Aku bergegas memakai helm,mengambil tas berisi keperluan manggung dan kunci motor agar aku cepat-cepat pergi sebelum Anton datang.
***
"Tante Soledad..."kataku memperkenalkan diri pada anak perempuan itu. Usianya sekarang sudah 7 tahun. Sasha mungkin tak pernah ingat akan sosok seorang laki-laki yang berharap diakui sebagai ayahnya.
"Tante Soledad kakak perempuan mama."
Amelia mencoba membantu menjelaskan. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Amelia dan Sasha bisa mengunjungiku di liburan natal tahun ini. Setelah kepergian mereka dan juga mami. Aku memang tak bisa lagi menahan diri. Nasib yang ingin kuubah dengan cinta yang kumiliki dari mami dan Amelia, dua perempuan yang kupuja dalam hidupku dan juga Sasha yang hadir dalam hidupku selanjutnya ternyata tak sekuat kenyataan hidup yang harus kuterima.
Dalam kegamanganku, aku menemui papi di New York dan banyak bertukar pikiran dengannya sampai aku memutuskan untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang perempuan seutuhnya. Aku memang bahagia dan lepas dari beban hidup yang menekan karena selalu bersandiwara. Tapi tak bisa selalu merasa begitu saat mengingat mami, Amelia dan Sasha yang sangat kucintai dan ingin selalu kulindungi dalam sosok laki-laki sempurna meskipun dengan fisik yang mungkin tak sempurna.
"Apa kabar?"Amelia mencium pipiku.
Ciuman pertama darinya sejak kami saling mengenal. Amelia mungkin tak mengerti cerita hidupku. Tapi aku tahu perempuan selembut dia pasti tak pernah ingin menghilangkan bagian hidupnya yang sempat terisi oleh cintaku. Amelia mungkin tak pernah mencintai aku seperti rasa cintanya kepada Anton, tapi  pasti tak kalah besar dengan rasa terimakasih yang tak pernah disampaikannya kepada Anton yang pernah mencampakkannya.
"Tante Soledad..."Sasha memanggilku sambil berlari kepelukanku.
Aku baru ingat saat papi mencoba menjelaskan keadaannya kepadaku dulu.
"Menjadi transgender bukan pilihan hidup tapi garis nasib yang harus diterima dengan ikhlas."