Jasad nya akan diformalinkan dan disimpan di rumah sampai sang keluraga mampu membiayai upacara pemakaman. Untuk keluarga yang kekurangan/ masih mengumpulkan dana, jasadnya bisa di rumahnya sampai bertahun-tahun, namun bagi yang sudah memiliki dana biasanya 3-4 hari kemudian langsung di”makamkan” di kuburan batu yang akan saya jelaskan sebentar lagi.
Hari Ketiga
Perjalanan berikutnya kami bergegas ke sebuah situs goa kuburan bernama Lando (30 menit menaiki mobil dari pusat kota).
Tidak hanya di luar, terdapat juga jasad-jasad yang diletakkan di dalam goa. Sesajen yang diberikan beragam, mulai dari barang personalnya, fanta, ataupun rokok. Anehnya tidak tercium bau jasad/formalin di dalam goa ini, yang tercium hanyalah kelembapan dari goa itu sendiri. Bagi Anda yang akan memasuki goa ini bisa menyewa orang untuk membawa lentera (dengan membayar 25 rb) atau mempersiapkan penerangan sendiri.
Tidak hanya mengunjungi Lando, kami berangkat ke situs berikutnya, yakni: Lokomata. Dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam kesana dari pusat kota. Dianjurkan untuk berangkat siang hari agar pulangnya tidak terlalu sore, dikarenakan jalannya yang sangat sempit dan berbahaya (jalan yang normalnya hanya untuk satu jalur mobil saja, tidak terdapat pengamanan. Jalannya curam, terkadang banyak mobil yang mogok ditengah jalan)
Jadi batu besar ini dipahat ke dalam sebesar peti mati dari jasad yang akan dimasukan. Batu-batuan ini terbuat dari struktur yang sangat keras, dan ini sudah berlangsung sejak dahulu sekali. Terdapat cerita bahwa orang-orang Toraja zaman dahulu memiliki ilmu untuk menganalisis urat batu, sehingga memudahkan proses pemahatan.
Perjalanan pergi dan pulang dari tempat ini memberikan pemandangan yang “breathtaking”
Hari Keempat