Mohon tunggu...
Caroline Inika
Caroline Inika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki ketertarikan dibidang media, film, travel, dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

NewsGPT: Tantangan Jurnalisme Masa Depan

23 Oktober 2023   14:56 Diperbarui: 23 Oktober 2023   15:06 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEDIA BARU

Saat ini kita sedang berhadapan dengan media baru atau yang biasanya disebut new media. Media baru menurut buku Widodo (2020, h. 13) berintegrasi dengan teknologi internet sehingga menghasilkan dan menyediakan konten informasi sesuai permintaan para pengguna. Internet adalah salah satu media yang sangat merepresentasikan media baru. Berkembangnya teknologi dan informasi menghasilkan perubahan terhadap tahapan dan proses dalam produksi berita. Saat ini, Internet dijadikan medium utama untuk melakukan penyebaran informasi kepada audiens tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Hal ini yang memunculkan jurnalisme online dan jurnalisme multimedia.

Jurnalisme online adalah salah satu prinsip jurnalistik yang di dalamnya terdapat proses pengumpulan,  penulisan, penyuntingan, hingga penyebarluasan informasi atau berita melalui internet. Konten yang disebarluaskan bersifat on demand (sesuai permintaan) melalui internet, di mana audiens dapat mengakses konten yang ingin dilihat pada perangkat apapun tanpa batasan ruang dan waktu. Audiens juga dapat berinteraksi dengan konten yang tersedia secara real-time, seperti memberi likes, komentar, hingga membagikan konten ke pengguna lainnya. Hampir seluruh perusahaan di industri media sudah menerapkan jurnalisme online di dalamnya. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan audiens akan informasi di setiap waktu. Mereka tidak lagi harus menunggu pagi hari untuk dapat membaca berita di koran atau majalah, karena mereka dapat dengan mudah mengakses berita terbaru secara real-time melalui internet.

Saat ini, jurnalisme memiliki fungsi yang sangat besar dalam memberikan informasi yang akurat, objektif, dan berimbang kepada masyarakat. Di tengah era digital saat ini, banyak masyarakat yang beralih ke berbagai platform media digital, seperti Instagram, TikTok, Website, Twitter, YouTube, dan sebagainya untuk mencari informasi. Hal ini mempengaruhi cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan media, yaitu dengan menerapkan jurnalisme multimedia, di mana sebuah konten diintegrasikan ke dalam bentuk video, audio, text, animasi, dan sebagainya. Ini membuat peran dari jurnalisme sendiri semakin penting dan kompleks.

AI SEBAGAI SALAH SATU TANTANGAN JURNALISME MASA DEPAN
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia jurnalisme di masa depan adalah penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Artificial Intelligence atau AI merupakan salah satu cabang dari ilmu komputer yang mempelajari dan meniru cara berpikir manusia, yang kemudian diimplementasikan pada mesin komputer (Kritiana, 2015). Menurut Ramadhan dalam (Kritiana, 2015) , AI mempunyai tujuan untuk menciptakan komputer-komputer yang dapat berpikir lebih cerdas dengan mesin yang berguna. Saat ini, sudah banyak teknologi artificial intelligence yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti virtual assistant yang berada di gadget kita, media sosial, search engine, GPS, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mulai muncul berbagai tools AI untuk membantu pekerjaan manusia. Contohnya, ChatGPT yang dapat menjawab segala pertanyaan yang kita ajukan, Chatsonic yang membantu dalam hal pembuatan artikel, dan sebagainya.

NewsGPT
Salah satu teknologi AI yang diterapkan di dunia jurnalisme adalah NewsGPT (newsgpt.ai). NewsGPT merupakan saluran berita pertama yang seluruhnya diproduksi oleh artificial intelligence atau AI, mulai dari penulisan artikel, pembuatan ilustrasi, news anchor, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan dari CEO NewsGPT, Alan Levy, yang dikutip dalam (Majumder, 2023), alasan munculnya NewsGPT ialah karena menurutnya saluran-saluran berita yang ada saat ini cenderung bias dan subjektif. Oleh karena itu, ia menciptakan NewsGPT agar pembaca dapat melihat fakta tanpa agenda tersembunyi atau bias.

Lalu bagaimana cara kerja dari NewsGPT ini? NewsGPT menggunakan natural language processing technology and machine learning (ML) algorithm. NewsGPT melakukan scan terhadap sumber-sumber berita, seperti website berita, agensi-agensi pemerintahan, dan media sosial dari seluruh dunia secara real-time. Data-data yang sudah dikumpulkan ini kemudian digunakan untuk membuat laporan berita yang dianggap terkini dan tidak memihak.

Di balik kelebihan yang dimiliki oleh NewsGPT dan Tools AI lainnya, tentunya terdapat kekurangan. Berita atau informasi yang ditayangkan oleh NewsGPT tidak dapat langsung  kita percaya, karena tidak ada bukti yang jelas, contohnya tidak ada liputan langsung dari lokasi kejadian. NewsGPT hanya mengambil data dari sumber-sumber berita yang tersebar di internet, yang bisa saja juga tidak akurat. Selain itu, berita yang disediakan oleh NewsGPT kurang aktual, berbeda dengan saluran berita biasa yang bahkan bisa langsung menayangkan berita darurat saat itu juga.

Tantangan

Meskipun memiliki kekurangan, tetapi kemunculan artificial intelligence dalam jurnalisme tentunya dapat menimbulkan tantangan yang lebih besar kepada jurnalis dan pekerja media lainnya.

- Hilangnya lapangan pekerjaan. Jika hal ini terus berkembang dengan baik, maka beberapa tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, seperti verifikasi data, analisis data, dan penulisan artikel berita dapat digantikan oleh AI. Akibatnya, banyak lapangan pekerjaan yang ditutup.
- Jurnalis semakin dituntut untuk menjaga keakuratan dan kebenaran berita, karena AI juga dapat menyebarkan berita yang salah.
- Penggunaan AI dalam jurnalisme juga dapat menimbulkan masalah etika, seperti akses universal, keamanan, privasi, dan transparansi.
- Jurnalis perlu memahami dan menguasai teknologi AI agar dapat memanfaatkannya secara efektif dan bijak.

Solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi munculnya teknologi AI seperti NewsGPT dalam jurnalisme adalah:

- Meningkatkan kualitas dan keahlian jurnalis: Dalam menghadapi kemunculan NewsGPT, jurnalis perlu meningkatkan kualitas dan keahlian mereka agar dapat bersaing dengan teknologi AI. Jurnalis perlu memahami dan menguasai teknologi AI agar dapat memanfaatkannya secara efektif dan bijak.


- Memanfaatkan teknologi AI dengan bijak: Penggunaan teknologi AI dalam jurnalisme dapat membantu media dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi konten, serta mengurangi biaya produksi. Namun, penggunaan teknologi AI juga dapat menimbulkan beberapa masalah etika, seperti keamanan, privasi, dan transparansi. Oleh karena itu, jurnalis perlu memanfaatkan teknologi AI dengan bijak dan mempertimbangkan dampaknya terhadap lapangan kerja dan kualitas konten yang dihasilkan.

- Membangun kerja sama dan kolaborasi: Untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi AI, perlu adanya kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan dan regulasi yang tepat, serta memfasilitasi investasi dalam pengembangan dan penggunaan teknologi AI. Masyarakat perlu didorong untuk memanfaatkan teknologi AI dengan bijak, serta dilibatkan dalam pengembangan dan penggunaan teknologi AI.

- Menjaga integritas dan kepercayaan audiens: Dalam menghadapi kemunculan NewsGPT, jurnalis perlu mempertahankan aspek kepercayaan audiens dengan memastikan bahwa penggunaan teknologi AI tidak mengorbankan kualitas dan integritas jurnalisme. Jurnalis perlu memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh teknologi AI akurat, terpercaya, dan tidak bias.

Tujuan dari adanya pengembangan teknologi AI sebenarnya patut untuk kita apresiasikan. Sebagai catatan, pilihan untuk mempercayai sebuah sumber berita tentunya menjadi pilihan masing-masing. Saat ini, untuk mempercayai sebuah platform berita, terlebih lagi yang hanya berbasis AI sangatlah tidak mudah. Hal ini dikarenakan masih banyak terjadi error dan kesalahan informasi di dalamnya. Bahkan, OpenAI juga mengklaim bahwa GPT 3.5 atau bahkan yang terbaru, tidak dapat dipercayai sepenuhnya. Oleh karena itu, kita harus dapat memanfaatkan dan menggunakan AI dengan bijak agar dapat berjalan beringinan.

Bagaimana menurut Anda?

Daftar Pustaka:

Kritiana, N. Z. (2015). Pembangunan Sistem Pakar Pengobatan Penyakit Menggunakan Obat Tradisional Suku Dayak Berbasis Web (Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta). Diakses dari https://e-journal.uajy.ac.id/8837/

Majumder, S. (2023). NewsGPT, World's First AI-Generated News Platform, Is Now Official. Is It A Threat To Media Professionals?. Diakses pada 22 Oktober 2023 https://news.abplive.com/technology/chatgpt/newsgpt-world-s-first-ai-generated-news-platform-is-now-official-is-it-a-threat-to-media-professionals-1588814


Widodo, Y. (2020). Buku Ajar Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun