Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Merayakan Kematian dengan Budaya Toraja

3 Januari 2017   12:31 Diperbarui: 3 Januari 2017   13:35 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
goa yang terdiri dari stalaktit, dokumentasi pribadi 2016

Jasad nya akan diformalinkan dan disimpan di rumah sampai sang keluraga mampu membiayai upacara pemakaman. Untuk keluarga yang kekurangan/ masih mengumpulkan dana, jasadnya bisa di rumahnya sampai bertahun-tahun, namun bagi yang sudah memiliki dana biasanya 3-4 hari kemudian langsung di”makamkan” di kuburan batu yang akan saya jelaskan sebentar lagi.

Hari Ketiga

Perjalanan berikutnya kami bergegas ke sebuah situs goa kuburan bernama Lando (30 menit menaiki mobil dari pusat kota).

peti-peti mati yang ditumpuk di dinding goa, dokumentasi pribadi, 2016
peti-peti mati yang ditumpuk di dinding goa, dokumentasi pribadi, 2016
Ini adalah pemandangan yang akan anda lihat jika berkunjung ke sini. Pada bagian paling atas merupakan peti-peti jasad yang terdahulu. Peti matinya masih berbentuk perahu tradisional, untuk jasad-jasad yang baru diletakkan di bawah dengan bentuk yang sudah biasa kita lihat. Tumpukan peti ini bukan hanya sekedar pajangan masa lalu, karena tempat ini masih digunakan untuk menyimpan jasad dari orang-orang Toraja.

Tidak hanya di luar, terdapat juga jasad-jasad yang diletakkan di dalam goa. Sesajen yang diberikan beragam, mulai dari barang personalnya, fanta, ataupun rokok. Anehnya tidak tercium bau jasad/formalin di dalam goa ini, yang tercium hanyalah kelembapan dari goa itu sendiri. Bagi Anda yang akan memasuki goa ini bisa menyewa orang untuk membawa lentera (dengan membayar 25 rb) atau mempersiapkan penerangan sendiri.

Tidak hanya mengunjungi Lando, kami berangkat ke situs berikutnya, yakni: Lokomata. Dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam kesana dari pusat kota. Dianjurkan untuk berangkat siang hari agar pulangnya tidak terlalu sore, dikarenakan jalannya yang sangat sempit dan berbahaya (jalan yang normalnya hanya untuk satu jalur mobil saja, tidak terdapat pengamanan. Jalannya curam, terkadang banyak mobil yang mogok ditengah jalan)

pahatan batu besar, dokumentasi pribadi, 2016
pahatan batu besar, dokumentasi pribadi, 2016
Jika Lando memberikan kita goa alami yang celah-celahnya dimanfaatkan untuk memasukan jasad. Lokomata juga memiliki fungsi yang sama untuk menyimpan jasad. Namun bedanya situs ini layaknya berupa sebuah “batu besar yang dipahat dengan tangan”.

Jadi batu besar ini dipahat ke dalam sebesar peti mati dari jasad yang akan dimasukan. Batu-batuan ini terbuat dari struktur yang sangat keras, dan ini sudah berlangsung sejak dahulu sekali. Terdapat cerita bahwa orang-orang Toraja zaman dahulu memiliki ilmu untuk menganalisis urat batu, sehingga memudahkan proses pemahatan.

Perjalanan pergi dan pulang dari tempat ini memberikan pemandangan yang “breathtaking”

Jejeran sawah dengan rumah Toraja dibawahnya.dokumentasi pribadi, 2016
Jejeran sawah dengan rumah Toraja dibawahnya.dokumentasi pribadi, 2016

Hari Keempat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun