Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Merayakan Kematian dengan Budaya Toraja

3 Januari 2017   12:31 Diperbarui: 3 Januari 2017   13:35 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah asli Toraja, dokumentasi pribadi 2016

Destinasi berikutnya yang bisa anda kunjungi adalah Ketekesu, tidak jauh berbeda dengan Lando, namun bedanya tempat ini memberikan ciri khas tersendiri berupa rumah asli Toraja dan Tongkonannya serta rumah batu pemakaman yang berbeda.

Rumah asli Toraja, dokumentasi pribadi 2016
Rumah asli Toraja, dokumentasi pribadi 2016
Di Tempat ini anda dapat melihat rumah-rumah Toraja asli yang dilestarikan. Di bagian depannya terdapat tanduk kerbau sebagai penanda anggota keluarga yang telah meninggal.

buyut, dokumentasi pribadi 2016
buyut, dokumentasi pribadi 2016
Menjadi kesempatan khusus bagi saya, setelah diceritakan oleh nenek saya bahwa saya memiliki buyut yang memiliki rumah batu tersendiri. Mereka berdua merupakan saudara yang akhirnya menikah.

Berikutnya kami mengunjungi Patung Yesus tertinggi di dunia (tertinggi dalam hal elevasi patung tersebut) yang terletak di Buntu Burake. Butuh waktu dua jam untuk sampai sini (jika ingin kesini lebih baik bersama orang-orang lokal, karena kami sempat tersesat karena hanya mengandalkan Google Map)

Patung Yesus dengan tingkat elevasi tertinggi di dunia, dokumentasi pribadi 2016
Patung Yesus dengan tingkat elevasi tertinggi di dunia, dokumentasi pribadi 2016
Keindahan patung ini dilengkapi dengan pemandangan menakjubkan. Arah Patung Yesus ini dibangun dengan menghadap ke arah Kota Makale. Pemandangan dari tempat ini begitu menakjubkan. Anda bisa menikmati kota Makale dari sini. Bedanya dengan pemandangan-pemandangan bukit dibandingkan dengan kota-kota di Pulau Jawa adalah : disini belum banyak daerah terbangun, sehingga yang akan anda lihat banyakya hamparan hutan berlapis gunung.

Hari Kelima

Hari ini merupakan hari terakhir kami di Tana Toraja, pada waktu subuh kami akan mengunjungi tempat yang dinamai “Negeri di atas Langit”. Tempat ini dapat disandingkan dengan pemandangan Tumphuk Setumbu Yogyakarta, ataupun Pemandangan Gunung Bromo pada pagi hari. Jika anda berencana untuk pergi ke sini  disarankan untuk pergi pada pukul 04.00 pagi dan pastikan mobil anda ber CC besar dengan driver yang handal (karena jalan yang gelap dan berbahaya serta jalanan yang masih berbatu)

kabut tipis yang menyelimuti kota Makale, dokumentasi pribadi 2016
kabut tipis yang menyelimuti kota Makale, dokumentasi pribadi 2016
Perjalanan menuju Makassar kami tempuh melalui jalur tengah/timur dan menginap di (butuh waktu 7 jam) Kota Bone

Hari Keenam

Dari Bone menuju Makassar kami menempuh 5 jam perjalanan. Sebelum kembali sempatkan diri anda untuk mengunjungi Taman Nasional Bantimurung, cuma membutuhkan waktu satu jam dari kota Makassar. 

Ada baiknya jika ingin mengunjungi tempat ini pada bulan Juni/Agustus, karena ketika kami sampai disana hujan ringan sehingga sedikit kupu-kupu yang berkeliaran. Taman Nasional ini bukan hanya tentang kupu-kupu, tetapi juga terdapat goa-goa stalaktit yang dapat kita jelajahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun