Keyakinan kelas sendiri bukanlah hal yang muluk-muluk namun berupa poin-poin sederhaan tentang sikap, nilai, atau perilaku apa yang dapat diterima oleh warga kelas. Misalnya, sebuah kelas memutuskan agar setiap anggotanya wajib melaksanakan piket sesuai jadwal yang berlaku, maka poin tersebut harus dilaksanakan dan ditaati secara bersama-sama oleh setiap warga kelas.Â
Bisa jadi sebuah kelas menyepakati untuk mengutamakan tolerasi karena kelas tersebut ternyata memiliki anggota yang beragam asal etnis, agama, dan bahasa yang digunakan. Keyakinan kelas ini bersifat unik, dirumuskan melihat situasi dan kondisi di dalam suatu kelas itu sendiri.
Pelaksanaan keyakinan kelas secara masif dan kontinu di sekolah  tentu saja akan berdampak pada terbentuknya budaya positif sekolah. Sebuah perilaku baik yang dilakukan setiap hari dapat menjadi kebiasaan yang merupakan proses terbentuknya budaya.Â
Budaya positif ini akan mendukung pembentukan karakter dan budi pekerti baik dari setiap warga sekolah. Terbentuknya budaya postif akan membuat sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan untuk membersamai dan menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.
Oleh : Carolina Fika Puspita Sari
Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 1 Purbalingga dan CGP Angkatan 6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H