Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Hari di Bulan Mei

10 Februari 2018   14:29 Diperbarui: 10 Februari 2018   14:38 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    Suatu hari dibulan Mei,saat aku berjalan melewati jalan setapak ditempat ini, diantara gerimis hujan yang seharusnya tak turun lagi...Aku terpaku melihatmu berdiri, memandang wajahku dari balik kacamatamu dan menunduk saat aku balik menatapmu. Mungkin kita hanya punya kesempatan satu kali ini untuk menyusuri jalan setapak ini bersama...rasanya tak mungkin untuk saat ini...tapi entah dimasa nanti.

"Kapan-kapan yang ngak tahu kapan."kataku untuk kesekian kali mungkin membuatmu bosan mendengarnya seperti tak ada jawaban yang lebih baik dari ini, memang hanya punya jawaban ini.

"Jangan pernah dipikirkan tapi cukup dirasakan."kataku lagi.

Aku tahu tak pernah bisa memberikan jawaban yang pasti sekalipun hanya  sepotong kata yang bisa melegakan hati,memang hanya punya jawaban ini seperti bintang yang terlalu jauh untuk diraih atau pelangi yang hanya bisa tampak sesekal isekalipun semua tampak indah namun sulit untuk dimiliki.

Suatu hari di bulan Mei,saat aku membayangkan kamu lagi dalam lukisan yang kubuat di pagi tadi,menciptakan sosok yang gagah dalam guratan warna cat yang disapu dengan sebuah kuas...sangat indah...dan memukau...melihatmu berdiri dan memandang gerimis, membawa seikat mawar putih yang mungkin ingin kau persembahan untuk aku yang duduk menanti....sekalipun nyatanya tak mungkin untuk saat ini...tapi entah diesok hari.

"Mengapa tak sedari dulu?kalau bisa bertemu dan merasa sedekat ini?"katamu setengah protes.

"Mungkin kita perlu mesin waktu,yang akan membawa ke saat dulu,saat banyak waktu dan kesempatan untuk merangkai cerita indah bersama dalam situasi yang tak terbatas,dalam kecupan hangat yang selalu ingin diulang,dalam dekapan yang tak ingin dilepas...tak bisa nyata untuk sekarang...tapi entah dimasa depan."

    Kucari berbagai cara untuk menemukan sebuah mesin waktu walau harus bersusah payah untuk menemukannya dan harga yg selangit untuk mendapatkannya.Kalau hari ini aku bisa ada di sini bersiap-siap untuk berpetualang dengan mesin waktu, berharap bertemu lagi denganmu dan membuat cerita baru yang mungkin akan membuat hidupku lebih baik dari hari ini, membuat kekosongan ini terisi dan kesepian tak lagi menjadi penghuni hati,karna selalu ada kamu, yang mengobarkan hasrat untuk bersama dalam pelukan yang tak pernah habis atau menyentuh bibirmu yang lembut dan membawanya dalam irama yang semakin cepat yang membuatku tak ingin berhenti melumatnya...aku ingin merasakannya saat ini ,walau harus menemuimu dimasa lalu akan kucoba, sekalipun dengan sebuah harga yang harus dibayar dengan sangat mahal...hidupku sendiri.

"Program ini sangat aman,tapi tetap ada kemungkinan gagal."profesor itu mengingatkan.

Aku harus menandatangani surat di atas materai bahwa tidak akan menuntut apapun kalau sampai program ini gagal.Aku menurut saja tak ingin terlalu lama berpikir yang akan membuatku semakin kuatir. Aku harus kembali ke masa lalu untuk bertemu denganmu.

Suatu hari dibulan Mei,aku siap masuk ke dalam ruang kaca itu,memakai jaket,sepatu boot dan helm berwarna putih menunggu dengan berdebar saat bersiap mengarungi waktu dengan mesin ini. Mataku hanya tertuju pada jari-jari profesor itu, dalam hitungan yang ketiga aku akan pindah ke satu masa. Terasa seperti ditarik kepusaran waktu. Mungkin membuatku mual bahkan takut yang luar biasa karena berada di pusaran waktu sendirian...ternyata...berhasil.

***

Aku berada di masa lalu. Masih dibulan Mei diwaktu lalu ,dengan udara sedikit panas karena memang musim hujan sudah lewat. Aku berdiri di jalan setapak ini,jalan yang menghubungkan antara rumahmu,rumahku dan sekolah kita,saat kutahu kalau kamu selalu berdiri memandangku walau tak pernah berani menghampiri. Tak lama seorang gadis muncul dengan rok selutut ,rambut dikepang dua dan tas selempang yang menyandar di bahunya, pasti dia melihatmu walau tak pernah menyapa, hanya melempar senyum yang membuatmu ternganga . Aku tertawa melihat pemandangan ini.

"Kalian tak pernah menyangka, suatu saat akan menyesali kebodohan ini."batinku dalam hati.

Kuhampiri gadis itu yang terheran-heran karena merasa tak pernah mengenalku tapi seperti melihat wajahnya sendiri di masa nanti.

"Surat dari dia."kataku sambil menyerahkan sepucuk surat yang kutulis atas namamu.

"Maukah kamu bersahabat denganku?Memberi kesempatan kepadaku untuk lebih mengenalmu?Kalau kamu bersedia tunggu aku siang ini di gerbang sekolah."Aku melihat gadis itu tersenyum setelah membacanya,melipat surat itu dan memasukkannya dalam tas sekolah.

"Terimakasih,Kak."katanya sambil berlalu dan gadis itu adalah...aku.

    Kutemui kamu sesaat setelah pertemuanku tadi,memberikan sepucuk surat dengan isi yang sama yang kamu baca dengan pipi yang lama kelamaan memerah dan tingkah yang lucu karena berkali-kali mencium tanganku dan mengucapkan terimakasih. Cerita selanjutnya pasti mudah ditebak,karena setelah itu kamu dan aku terus bersama, melewati setiap hari di sekolah dalam kebersamaan tidak hanya waktu berangkat ke sekolah,waktu istirahat,pulang sekolah bahkan membuat PR bersama. Masa remaja yang kita lewati bersama sekalipun diwarnai dengan riak-riak pertengkaran tapi perasaan cinta itu pasti semakin dalam yang membuat kamu dan aku selalu memenuhi janji untuk menjaga kesetiaan dan merenda masa depan dengan beragam impian.

Aku pindah ke lima tahun berikutnya....melihatmu menggenggam tanganku dalam balutan gaun putih panjang,menyematkan cincin ke jari manis ku,mencium bibirku setelah mengucapkan janji bersama, perjuanganku ternyata tak sia-sia...membuataku yakin untuk  kembali  ketahun semula, dimana aku ada bukan lagi bersamamu yang sudah menikah dengan wanita lain ,tapi menungguku di jalan setapak itu,membawa seikat mawar putih yang selalu kau beri disetiap ulang tahun perkawinan kita, menantiku di bawah selimut yang akan membawa kita dalam indahnya cinta yang menggelora.

Aku bersiap untuk pulang dengan memakai pakaian yang sama saat aku datang.Melewati pusaran waktu yang membuatku mual dan ketakutan tapi ternyata tidak...aku hanya merasa melayang di udara dengan gaun putih yang sama saat aku bersanding denganmu, tapi aku tersesat disebuah tempat yang belum pernah kudatangi sebelumnya,tempat yang tenang yang hanya terdengar nyanyian indah dan musik yang mengalun dengan merdu membuat hatiku terasa damai. Tak ada lagi kekosongan jiwa,tak ada lagi kesendirian yang membuatku terasa hampa...hanya...aku tak menemukan dirimu.

Tak ada wajah yang memandangku dari balik kacamatamu,tak ada setangkai mawarputih yang akan kau berikan untukku...aku benar-benar tak menemukanmu...

"Sudah tak tertolong lagi."kata dokter yang memeriksa denyut  nadiku.Mesin yang membantuku untuk bernafas juga sudah dicabut,yang ada hanya isak tangis dari sanak keluarga yang menunggu di kamar itu dan seorang pria yang berdiri disudut ruangan dengan memakai kacamata dan membawa seikat mawar putih ditangannya yaitu...kamu.

Suatu hari di bulan Mei, aku melihatmu berdiri di jalan setapakitu,memandang wajahku dengan seulas senyum manis di bibirmu. Menyerahkan setangkai mawar putih yang khusus kau bawa untukku. Diantara gerimis hujan dibulan May aku tahu tak bisa lagi menatap wajahmu ,sekalipun aku ingin. Tak lagi bisa menjanjikan mimpi untuk menghabiskan masa tua bersama, sekalipun akumau...tak lagi bisa berkata...

"Suatu hari...kita tak pernah tahu...seandainya mimpi itu bisa menjadi nyata yang akan mempertemukan kamu dan aku dalam cinta yang tak pernah pupus sekalipun masa terus berganti dan umur semakin berkurang."

Aku tak pernah menemukan mesin waktu itu, tak pernah kembali ke masa dulu,tak pernah bertemu denganmu di masa itu. Semua tetap terjadi seperti awalnya tetap hanya mimpi yang terucap dan janji yang tak pernah bisa ditepati bahkan waktu yang semakin habis karena tak bisa menghindar dari jalan hidup yang telah digariskanNYA.

Suatu hari di bulan Mei...hanya ini kenangan yang tersisa...sebuah lukisan yang sempat kubuat sebelum penyakit itu datang menyerang dan sebait lagu yang sempat kunyanyikan untukmu diawal perjumpaan kita dulu...

Like a summer breeze so soft

Like a rose you bring me near

And I kiss your lips so sweat

Soft like the rain and gentle as

The morning dew in May...

You make my world so colorful

I never had it so good

My love I thank you for all the love

You gave to me...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun