Akhir-akhir ini ramai pemberitaan di media sosial yang mengabarkan tentang perilaku pesepeda yang melanggar ketentuan berlalu lintas. Ambil satu contoh, ketika gerombolan pesepeda masuk ke jalan tol dan bersepeda melawan lalu lintas.Â
Sontak kejadian yang melanggar hukum ini menjadi perhatian masyarakat, para gerombolan pesepeda ini pun akhirnya sudah diadili oleh pihak yang berwenang.Â
Memang perilaku pesepeda ini salah dan melanggar ketentuan yang berlaku dan layak diadili. Namun di balik pemberitaan ini terdapat nada-nada sumbang yang men"generalisir" pesepeda sebagai oknum yang tidak bertanggung jawab.
Dari pemberitaan-pemberitaan yang saya amati, ketika terjadi pelanggaran oleh pesepeda semua sepakat mengecap pesepeda sebagai orang yang immoral dan juga arogan. Bahkan di salah satu televisi, salah satu pembawa acara meragukan apakah sebaiknya pesepeda diberikan ruang untuk berkendara di jalan perkotaan karena perilakunya yang tidak beradab ini.[1]
Komentar dari warganet pun hampir semuanya sepakat bahwa pesepeda hanya bisa melanggar peraturan lalu lintas, apalagi katanya pesepeda sangat galak kalau di klakson sehingga pengendara mobil yang harus lebih waras memilih untuk mengalah.[2]
Senada dengan hal itu, wacana untuk menetapkan peraturan kepada pesepeda yang melanggar lalu lintas datang dari Polda Metro Jaya. Dikatakan bahwa pesepeda dapat dikenakan tilang jika berkendara di luar jalur yang disediakan. Sehingga jika terjadi kecelakaan di jalur sepeda, maka yang bersalah adalah pesepedanya itu sendiri.[3]
Perilaku melanggar lalu lintas oleh pesepeda memang sudah seharusnya tidak dilakukan, namun bukan berarti kita bisa begitu saja mengkambingkhitamkan segala jenis pelanggaran lalu lintas kepada pesepeda saja.
Kita harus mampu menyelami lebih dalam mengapa perilaku seperti ini bisa terjadi, tidak hanya berhenti pada pengaturan-pengaturan berperilaku melalui sanksi dan hukuman saja.
Pada tulisan ini saya akan coba membuka pandangan mengenai alasan mengapa pesepeda "melanggar" ketentuan berlalu lintas bahwa alasan yang dipilih merupakan rasional dari keterbatasan yang ada. Serta bagaimana persoalan ini tidak hanya seputar himbauan tetapi juga persoalan keberpihakkan pembangunan kota.
Semua Pengguna Jalan adalah Kriminal
Berapa banyak dari anda yang seharusnya pelan-pelan saat rambu berwarna kuning tetapi malah melaju kendaraan lebih kencang sehingga bisa melewati persimpangan? Semoga saja tidak pernah, namun sepertinya sangat jarang.Â