di hati dan pikiran kami."

Di bawah sinar matahari yang hangat, Aria merasa bahagia. Ia tahu bahwa kekuatan yang dimilikinya bukan hanya untuk berbicara dengan hewan, tetapi juga untuk menyatukan dunia dalam kedamaian dan cinta kasih. Dan itulah warisan terbesar yang bisa ia tinggalkan untuk kerajaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun