"Sudah tak tertolong lagi."kata dokter yang memeriksa denyut  nadiku.Mesin yang membantuku untuk bernafas juga sudah dicabut,yang ada hanya isak tangis dari sanak keluarga yang menunggu di kamar itu dan seorang pria yang berdiri disudut ruangan dengan memakai kacamata dan membawa seikat mawar putih ditangannya yaitu...kamu.
Suatu hari di bulan Mei, aku melihatmu berdiri di jalan setapakitu,memandang wajahku dengan seulas senyum manis di bibirmu. Menyerahkan setangkai mawar putih yang khusus kau bawa untukku. Diantara gerimis hujan dibulan May aku tahu tak bisa lagi menatap wajahmu ,sekalipun aku ingin. Tak lagi bisa menjanjikan mimpi untuk menghabiskan masa tua bersama, sekalipun akumau...tak lagi bisa berkata...
"Suatu hari...kita tak pernah tahu...seandainya mimpi itu bisa menjadi nyata yang akan mempertemukan kamu dan aku dalam cinta yang tak pernah pupus sekalipun masa terus berganti dan umur semakin berkurang."
Aku tak pernah menemukan mesin waktu itu, tak pernah kembali ke masa dulu,tak pernah bertemu denganmu di masa itu. Semua tetap terjadi seperti awalnya tetap hanya mimpi yang terucap dan janji yang tak pernah bisa ditepati bahkan waktu yang semakin habis karena tak bisa menghindar dari jalan hidup yang telah digariskanNYA.
Suatu hari di bulan Mei...hanya ini kenangan yang tersisa...sebuah lukisan yang sempat kubuat sebelum penyakit itu datang menyerang dan sebait lagu yang sempat kunyanyikan untukmu diawal perjumpaan kita dulu...
Like a summer breeze so soft
Like a rose you bring me near
And I kiss your lips so sweat
Soft like the rain and gentle as
The morning dew in May...
You make my world so colorful