MEDIA BARU
Saat ini kita sedang berhadapan dengan media baru atau yang biasanya disebut new media. Media baru menurut buku Widodo (2020, h. 13) berintegrasi dengan teknologi internet sehingga menghasilkan dan menyediakan konten informasi sesuai permintaan para pengguna. Internet adalah salah satu media yang sangat merepresentasikan media baru. Berkembangnya teknologi dan informasi menghasilkan perubahan terhadap tahapan dan proses dalam produksi berita. Saat ini, Internet dijadikan medium utama untuk melakukan penyebaran informasi kepada audiens tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Hal ini yang memunculkan jurnalisme online dan jurnalisme multimedia.
Jurnalisme online adalah salah satu prinsip jurnalistik yang di dalamnya terdapat proses pengumpulan,  penulisan, penyuntingan, hingga penyebarluasan informasi atau berita melalui internet. Konten yang disebarluaskan bersifat on demand (sesuai permintaan) melalui internet, di mana audiens dapat mengakses konten yang ingin dilihat pada perangkat apapun tanpa batasan ruang dan waktu. Audiens juga dapat berinteraksi dengan konten yang tersedia secara real-time, seperti memberi likes, komentar, hingga membagikan konten ke pengguna lainnya. Hampir seluruh perusahaan di industri media sudah menerapkan jurnalisme online di dalamnya. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan audiens akan informasi di setiap waktu. Mereka tidak lagi harus menunggu pagi hari untuk dapat membaca berita di koran atau majalah, karena mereka dapat dengan mudah mengakses berita terbaru secara real-time melalui internet.
Saat ini, jurnalisme memiliki fungsi yang sangat besar dalam memberikan informasi yang akurat, objektif, dan berimbang kepada masyarakat. Di tengah era digital saat ini, banyak masyarakat yang beralih ke berbagai platform media digital, seperti Instagram, TikTok, Website, Twitter, YouTube, dan sebagainya untuk mencari informasi. Hal ini mempengaruhi cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan media, yaitu dengan menerapkan jurnalisme multimedia, di mana sebuah konten diintegrasikan ke dalam bentuk video, audio, text, animasi, dan sebagainya. Ini membuat peran dari jurnalisme sendiri semakin penting dan kompleks.
AI SEBAGAI SALAH SATU TANTANGAN JURNALISME MASA DEPAN
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia jurnalisme di masa depan adalah penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Artificial Intelligence atau AI merupakan salah satu cabang dari ilmu komputer yang mempelajari dan meniru cara berpikir manusia, yang kemudian diimplementasikan pada mesin komputer (Kritiana, 2015). Menurut Ramadhan dalam (Kritiana, 2015) , AI mempunyai tujuan untuk menciptakan komputer-komputer yang dapat berpikir lebih cerdas dengan mesin yang berguna. Saat ini, sudah banyak teknologi artificial intelligence yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti virtual assistant yang berada di gadget kita, media sosial, search engine, GPS, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mulai muncul berbagai tools AI untuk membantu pekerjaan manusia. Contohnya, ChatGPT yang dapat menjawab segala pertanyaan yang kita ajukan, Chatsonic yang membantu dalam hal pembuatan artikel, dan sebagainya.
NewsGPT
Salah satu teknologi AI yang diterapkan di dunia jurnalisme adalah NewsGPT (newsgpt.ai). NewsGPT merupakan saluran berita pertama yang seluruhnya diproduksi oleh artificial intelligence atau AI, mulai dari penulisan artikel, pembuatan ilustrasi, news anchor, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan dari CEO NewsGPT, Alan Levy, yang dikutip dalam (Majumder, 2023), alasan munculnya NewsGPT ialah karena menurutnya saluran-saluran berita yang ada saat ini cenderung bias dan subjektif. Oleh karena itu, ia menciptakan NewsGPT agar pembaca dapat melihat fakta tanpa agenda tersembunyi atau bias.
Lalu bagaimana cara kerja dari NewsGPT ini? NewsGPT menggunakan natural language processing technology and machine learning (ML) algorithm. NewsGPT melakukan scan terhadap sumber-sumber berita, seperti website berita, agensi-agensi pemerintahan, dan media sosial dari seluruh dunia secara real-time. Data-data yang sudah dikumpulkan ini kemudian digunakan untuk membuat laporan berita yang dianggap terkini dan tidak memihak.
Di balik kelebihan yang dimiliki oleh NewsGPT dan Tools AI lainnya, tentunya terdapat kekurangan. Berita atau informasi yang ditayangkan oleh NewsGPT tidak dapat langsung  kita percaya, karena tidak ada bukti yang jelas, contohnya tidak ada liputan langsung dari lokasi kejadian. NewsGPT hanya mengambil data dari sumber-sumber berita yang tersebar di internet, yang bisa saja juga tidak akurat. Selain itu, berita yang disediakan oleh NewsGPT kurang aktual, berbeda dengan saluran berita biasa yang bahkan bisa langsung menayangkan berita darurat saat itu juga.
Tantangan
Meskipun memiliki kekurangan, tetapi kemunculan artificial intelligence dalam jurnalisme tentunya dapat menimbulkan tantangan yang lebih besar kepada jurnalis dan pekerja media lainnya.
- Hilangnya lapangan pekerjaan. Jika hal ini terus berkembang dengan baik, maka beberapa tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, seperti verifikasi data, analisis data, dan penulisan artikel berita dapat digantikan oleh AI. Akibatnya, banyak lapangan pekerjaan yang ditutup.
- Jurnalis semakin dituntut untuk menjaga keakuratan dan kebenaran berita, karena AI juga dapat menyebarkan berita yang salah.
- Penggunaan AI dalam jurnalisme juga dapat menimbulkan masalah etika, seperti akses universal, keamanan, privasi, dan transparansi.
- Jurnalis perlu memahami dan menguasai teknologi AI agar dapat memanfaatkannya secara efektif dan bijak.