Mohon tunggu...
Carolina Fika
Carolina Fika Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMP Negeri 1 Purbalingga

Bergerak Menuju Pendidikan Indonesia Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyemaian Bibit-bibit Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas

5 November 2022   17:02 Diperbarui: 5 November 2022   17:14 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aksi Nyata Modul 1.4

Judul  : Penyemaian Bibit Bibit Budaya Positif  Melalui Keyakinan Kelas

Oleh :  Ckarolina Fika Puspita Sari, S.Pd.Si

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.( Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional- Ki Hajar Dewantara, Hal : 10 )

Dalam proses "menuntun", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain. 

Di Kaitkan dengan Pendidikan karakter/Pendidikan budi pekerti, maka Pendidikan karakter di sekolah bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menumbuhkan moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat. 

Pendidikan karakter yang dapat menyiapkan murid menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan sendiri.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam UU NO. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bahwa 'pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Pendidikan karakter di sekolah diharapkan dapat selaras dengan fungsi dan tujuan Pendidikan nasional. Apakah kita sebagai pendidik telah memperhatikan tumbuhnya kecerdasan budi pekerti atau watak murid dalam proses belajarnya ? . Apa yang bisa kita lakukan sebagai pendidik untuk membantu murid menemukan budi pekerti atau wataknya, agar mereka menjadi manusia yang merdeka.

Untuk mengembangkan pendidikan karakter salah satunya dikembangkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif yang memuat nilai-nilai baik dalam keseharian yang baik pula tidak dapat tercipta secara instan.

Budaya positif ini haruslah diawali dengan perubahan paradigma warga sekolah tentang apa saja yang harus di perbaiki agar budaya positif dapat tercipta, nilai-nilai apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mewujudkannya, serta siapa saja yang terlibat dalam pencapaiannya. Perubahan paradigma ini bukan saja harus dimulai oleh siswa namun juga dimulai dari setiap warga sekolah yang terlibat.

Terutama guru yang memiliki peran sentral dalam pembentukan perilaku positif setiap harinya. Untuk dapat mengarahkan, membimbing serta mengawasi nilai yang diterapkan siswa, maka guru harus dapat menjadi tuntunan bukan tontona.

Guru harus dapat menjadi tauladan yang baik dalam awal mula terciptanya budaya positif. Hal sederhana yang dapat diambil sebagai contoh ialah pandangan tentang definisi disiplin. 

Bisa dikatakan hampir setiap guru menganggap bahwa disiplin erat kaitannya dengan konsekuensi atau yang dikenal sebagai hukuman, padahal disiplin lebih dari sekedar penerapan konsekuensi dan melibatkan banyak aspek lain seperti keinginan siswa untuk mengubah dirinya sendiri, atau dengan kata lain harus tumbuh motivasi intrinsik dalam diri siswa untuk mewujudkan disiplin positif.

Keyakinan Kelas Sebagai Bibit Tumbuhnya Budaya Positif

Sebagai langkah awal untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas yang seterusnya akan menjadi keyakinan kelas. Dalam pelaksanaannya,  membuat keyakinan kelas ini harus melibatkan peserta didik, dan seluruh warga sekolah. 

Budaya positif yang awalnya tumbuh dan berkembang di kelas ini, kemudian sedikit demi  ditularkan kepada semua warga sekolah. Karenanya, seorang guru penggerak bisa berbagi praktik baik yang telah diterapkannya ini dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah, tentunya setelah terlebih dulu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum

Keyakinan kelas merupakan nilai, sikap, serta perilaku yang disepakati oleh setiap warga kelas untuk dijalankan oleh setiap anggotanya demi terwujudnya budaya positif dalam kelas tersebut. 

Jika terjadi pelanggaran, guru dapat menjalankan segitiga restitusi agar peserta didik dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam dirinya untuk menjalankan keyakinan kelas. Keyakinan kelas ini menjadi gerakan kecil sebagai awalan yang dapat menentukan terciptanya budaya positif di sebuah sekolah.

Dimulai dari ruang-ruang kelas yang menjadi fondasi suatu sekolah, dibangunlah kebiasaan-kebiasaan baik yang diharapkan dapat diimplementasikan di ruang yang lebih besar yakni sekolah. Keyakinan kelas ini dirumuskan, disepakati, dan ditaati oleh setiap warga kelas karena setiap poinnya pun merupakan kesimpulan dari suara setiap orang di dalam kelas tersebut.

Keyakinan kelas sendiri bukanlah hal yang muluk-muluk namun berupa poin-poin sederhaan tentang sikap, nilai, atau perilaku apa yang dapat diterima oleh warga kelas. Misalnya, sebuah kelas memutuskan agar setiap anggotanya wajib melaksanakan piket sesuai jadwal yang berlaku, maka poin tersebut harus dilaksanakan dan ditaati secara bersama-sama oleh setiap warga kelas. 

Bisa jadi sebuah kelas menyepakati untuk mengutamakan tolerasi karena kelas tersebut ternyata memiliki anggota yang beragam asal etnis, agama, dan bahasa yang digunakan. Keyakinan kelas ini bersifat unik, dirumuskan melihat situasi dan kondisi di dalam suatu kelas itu sendiri.

Pelaksanaan keyakinan kelas secara masif dan kontinu di sekolah  tentu saja akan berdampak pada terbentuknya budaya positif sekolah. Sebuah perilaku baik yang dilakukan setiap hari dapat menjadi kebiasaan yang merupakan proses terbentuknya budaya. 

Budaya positif ini akan mendukung pembentukan karakter dan budi pekerti baik dari setiap warga sekolah. Terbentuknya budaya postif akan membuat sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan untuk membersamai dan menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.

Oleh : Carolina Fika Puspita Sari

Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 1 Purbalingga dan CGP Angkatan 6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun