Setelah hidup selama 20 tahun menyandang nama belakang ayah yang seorang Toraja, untuk pertama kalinya saya berkesempatan untuk mengunjungi tanah tersebut. Kunjungan ke Sulawesi Selatan ini akan ditempuh dengan banyak perjalanan darat dengan rute: Makassar --> Pare-Pare --> Toraja --> Bone --> Bantimurung --> Makassar.
Hari Pertama
Pesawat kami landing di Makassar pada pukul 09.00 WIT, kami telah merencanakan untuk menyewa mobil selama satu minggu. Langsung saja kami melakukan perjalanan darat menuju Kota Pare-Pare.
Selama perjalanan kami disajikan dengan pemandangan perumahan, namun bukan perumahan biasa yang anda sering lihat di kota-kota Jawa. Rumah-rumah disini terbangun dengan konsep rumah panggung dengan ujung atap yang saling menyilang. Tidak perlu khawatir perjalanan 8 jam ini membuat perut Anda lapar, karena banyak sekali makanan yang bisa Anda coba.
Hari Kedua
Perjalanan mendaki menuju Toraja memberikan kesan tersendiri. Jalannya begitu curam dan berliku sehingga bagi anda yang gampang mabuk mungkin sedari awal meminum obat anti mabuk dahulu. Tana Toraja yang memiliki tingkat elevasi sekitar 1500 meter di atas permukaan laut memberikan pemandangan yang menakjubkan sepanjang perjalanan, anda akan terkesima dengan barisan bukit yang membentang, seperti foto berikut ini :
Jasad nya akan diformalinkan dan disimpan di rumah sampai sang keluraga mampu membiayai upacara pemakaman. Untuk keluarga yang kekurangan/ masih mengumpulkan dana, jasadnya bisa di rumahnya sampai bertahun-tahun, namun bagi yang sudah memiliki dana biasanya 3-4 hari kemudian langsung di”makamkan” di kuburan batu yang akan saya jelaskan sebentar lagi.
Hari Ketiga
Perjalanan berikutnya kami bergegas ke sebuah situs goa kuburan bernama Lando (30 menit menaiki mobil dari pusat kota).
Tidak hanya di luar, terdapat juga jasad-jasad yang diletakkan di dalam goa. Sesajen yang diberikan beragam, mulai dari barang personalnya, fanta, ataupun rokok. Anehnya tidak tercium bau jasad/formalin di dalam goa ini, yang tercium hanyalah kelembapan dari goa itu sendiri. Bagi Anda yang akan memasuki goa ini bisa menyewa orang untuk membawa lentera (dengan membayar 25 rb) atau mempersiapkan penerangan sendiri.
Tidak hanya mengunjungi Lando, kami berangkat ke situs berikutnya, yakni: Lokomata. Dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam kesana dari pusat kota. Dianjurkan untuk berangkat siang hari agar pulangnya tidak terlalu sore, dikarenakan jalannya yang sangat sempit dan berbahaya (jalan yang normalnya hanya untuk satu jalur mobil saja, tidak terdapat pengamanan. Jalannya curam, terkadang banyak mobil yang mogok ditengah jalan)
Jadi batu besar ini dipahat ke dalam sebesar peti mati dari jasad yang akan dimasukan. Batu-batuan ini terbuat dari struktur yang sangat keras, dan ini sudah berlangsung sejak dahulu sekali. Terdapat cerita bahwa orang-orang Toraja zaman dahulu memiliki ilmu untuk menganalisis urat batu, sehingga memudahkan proses pemahatan.
Perjalanan pergi dan pulang dari tempat ini memberikan pemandangan yang “breathtaking”
Hari Keempat
Destinasi berikutnya yang bisa anda kunjungi adalah Ketekesu, tidak jauh berbeda dengan Lando, namun bedanya tempat ini memberikan ciri khas tersendiri berupa rumah asli Toraja dan Tongkonannya serta rumah batu pemakaman yang berbeda.
Berikutnya kami mengunjungi Patung Yesus tertinggi di dunia (tertinggi dalam hal elevasi patung tersebut) yang terletak di Buntu Burake. Butuh waktu dua jam untuk sampai sini (jika ingin kesini lebih baik bersama orang-orang lokal, karena kami sempat tersesat karena hanya mengandalkan Google Map)
Hari Kelima
Hari ini merupakan hari terakhir kami di Tana Toraja, pada waktu subuh kami akan mengunjungi tempat yang dinamai “Negeri di atas Langit”. Tempat ini dapat disandingkan dengan pemandangan Tumphuk Setumbu Yogyakarta, ataupun Pemandangan Gunung Bromo pada pagi hari. Jika anda berencana untuk pergi ke sini disarankan untuk pergi pada pukul 04.00 pagi dan pastikan mobil anda ber CC besar dengan driver yang handal (karena jalan yang gelap dan berbahaya serta jalanan yang masih berbatu)
Hari Keenam
Dari Bone menuju Makassar kami menempuh 5 jam perjalanan. Sebelum kembali sempatkan diri anda untuk mengunjungi Taman Nasional Bantimurung, cuma membutuhkan waktu satu jam dari kota Makassar.
Ada baiknya jika ingin mengunjungi tempat ini pada bulan Juni/Agustus, karena ketika kami sampai disana hujan ringan sehingga sedikit kupu-kupu yang berkeliaran. Taman Nasional ini bukan hanya tentang kupu-kupu, tetapi juga terdapat goa-goa stalaktit yang dapat kita jelajahi.
Indonesia menyimpan banyak sekali potensi wisata, tidak hanya di pulau Jawa. Beranikan diri dan siapkan keuangan Anda untuk bisa menjelajahi wisata-wisata yang tersebar di seluruh Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H