Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Orion, Suatu Hari [02:17]

13 September 2018   07:46 Diperbarui: 2 Juli 2023   19:01 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurang dari lima menit melaju, angkot yang ditumpangi  Gyas kembali menepi. Kali ini si Mamang pura-pura ber-say hello dulu pada teman sejawat yang sedang berkumpul di kios penjual minuman ringan. Mengacuhkan Gyas yang sudah kelihatan kesal karena si Mamang berkali-kali memarkirkan mobilnya.  Tak mengenal rambu dilarang parkir atau dilarang berhenti. Semua tempat adalah lahan parkir bagi si Mamang.

Dalam angkot hanya Gyas penumpangnya. Duduk di belakang sopir, menghadap pintu angkot. Sekarang sopir angkot tidak berani menegur penumpang yang keberatan kalau mereka ngetem. Lalu menyuruh naik taksi. Eng ing eng.... karena Tuhan telah memberikan pengetahuan pada seseorang untuk membuat ojol.  Jawaban do'a orang-orang yang terdzalimi. Tuhan maha adil.

Sambil menunggu, Gyas mengeluarkan handphone-nya untuk mengusir rasa kesal. Baru saja dia mengecek pesan di  whatsapp, Handphone secepat kilat melayang. Lepas dari genggaman Gyas.  

Seorang anak perempuan yang datang entah dari mana berlari. merebut HP dari genggaman Gyas. Badannya yang kecil memudahkan dia untuk meloncat dan berlari melewati para pejalan.

Kaget handphone-nya raib, spontan Gyas melompat dari angkot. Mengejar anak kecil yang kedatangannya tidak diduga. Mamang angkot yang tengah kongkow dibalik stir ikutan kaget juga. Dipikirnya Gyas penumpang yang melarikan diri. Dengan terkaget-kaget dia menjalankan mobilnya sambil mengucap sumpah serapah. Mengutuki Gyas melarikan diri dari angkotnya.

ORION
ORION
Kecepatan perampasan handphone jauh lebih cepat dari laju angkot. Teman sejawat mamang angkot baru menyadari setelah beberapa saat. Bahwa telah terjadi perampasan di daerah tempat mereka kongkow. Sebagian ada yang ikut mengejar, yang lainnya memberikan dukungan dengan mengucapkan komentar standar, "anj**g!!" for anykind situation.

Anak itu sudah terlihat kecapean ditengah teriknya panas. Padahal baru jam sepuluh pagi. Keringatnya menetes membasahi kulitnya yang hitam. Gyas terus mengejarnya, sementara teman sejawat Mamang angkot yang mengejar terlihat terengah-engah. Pengaruh nikotin dan caffein curah yang dikemas dalam sachet membuatnya tak berdaya. Tapi Mamang angkot berhasil melaju dengan kecepatan maksimal. Gyas pikir, kecepatan angkot sudah default untuk berada di jalur lambat. Dalam posisi slow respon mode.

Gyas nyaris meraih leher baju anak itu. Tapi lepas karena anak itu menurunkan bahunya. Cerdik. Kata Gyas dalam hati. Di ujung jalan, Mamang angkot langsung memanuver mobilnya. Menghadang. Mobil si Mamang naik ke trotoar. Malang-melintang. Orang-orang langsung tertarik dengan manuver Mamang angkot. Mereka penasaran.

"Balikin gak?!" hardik Gyas dengan kesal.

Si anak mulai ketakutan, ruang geraknya sudah terbatasi. Mamang Angkot berancang-ancang menyergap. Sekarang dia mengerti mengapa Gyas melompat dan kabur dari angkotnya. Lalu berbalik arah mendukung Gyas. Macam politikus.

"Tenang Neng, ku Mamang urang cekelan..." teriak Si Mamang.

Anak itu makin ketakutan, dengan puluhan mata yang menjurus kepadanya. Dan Mamang Angkot yang berhasil memegang tangannya.

"Duruk weh Neng... tuman! Leutik-leutik geus jadi maling!!" tiba-tiba ada provokator. Teriak dari lapis kedua. Gyas tidak tahu yang mana orangnya. Dia tidak peduli.

"Balikin...." Gyas mengambil satu langkah mendekatinya. Anak itu semakin ketakutan. Melihat ke sekelilingnya.Orang-orang mulai berkumpul. Dia memejamkan matanya. Air matanya mulai keluar.

"Wah jeung ceurik!! Gebugan weh..." teriak yang lain.

Teman sejawat Mamang angkot merangsek masuk ke dalam kerumunan.

Gyas berusaha untuk tidak mengindahkan mereka. Dalam hatinya dia tidak tega dengan situasi seperti ini, tapi kejadian cepat tadi membuatnya kesal setengah hati.

"Ampun Teh...Tong diduruk.Tong digebug." Kata dia dengan  nada memelas. Mengangkat kedua lengannya.

"Bohong Neng... urang gebugan." Teman Sejawat si Mamang angkot seperti sudah tidak sabar.

"Ampun Teh.... Ampuuuuun," sekarang dia bersimpuh.

Gyas beneran tidak tega.

Teman sejawat Mamang mengangkat tangannya.

"Tungguuuuu!!" Teriak Gyas. "Jangan dipukul!!"

Teriakan Gyas menghentikan putaran waktu. Freeze! Semua terdiam dalam posisi masing-masing.

 "A-A-A Ampun Teh, saya mencuri karena terpaksa." Kata anak itu terbata-bata.

"Alasan! moal aya maling ngaku maling!" Mamang angkot angkat bicara.

"Sumpah Teh," nadanya bergetar.

Saking ketakutan, tangan anak itu bergetar dengan hebat. Handphone Gyas lepas. Pluk! Jatuh. Masuk ke gorong-gorong. Semua kaget. Seperti melihat tayangan akrobat. Membuat jantung hampir copot.

Tangan kecilnya dengan sigap berusaha masuk diantara celah tutup gorong-gorong. Tetapi barang yang jatuh susah diraih. Dia langsung menarik-narik tutup gorong-gorong. berusaha membuka.

"Teh, sumpah ibu saya sakit. Saya butuh uang untuk berobat. Ampuni saya Teteh."

========

Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerita ini kurang lebih 2 menit 17 detik. Cerita ini dibuat sebagai dukungan kepada lembaga pemberantasan korupsi, Sebagai kegundahan setiap kali mendengar kasus korupsi mengemuka.

Untuk cerita sebelumnya bisa dikunjungi di sini

kamus:

urang cekelan = akan dipegangin

Duruk weh... tuman! Leutik-leutik geus jadi maling = Bakar saja.. kebiasaan! kecil-kecil sudah jadi maling

Wah jeung ceurik!! Gebugan weh...= Malah nangis. Gebugin saja

moal aya = tidak ada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun