Mohon tunggu...
Carol W.
Carol W. Mohon Tunggu... -

Saya adl org yg sgt kreatif, berjiwa seni, suka berpetualang, dan pny ambisi tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidupku Berubah Sejak Mengenal Datuk

21 Mei 2010   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku lahir di tengah keluarga yg cukup berada, sbg anak sulung dgn 2 adik laki-laki dan perempuan. Tetapi suatu hari badai menghantam keluargaku. Papaku terkena sakit leukimia, di rawat cukup lama di RS sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kami semua di usia kami yg msh kecil.

Mamakulah yg akhirnya harus menjadi tulang punggung bagi keluarga kecil kami. Dan sbg si sulung dari 3 bersaudara, aku terpaksa mengalah dengan hanya menjadi tamatan SMP. Karena aku terlahir sbg perempuan yg cantik dan menarik (begitulah orang-orang mengatakannya), maka aku mengambil pekerjaan sbg model. Tetapi krn tinggi badanku hanya 153 cm, aku tidak bisa ikut sbg model catwalk. Hanya sbg model iklan dan sampul majalah yg hanya memperlihatkan wajah cantikku saja.

Hidup terus berjalan, dan keluarga kami dapat tercukupi kebutuhannya dari pekerjaan mamaku sbg sekretaris di kantor, dan pekerjaanku sbg model (walau tidak setiap bulan tawaran datang padaku). Akhirnya, aku pun tertarik untuk terjun di dunia akting. Aku belajar mulai dari bawah dgn sungguh-sungguh. Tidur hanya 3-4 jam sehari. Syuting dan terus syuting. Ternyata menjadi seorang artis profesional tidaklah mudah dan seenak yg di bayangkan orang, termasuk aku sebelumnya.

Aku belajar berakting dari siapa saja yg kutemui. Mulai dari sutradara, produser, sesama artis, teman-temanku, tetanggaku, masukan-masukan dari siapa saja yg bisa membangun karirku. Dengan bertemu banyak orang aku mendapat banyak masukan. Yg positif aku kerjakan, yg negatif aku buang. Aku terus bekerja keras dari pagi sampai pagi lagi. Untungnya fisikku sangat kuat sehingga tidak pernah jatuh sakit.

Suatu hari, setelah usiaku 23 thn, aku bertemu dgn seorang lelaki yg juga sesama artis (kami bertemu dalam 1 lokasi syuting yg sama), dan kami jatuh cinta. Orang boleh bilang itu adalah cinta lokasi, tapi aku tidak peduli. Kami berpacaran selama 1 thn dan akhirnya kami memutuskan utk menikah. Dari pernikahan ini, kami dikaruniai seorang putri yg cantik dan kami beri nama Karmila. Aku sangat bahagia dan merasa hidupku sudahlah sempurna.

Dari bertahun-tahun pengalamanku sbg model dan artis (bahkan aku sempat mendapat beberapa piala penghargaan sbg artis terbaik), akhirnya aku dan suami berhasil membangun sebuah perusahaan Production House, yg merekrut artis-artis baru, menggarap film dan teater serta melakukan berbagai project seputar dunia entertainment. Dan usaha kami terbilang cukup sukses di negaraku Malaysia.

Tetapi, seiring dgn kebutuhanku sbg artis dgn tuntutan tinggi (high lifestyle), dan aku msh harus menghidupi mamaku yg sdh janda, dan msh membantu kuliah adikku laki-laki dan membantu usaha adikku perempuan dsb, membuatku merasa bahwa apa yg sdh kuhasilkan selama ini terasa kurang. Mungkin ini yg dinamakan kurang bersyukur atau serakah atau apapun namanya. Tapi aku merasa kurang.

Akhirnya aku sering bertengkar dgn suamiku, aku mulai melihat kekurangan-kekurangannya yg dulu aku tepiskan dari pandanganku. Aku mulai mengkritik penampilannya, pekerjaannya dan semua yg ada pada dirinya. Kami jadi sering ribut, bertengkar, dan bahkan dia tega memukulku dan menamparku, dan semua itu disaksikan oleh putri kecil kami, Karmila yg baru berusia kurang dari 2 thn. Bisnis kami pun mulai goyah, karena sering adanya ketidaksepahaman di antara aku dan suamiku. Kami sering berselisih paham dalam apa saja, termasuk soal pekerjaan.

Dan suatu hari, aku sedang berencana utk membuat sebuah sintetron komedi, dan ingin menyiarkannya di sebuah stasiun TV ternama di Malaysia. Aku sdh membuat planning yg sangat brilian (tanpa bantuan suamiku), dan hendak menemui pimpinan dari stasiun TV tsb. Aku mulai bertemu dgn bbrp petinggi stasiun TV itu, mulai dari marketing manager, operational director, general manager, division director dan akhirnya sampai pada pemimpin tertinggi di statiun TV itu, dia adalah seorang pemilik tunggal, seorang Datuk.

Kami berkenalan, kami berbincang-bincang soal proyek sinteron ini, dan Datuk yg sdh berkeluarga ini sangat baik padaku. Dia sangat kooperatif terhadapku shg semua berjalan dgn lancar. Dan intensitas pertemuan kamipun jadi semakin bertambah. Datuk orang yg sangat sibuk, dia pny bbrp perusahaan di dalam dan luar negeri. Tapi herannya, dia selalu pny waktu utk bertemu dgnku, walau hanya utk membahas soal sepele yg mestinya itu hanya urusan anak buah saja. Aku sangat diistimewakan, dan dia sering mengajakku makan siang dan makan malam bersama, dgn alasan meeting krn urusan pekerjaan tentunya.

Hubunganku dengan suamiku semakin buruk, terutama sejak aku mengenal Datuk. Aku sering tidak pulang ke rumah, aku tidur di rumah mamaku. Anakku, Karmila sering aku titip di rumah mamaku atau di rumah adik perempuanku yg sdh menikah. Aku mulai tertarik dgn Datuk, dalam bayanganku Datuk adalah orang yg sangat cocok untukku. Dia bisa membahagiakanku dan keluargaku. Dan aku tahu, ambisiku yg besar sbg pekerja seni yg ingin membuat banyak project film tapi dgn dana besar, hanya bisa dipenuhi jika aku menjadi istri Datuk........................dan rencanaku utk mendapatkan Datuk pun mulai ada di benakku.

Aku mulai mencari-cari alasan utk bisa bertemu Datuk di kantornya. Dari urusan yg sgt sepele sampai rencana utk membuat project baru bersama. Datuk pun sangat welcome dengan kedatanganku. Datuk selalu meluangkan waktunya yg berharga utk bisa bertemu dgnku. Dia selalu memujiku cantik, menarik, pintar, berkharisma dll sbgnya. Aku selalu merasa tersanjung dgn pujian-pujian itu. Aku merasa spt diatas langit ketujuh, betul-betul terpesona dgn kelembutannya, dan dia sangat kebapakan, dimana sejak dari kecil aku sdh tidak merasakan kasih sayang seorang ayah. Inikah yg dinamakan cinta sejati? Itulah yg ada dibenakku.

Dan akhirnya kami mulai berkencan diam-diam. Suamiku tidak tahu, istri Datuk pun tidak tahu, dan publik semua tidak ada yg tahu, hanya mamaku dan adik perempuanku yg aku beritahu. Mamaku sebetulnya tidak setuju, tapi semua keputusan ada di tanganku, walau beliau melarang hubungan ini, aku tidak peduli. Hanya adik perempuankulah yg menyetujuinya. Karena dia ingin melihat kakaknya yg tercinta ini bahagia.

Suamiku lama kelamaan mulai mencium adanya ketidakberesan dalam rumah tangga kami. Dia semakin kesal padaku dan semakin sering memukulku. Dia begitu emosi padaku. Karena aku tidak tahan diperlakukan spt itu, aku mengajukan tuntutan cerai dgn alasan KDRT. Pengadilan agama pun akhirnya mengabulkan tuntutan ceraiku. Datuk sangat mendukung perceraian kami. Tetapi, suamiku minta naik banding, dan ini benar-benar sangat mengganggu aktifitasku dan rencana-rencanaku. Ahirnya Datuk pun ikut turun tangan. Dia membayar suamiku senilai 1 Juta Ringgit, dgn catatan suamiku harus mencabut gugatan dan harus setuju utk bercerai denganku. Wah, aku betul-betul merasa spt seorang Ratu. Aku begitu diinginkan. Aku begitu dicintai. Bisa saja Datuk jatuh cinta dgn artis-artis muda lainnya (saat itu usiaku 26 thn, Datuk berusia 53 thn), tapi Datuk malah memilihku. Itu artinya aku begitu istimewa dan tidak ada wanita lain yg seberuntung aku. And finally, suamiku itu setuju dgn perceraian ini, dan hak asuh anak jatuh ke tanganku. Tapi anakku msh boleh mengunjungi papanya seminggu sekali.

Datuk pun mulai membelikanku sebuah apartemen mewah, very private, di Dharmawangsa, tidak jauh dari Kuala Lumpur. Aku mulai sibuk mendesain apartemen baruku itu dan mulai hidup sbg Ratu. Aku dibelikan sebuah BMW baru berwarna kuning menyala sesuai keinginanku. Dan kami mulai hidup bersama di apartemen itu. 6 bulan kemudian, kami menikah secara sirih, karena istri sah Datuk belum mau bercerai dgn Datuk. AH........aku kesal sekali. Aku sangat ingin mendapat gelar Datin, bukan hanya sebutan Puan, sbg istri ke-2.

Tetapi setiap hari Datuk pulang ke apartemen kami, dia tidak pernah lagi pulang ke rumah istri tuanya. Kami sangat harmonis, tiap hari saling menelpon dan mengucapkan sayang, I love you...............dsb. Aku selalu bermanja-manja dgn Datuk, dan mulai memanggilnya dgn sebutan 'Daddy', krn memang usia kami terpaut cukup jauh. Aku mulai mendapatkan semua yg aku inginkan. Kartu kredit tanpa batas pemakaian, penerbangan selalu first class, menginap di hotel-hotel yg berbintang 5 keatas, mampu utk membeli pakaian-pakaian buatan designer kelas atas, dan kehidupanku berubah 180 derajat. Status sosialku berubah, dan lama kelamaan sahabat-sahabat Datuk, rekan bisnisnya semuanya mulai dapat menerima kehadiranku sbg pedamping Datuk yg baru, yg lebih muda , cantik, berbakat, menarik, lebih ramah dsb.

Datuk pun mulai mengajakku bertemu dengan para petinggi negara Malaysia, mulai di ajak ke dalam hubungan status sosial yg bisa dibilang kalangan jet-set, dan aku selalu di bawa kemana-mana. Yang pasti bukan lagi istri Datuk yg sah. Dan perkawinan siri kamipun menghasilkan seorang anak laki-laki yg tampan, dan kami beri nama Fandy. Datuk sangat bahagia dgn perkawinan kami, dia sangat mencintaiku dan Fandy, tapi aku merasa bahwa Karmila, anak perempuanku yg dari perkawinanku dulu ini tidak dicintai oleh Datuk. Mila pun merasakan hal yg sama. Datuk begitu dingin terhadapnya, padahal waktu kami pacaran dulu, dia sangat menyayangi Mila shg aku terpikat padanya. Tapi ya sudahlah, hidup ini tidak ada yg sempurna kan? Tidak mungkin semuanya bisa berjalan lurus sekali, ini saja aku sdh sangat bersyukur karena hidupku berubah sejak mengenal Datuk.

Lalu waktu terus berjalan, akhirnya setelah 5 thn perkawinan siri kami ini, istri Datuk setuju utk bercerai dgn Datuk, dan tentunya dgn pembagian harta gono gini yg alot. Istri Datuk minta bagian yg cukup besar, dan setelah aku berunding dgn Datuk, aku mengatakan sudahlah setujui saja, yg penting perkawinan kita bisa sah, uang juga masih bisa dicari, toh kita tetep masih kaya raya. Dan akhirnya mereka bercerai resmi..................ha...ha.....akhirnya aku bisa mendapatkan status yg jelas, yg selama ini aku impi-impikan. Bisa mendapat gelar Datin...............

Media massa di Malaysia mulai meributkan hal itu kembali (saat aku menikah siri pun juga mereka sdh meributkan hal itu), dan aku tetap tenang saja menghadapi semua gosip, kata-kata makian yg ditujukan padaku. Stigma sbg perebut suami orang sdh menjadi makanan sehari-hari. Aku sdh kenyang dengan semua itu. Hey, aku hidup di dunia entertain sdh dari aku msh SMP, ini sdh bukan apa-apa lagi bagiku.

Lalu beberapa bulan berselang, kami pun menikah secara resmi. Dan panggilan 'Datin Seri' pun sdh berhasil disematkan padaku. Dan aku senang sekali setiap reserve tempat di restaurant atau hotel, sebutan 'Datin Seri' plus namaku selalu ada di dalam daftar buku tamu. Dan kemana-mana aku selalu di kawal bodyguard. Anak-anakku pun mendapat kawalan yg sama ketat. Datuk pun membangun sebuah rumah super mewah untukku di kawasan elit dekat sebuah padang golf, dimana setiap pagi aku bisa melihat rumput hijau yg berembun yg sangat menyejukkan. Kami sering sarapan pagi di teras belakang rumah kami yg luas dgn melihat riakkan air di kolam renang kami yg biru. Hidup ini begitu sempurna.

Aku selalu mendapatkan tempat duduk di depan di setiap pertunjukkan/ show apapun, bahkan menghadiri Festival Film Cannes di Perancis adalah undangan yg ada di mejaku tiap tahunnya. Berjalan di atas karpet merah sdh menjadi biasa bagiku. Sebutan Fashionista dan Sosialita selalu bermunculan setiap bulan di berbagai majalah fashion dan media massa lainnya. Hidupku sangat glamour, dan melebihi ekpektasiku selama ini. Datuk begitu menyayangiku dan Fandy, hanya saja Mila yg tersisihkan dalam drama kehidupanku ini.

Suatu hari mantan suamiku meninggal karena serangan jantung, dimana dia sedang berpergian dgn Mila ke luar negri. Di tengah-tengah perjalanan mereka, tiba-tiba saja mantanku itu terjatuh dan mati seketika. Mila menangis meraung-raung. Mila sangat menyayangi ayahnya. Dia tidak bisa menerima kematian ayahnya secara tiba-tiba itu. Aku pun ikut merasa kehilangan, tapi dlm hati kecilku, aku bersyukur tidak sempat jadi janda, karena aku sdh pny suami lagi jauh sebelum mantanku itu meninggal. Tapi sejak kejadian itu, Mila dan Datuk jadi lebih baik hubungannya. Mungkin Datuk berpikir sekarang Mila sdh benar-benar tidak pny ayah lagi selain dirinya.

Dan Datuk pun mulai memasukkan nama Mila sbg daftar alih warisnya, dan akan ikut mewariskan kerajaan bisnis Datuk, mulai dari stasiun TV, perhotelan, kawasan real estate yg banyak jumlahnya, sejumlah saham perusahaan, property di berbagai negara, bisnis perkapalan dll. Tentu saja bagianku yg paling besar jumlahnya, lalu utk Fandy dan sebagian lagi utk Mila. Aku pikir ini sdh cukup adil bagiku.

Tetapi di tengah-tengah kebahagianku yg tiada tara ini, mamaku terkena sakit kanker yg ganas. Berkali-kali di operasi di berbagai negara dgn ditangani oleh dokter nomor satu dunia spesialis kanker, dgn pengobatan yg super canggih yg bisa aku kerahkan dgn segala daya upayaku, mamaku tetap tidak bisa sembuh total. Dia tidak bisa makan apa saja yg dia inginkan, hrs jaga makan dsb. Aku harus memanggil suster perawat utk merawat mamaku yg sangat aku sayangi itu. Adik perempuanku pun aku belikan sebuah apartemen di sebelah apartemen mamaku spy bisa turut menjaga dan merawatnya. Dan aku pun ikut pindah ke apartemen tsb, di tingkat paling atas / penthouse, utk spy bisa melihat mamaku setiap hari. Dan kami sekeluarga jadi sering berkumpul bareng karenanya.

Entahlah, selalu ada peristiwa manis di setiap kejadian buruk yg menimpaku. Sampai sekarang mamaku masih hidup walau tidak bisa dikatakan sehat 100%, kehidupanku sbg Datin lancar, anak-anakku sehat-sehat dan pandai di sekolah, dan publik pun mulai bisa menerima kehidupanku yg baru, aku rasa semuanya sdh sempurna menurutku. Tapi adik perempuanku mulai mengikuti jejakku, dia bercerai dari suaminya, sehingga aku harus memberikan modal yg cukup besar utk membuka sebuah restaurant yg bisa mencukupi segala kebutuhannya.

Life must go on...itulah pepatah dalam hidupku. Dan aku akan melanjutkan cita-citaku sbg pekerja seni, ingin memajukan negaraku melalui kebudayaan yg bisa aku sumbangkan dgn segala daya kemampuan finansialku. Aku ingin terus berkarya, berpikiran positif, melakukan hal-hal baik dan yg tidak mungkin bisa kulakukan sebelum aku bertemu dgn..................Datuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun