Ada tiga sosok yang aku kenal bernama Ummi Kultsum.
Pertama adalah putri ketiga Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra, setelah Zainab dan Ruqayyah. Ia menjadi istri Sahabat Utsman bin Affan.
Ummi Kultsum cahaya kehidupan yang mendapat tarbiyah langsung dari Rasulullah.
Saat wafat pada bulan Syaban tahun ke-9 hijrah, jenazahnya dimandikan oleh Asma binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib, dan ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang pohon palem yang baru ditebang.
Pada saat pemakamannya, Rasulullah Saw. duduk di dekat kuburan Ummi Kultsum dengan berlinang air mata.
Ummi Kultsum binti Muhammad SAW adalah satu di antara bidadari penghuni surga.
Kedua adalah penyanyi, penulis lagu dan aktris kenamaan Mesir yang dijuluki sebagai Kawkab al-Sharq Bintang dari Timur.
Ummi Kultsum dikenal dengan kemampuan dan gaya vokalnya yang luar biasa, dan ia merupakan salah satu penyanyi Arab terbesar dan paling berpengaruh di abad ke-20, di mana ia telah menjual lebih dari 80 juta rekaman di seluruh dunia.
Ia dikenal dengan kehidupan yang sederhana dan menghindari atraksi gaya hidup bohemian. Ia menjaga dengan ketat asal usulnya yang sederhana serta nilai konservatif yang diajarkan orang tuanya.
Salou qalbi ("Tanyakan Hatiku"), Woulida el Houda("Nabi itu Lahir"), El Awwila Fi'l Gharam ("Pertama dalam Cinta"), Ana Fi Intizarak ("Aku Menunggumu"), "Enta Omri" (Kau Adalah Hidupku), "Amal Hayati" ("Harapan Hidupku"),Fakkarouni" ("Mereka Mengingatkanku), dan lain sebagainya adalah lagu-lagu terkenal yang dinyanyikan Penyanyi legendaris kelahiran 31 Desember 1898.
Ummi Kultsum wafat pada 3 Februari, 1975, pada usia 76 tahun. Prosesi pemakamannya menjadi acara nasional yang menarik audiensi yang lebih besar daripada mendiang presiden Mesir saat itu.
Ummi Kultsum Ketiga tidak memiliki hubungan geneologi dengan Nabi Muhammad SAW. Ia hanya perempuan biasa dari pasangan Bapak Bisri dan Emak Ratminah di kampung kecil, Jeruk Leueut Sindangwangi Majalengka Jawa Barat.
Perjalanan hidupnya pun tidak memiliki hal penting yang perlu dicatat sejarah.
Sebagaimana orang biasa yang berusaha bertahan hidup dengan kerja keras, Ia memiliki prinsip seperti yang ditulis Pramoedya Ananta Toer, "Selama orang masih suka bekerja, dia masih suka hidup dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut".
Kisah pernikahan Ceu Ucum, demikian orang-orang terdekat menyapanya, berjalan wajar dan datar.
Sang suami hanya seorang laki-laki sederhana yang memiliki keahlian menyembelih hewan dan mengolah kulit domba.
Keduanya disatukan oleh karakter yang sama: kesetiaan dalam cinta, kesederhanaan dan kerja keras untuk menaikan taraf kehidupan.
Sampai tahun 70 an, keluarga sederhana ini masih bekerja pada kerabatnya yang kerap mengekspoitasi tenaga bahkan harga dirinya. Perlakuan yang membuat keduanya sering menangis di Tengah malam, munajat pada Allah SWT Sang Pemilik kehidupan.
Kemauan keras untuk mengubah kehidupah mendorong keduanya berikhtiar keras dengan silaturahmi ke para Kyai, istiqomah tahajud dan dhuha serta mencoba membuka usaha sendiri.
Sebuah warung kecil dengan dua bangku panjang yang terbuat dari bambu berdiri di bawah pohon beringin di daerah Langensari Ciborelang.
Warung yang dibangun dengan cinta, usaha dan doa Ceu Ucum dan Mang Kosim, sang suami, terus berkembang dengan penuh berkah.
Menu utamanya sangat terkenal dan mengundang banyak orang datang menikmatinya. Bahkan para petinggi negeri ini tidak ketinggalan datang membuktikan kenikmatan Sop Kikil langensari yang hangat, sehat dan nikmat.
Gus Dur, Presiden Jokowi, Sultan Hamengkubwono X, Ratu Hemas, Beberapa Menteri, Gunernur, Duta Besar dan banyak tokoh pernah datang menyantap lezatnya sop kikil ini.
Pengalaman dan keberkahan hidup membuat keduanya bertekad menjadikan anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan yang tinggi, pintar dan soleh.
Tidak berhenti di sana, keduanya memiliki komitment memajukan kehidupan masyarakat dengan mewakafkan tanahnya untuk pesantren yang kelak dinamai Al-Mizan.
Keduanya mensupport kegiatan pendidikan, sosial, dakwah dan bahkan politik.
Usai hajat besar pilkada Majalengka 2018, pileg dan pilpres 2019, di mana keduanya mendukung Pasangan MAJU, persis sehari setelah penetapan Jokowi Kyai Maruf Amin jadi Presiden dan Wapres RI terpilih 2019-2024, kelurga besarnya diajak berlibur ke Seatle Amerika.
Aku beruntung memiliki sosok ibu mertua yang sangat aku cintai seperti ibu kandungku, yang mendidiki, memfasilitasi dan memberiku anugerah yang terbesar yaitu Istriku tercinta, H. Fiq Imanulhaq, puteri ketiga Mimi Ummi Kultsum dan Haji kosim.
Tepat tanggal 1 Juli 2019, setelah sholat berjamaah magrib di rumah H. Iis Sholihat Razzak puteri keempat, kami bersama H.Dede Dede MasyitohH.Nunung Nurhayati, H. Ufik dan H. Asep Zaenal Aripin berdoa untuk Mimi Hajji Ummi Kultsum yang lahir 1 Juli 1953 agar diberi panjang umur, kesehatan, kebahagian dan keberkahan.
Mimi H. Kultsum tidak pernah menulis lagu tapi irama kehidupan yang ia jalani terus ditiupkan dalam kesadaran kami para putera-puterinya dan semua orang yang meyakini bahwa kesetiaan, kerja keras, rendah hati, kedermawanan dan ustiqomah di jalan Allah adalah kunci keberhasilan.
HBD Mimi. Sehat, sukses dan berkah.
#CaritaKangMaman
459 SW 111 Setle USA, 1 Juli 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI