Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Menelaah Jalan Kopo

13 Maret 2023   19:45 Diperbarui: 13 Maret 2023   19:55 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RSUD Kiwari (dokumentasi: Pribadi)

Jalan Kopo berada di dua wilayah, sebagian besar masuk Kota Bandung, sisanya berada di wilayah Kabupaten Bandung. Terbentang dari Pasir Koja hingga Soreang. 

Di era reformasi, Jalan Kopo diberikan nama resmi Jalan K.H Wahid Hasyim. Namun seiring dengan gelombang Hallyu wilayah Kopo berubah menjadi Korea alias Kopo Area.  

Nama Kopo sendiri berasal dari nama pohon. Kemungkinan besar daerah yang sekarang menjelma menjadi kawasan pemukiman dan industri banyak ditumbuhi pohon Kopo. Sayangnya jejak keberadaan pohon kopo di seputaran Kopo sudah tidak ada bisa ditemukan.

Jalan Kopo memiliki ketenaran tersendiri bagi warga Bandung atau orang-orang yang pernah melaluinya. Kesan yang didapatkan mungkin sedikit kontradiktif dengan jalan Ir. H. Djuanda (Dago), jl. Sumatera, jl. Merdeka, jl. Cihampelas, jl. Setiabudhi atau jalan lain di Bandung yang menjadi tujuan wisata. Jalan-jalan yang terkenal adem, estetik di kala hujan dan  Instagramble. Jika dibuat penanda lokasi di media sosial serasa derajat dan harkat status ikut terangkat.

Namun berbeda dengan jalan Kopo. Tak sedikit yang berharap, kalau bisa mah ulah lewat ka Kopo.

Kenapa?

Macet.

Damage-nya bisa bikin emosi jiwa. 

Apa penyebabnya?

Baiklah  Mari kita telaah satu persatu.

Jalan Kopo dimulai dari Pasir koja. Di sini diberlakukan satu arah. Dari arah kopo ke pusat kota. Daerah Bojongloa dan pasar anyar. Banyak toko mebeul dan toko perhiasan emas. Mebeulnya sudah legend. Di sekitaran sana tinggal maestro jaipongan. Pak Gugum Gumbira. Daerah ini relatif aman dari kemacetan.

Berikutnya dari pasar Anyar hingga perempatan jl. BKR. Jalan Kopo diberlakukan dua arah. Bagian ini ditandai dengan rumah sakit swasta Immanuel.

Setelah perempatan BKR, lanjut ke Cetarip. Cetarip selama tidak musim hujan. Aman. Jika musim hujan tiba, sebagian jalan berubah menjadi sungai. Persoalan jalan menjelma menjadi sungai di Cetarip merupakan masalah klasik. Sejak saya masih pakai seragam putih biru. Mulai kenal doktrin tanda-tanda akhir zaman. Cetarip sudah terkenal dengan debit air tinggi pada saat hujan.

Kondisi ini diperparah dengan barisan bocil-bocil yang pura-pura membantu dorong motor padahal memasukkan air ke dalam knalpot.

Bukan menolong malah menjerumuskan. Memang sungguh tanda-tanda akhir zaman itu nyata. Nampak dari kedzoliman mereka.

Sejak 2019 Kota Bandung punya RSUD. letaknya di wilayah Cetarip ini. Namanya RSUD Kiwari. Sejak didirikan sudah dua kali mengalami kebakaran. Eta bisa kitu nya??

RSUD Kiwari (dokumentasi: Pribadi)
RSUD Kiwari (dokumentasi: Pribadi)

Setelah Cetarip, kita memasuki bagian wilayah Kopo fenomenal. Fenomenal karena macetnya.

Setelah perempatan Caringin (Soekarno – Hatta), di bawah fly over, hampir dipastikan akan ada antrin kendaraan. Roda dua, roda tiga, roda empat, roda delapan, bahkan lebih.

Stok kesabaran akan mulai terkikis di bagian ini. Untuk memenangkan boleh sambil baca istigfar atau ayat kursi juga. Dalam situasi yang penuh tekanan, takutnya setan ikut menyusup dan dapat memperkeruh keadaan.

Secara regulasi jalan Caringin diberlakukan satu arah. Hanya bisa dari Kopo ke Caringin.

Jalan Cibaduyut lama diberlakukan satu arah. Dari Kopo ke Cibaduyut lama. Di setiap jalan sudah jelas ada tanda verboden.

Kenyataan.

Kendaraan bermotor bolak-balik dua arah. Dari Kopo langsung belok kanan ke Cibaduyut. Dari Cibaduyut langsung menerobos ke Caringin. Begitu pun sebaliknya. Caringin bablas ke Cibaduyut.

Jadi penyumbang terbesar kemacetan Kopo di titik Caringin-Cibaduyut adalah para pengendara yang buta rambu-rambu lalu lintas. Karena kelakuan ini, antrian kendaraan bisa mengular sampai ke Jalan Soekarno – Hatta.

Lepas dari kemacetan titik Perempatan Cibaduyut-Caringin, bersiap dengan kemacetan kedua. Di sini kemacetan berlaku dua arah. Dari arah selatan ke utara dan sebaliknya. Utara ke selatan.

Selain para pengendara buta rambu-rambu lalu lintas, volume kendaraan yang membludak. Menurut info terbaru jumlah kendaraan di kota Bandung sama dengan jumlah penduduk kota Bandung.

Ruas jalan yang sempit tapi di lalui oleh mobil angkutan baik ukuran kecil, sedang, besar hingga super besar turut meramaikan.

Oh ya, komplek industri, kawasan pergudangan, rumah sakit. Jadi di Kopo total tiga punya sakit besar. Pusat perbelanjaan, kompleks perumahan yang intensitas keluar masuk mobil cukup tinggi punya andil juga menyumbang kemacetan di jalan Kopo.

Mobil angkutan dari Jalan Kopo (dokumentasi: Pribadi)
Mobil angkutan dari Jalan Kopo (dokumentasi: Pribadi)

Sejauh ini belum ada upaya efektif untuk mengatasi kemacetan di Jalan Kopo. Padahal akhir-akhir ini kemacetan di jalan Kopo kian parah.

Apakah solusinya dengan?

1. Menyiapkan moda transportasi publik yang nyaman dan terjangkau. Layanan yang memanusiakan warganya.

2. Dengan membangun fly over (lagi?), 

3. Memberikan edukasi kepada para pengendara agar dapat membaca rambu. Memberikan efek jera bagi yang melanggar. 

4. Melakukan koordinasi dengan para pemilik bisnis untuk mengatur jam masuk atau keluar keluar karyawan, keluar masuk mobil angkutan agar tidak serentak untuk menghindari terjadi penumpukan. 

Wa’llahu ‘alam bisawab. Belum ada tanda-tanda ada penyelesaian atas permasalahan kesemerawutan di Kopo.

Mungkin kemacetan di jalan Kopo dibiarkan berlarut agar warganya lebih agamis. Seperti salah satu  visi kota Bandung yakni TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN, SEJAHTERA DAN AGAMIS. 

Dengan kondisi kemacetan penuh tekanan menjadikan setiap pengguna jalan adalah orang-orang yang terdzolimi. Dan do’a orang yang terdzolimi kesempatan untuk dikabulkan lebih besar. 

Jadi mari kita berdo’a sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Semoga diberikan pemimpin yang amanah, memiliki sistem untuk mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi kota Bandung. Salah satunya kebutuhan akan transportasi publik yang akan mendukung geliat perekonomian kota Bandung.

Menjelang pilkada yang akan digelar beberapa saat lagi, di mana kandidat-kandidat wali kota Bandung sudah bermunculan. Semoga warga Bandung makin jeli untuk memilih. Tidak tergiur memilih calon yang muncul pakai foto bersama kaun dhuafa di baliho. Atau gembar-gembor bagi-bagi sembako.

Melainkan pemimpin yang punya cara  membawa kota Bandung keluar dari zona 'Gotham City'.  

 

Demikian sepenggal cerita mengenai kemacetan di Bandung dari Kopo area. Apa kabar Cinunuk, Cibiru, Ledeng, Margacinta, Garuda, Rajawali, Cibaduyut, Rancamanyar dan lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun