Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Menyambut New Normal, Sesiap Apa Kondisi Transportasi Kita?

26 Mei 2020   16:31 Diperbarui: 27 Mei 2020   16:50 2423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang yang berjarak saat melakukan physical distancing, sumber: mediaindonesia.com/

Grafik di bawah ini menggambarkan persebaran dengan sumbu y presentase moda transportasi umum, pejalan kaki, dan sepeda. Sedangkan sumbu x menggambarkan moda transportasi pribadi.

Mode shares kota-kota (dok: LTA Academy)
Mode shares kota-kota (dok: LTA Academy)
Kita dapat amati bersama, kota-kota seperti Tokyo, Hongkong, Paris, dan Barcelona dapat dikatakan memiliki infrastruktur transportasi umum, pejalan kaki, dan sepeda yang baik dengan proporsi penggunaan moda yang sangat tinggi (proporsi mencapai lebih dari 80%) [6]. 

Kota seperti London dan kota/negara tetangga seperti Singapura juga memiliki pembagian moda transportasi yang cukup baik dengan proporsi penggunaan kendaraan pribadi yang hanya tidak lebih dari 45%.

Mode shares Jabodetabek (dok: LTA Academy)
Mode shares Jabodetabek (dok: LTA Academy)
Lalu bagaimana dengan kota di Indonesia? Kita ambil contoh di kota Jakarta, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statisik mengenai data Komuter Jabodetabek tahun 2019[7].

Didapatkan bahwa pergerakan dari rumah ke kantor yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 78,4% (mencakup motor, ojek online, mobil, mobil online, mobil jemputan), dengan penggunaan transportasi umum sebesar 20,4% dan pejalan kaki serta bersepeda yang hanya mencapai 1,2%! 

Gambaran penggunaan moda transportasi ini menggambarkan warga Jakarta yang masih sangat amat bergantung dengan penggunaan transportasi pribadi dalam bergerak.

Lalu jika dikontekskan dengan kondisi pandemi sekarang, bukannya hal itu menunjukkan kabar baik, bahwa banyak warga Jakarta yang bisa menggunakan kendaraan pribadi sehingga terhindar dari penyebaran virus?

Kembali ke argumen di awal. Pertama, tidak semua kelompok masyarakat mampu memiliki kendaraan pribadi. Jikapun mampu maka hal tersebut akan memberatkan ekonomi hariannya. 

Banyaknya orang yang menggunakan kendaraan pribadi bukan menunjukkan tingkat ekonomi yang semakin baik, malah justru terjadi kebalikannya. Sebanyak 63,3% komuter yang menggunakan kendaraan motor dapat diasumsikan berasal dari kelompok ekonomi menengah, dan menengah bawah. 

Pengeluaran per bulan yang harus disisihkan untuk kebutuhan transportasi mulai dari cicilan, servis motor, bensin, dapat menguras kocek cukup dalam. Grafik di bawah menunjukkan semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin tinggi pula pengeluaran untuk melakukan pergerakan selama sebulan.

Presentase pengeluran masyarakat di bidang transportasi berdasarkan pemasukan per bulan (dok: LTA Academy)
Presentase pengeluran masyarakat di bidang transportasi berdasarkan pemasukan per bulan (dok: LTA Academy)
Pada kelompok masyarakat berpendapatan di bawah 1 juta rupiah, sebanyak 36,15% (23,17%+12,98%) mengeluarkan biaya bulanan lebih dari 300.000 atau sebesar 30% dari total pendapatan mereka. Bayangkan jika pengeluaran ini bisa diminimalisir dengan penyediaan transportasi umum sehingga pengeluaran bisa difokuskan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun